Peran Oposisi PKS, Demokrat dan PAN bak Pepatah Arab 'Wujuduhu Kaadamihi'
Senin, 11 Januari 2021 - 07:33 WIB
JAKARTA - Direktur Eksekutif Sudut Demokrasi Riset dan Analisis (SUDRA), Fadhli Harahab menilai peran oposisi terkesan seperti pepatah Arab yakni 'wujuduhu kaadamihi', yang artinya keberadaannya seperti tidak ada. Hal itu merujuk kepada kinerja partai politik oposisi yang dinilai kurang greget dan berenergi sebagai penyeimbang kekuasaan.
(Baca juga : Mardani PKS: Amat Disayangkan Efikasi Vaksin Sinovac Hanya 65% )
"Harus diakui partai oposisi tidak bertaring, kurang greget dan terkesan seperti wujuduhu ka adamihi (keberadaannya seperti tidak ada)," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Senin (11/1/2021).
Analis politik asal UIN Jakarta itu mengatakan, Partai Demokrat , Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang seharusnya berperan sebagai oposisi tidak mampu merepresentasikan itu karena kondisi masing-masing. ( )
"Praktis setelah Gerindra berhasil direkrut pemerintah, tak ada lagi oposisi yang lantang, menggetarkan, menggoyang dan menimbulkan efek waspada bagi kekuasaan," kata Fadhli.
Menurutnya, oposisi seperti bergerak pada wilayah abu-abu. Di satu sisi ingin beroposisi tetapi sisi lain ingin mendapatkan keuntungan politik kekuasaan. PKS yang sedari awal menyatakan sebagai oposisi juga terkesan pragmatis karena seperti memilih-milah isu. Kecenderungan ini juga dilakukan Demokrat dan PAN.
(Baca juga : Profil Singkat 3 Kader PKS yang Berpeluang Ramaikan Pilpres 2024 )
Akhirnya, Fadhli menilai secara umum bahwa tak ada parpol oposisi yang patut diperhitungkan oleh kekuasaan. Padahal, baik Demokrat, PKS maupun PAN dalam pemetaan politik hari ini telah dipersepsikan masyarakat sebagai kekuatan oposisi. ( )
"Justru, saya melihat yang memerankan sebagai oposisi murni itu berada di luar kekuasaan atau gerakan ekstra parlementer dan civil society," tuturnya.
Di sisi lain, parpol oposisi seperti hanya mendompleng gerakan-gerakan ini biar terlihat eksistensinya oleh publik. Padahal faktanya tidak demikian.
(Baca juga : Cerita Dahlan Iskan, Batuk dan Defisit Vitamin D Setelah Positif COVID-19 )
"Buktinya yang ditangkap karena bersikap lantang terhadap kekuasaan para aktifis kampus, buruh, ormas dan LSM, politisi anteng-anteng aja," katanya.
(Baca juga : Mardani PKS: Amat Disayangkan Efikasi Vaksin Sinovac Hanya 65% )
"Harus diakui partai oposisi tidak bertaring, kurang greget dan terkesan seperti wujuduhu ka adamihi (keberadaannya seperti tidak ada)," kata Fadhli saat dihubungi SINDOnews, Senin (11/1/2021).
Analis politik asal UIN Jakarta itu mengatakan, Partai Demokrat , Partai Keadilan Sejahtera ( PKS ) dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang seharusnya berperan sebagai oposisi tidak mampu merepresentasikan itu karena kondisi masing-masing. ( )
"Praktis setelah Gerindra berhasil direkrut pemerintah, tak ada lagi oposisi yang lantang, menggetarkan, menggoyang dan menimbulkan efek waspada bagi kekuasaan," kata Fadhli.
Menurutnya, oposisi seperti bergerak pada wilayah abu-abu. Di satu sisi ingin beroposisi tetapi sisi lain ingin mendapatkan keuntungan politik kekuasaan. PKS yang sedari awal menyatakan sebagai oposisi juga terkesan pragmatis karena seperti memilih-milah isu. Kecenderungan ini juga dilakukan Demokrat dan PAN.
(Baca juga : Profil Singkat 3 Kader PKS yang Berpeluang Ramaikan Pilpres 2024 )
Akhirnya, Fadhli menilai secara umum bahwa tak ada parpol oposisi yang patut diperhitungkan oleh kekuasaan. Padahal, baik Demokrat, PKS maupun PAN dalam pemetaan politik hari ini telah dipersepsikan masyarakat sebagai kekuatan oposisi. ( )
"Justru, saya melihat yang memerankan sebagai oposisi murni itu berada di luar kekuasaan atau gerakan ekstra parlementer dan civil society," tuturnya.
Di sisi lain, parpol oposisi seperti hanya mendompleng gerakan-gerakan ini biar terlihat eksistensinya oleh publik. Padahal faktanya tidak demikian.
(Baca juga : Cerita Dahlan Iskan, Batuk dan Defisit Vitamin D Setelah Positif COVID-19 )
"Buktinya yang ditangkap karena bersikap lantang terhadap kekuasaan para aktifis kampus, buruh, ormas dan LSM, politisi anteng-anteng aja," katanya.
(abd)
Lihat Juga :
tulis komentar anda