Komentari Pernyataan JK, Pengamat Anggap Jokowi Ragu Ambil Keputusan
Rabu, 23 September 2020 - 17:19 WIB
JAKARTA - Mantan Wakil Presiden (Wapres) M Jusuf Kalla mengungkap gaya kepemimpinan Presiden Jokowi dan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) .
Pria yang akrab disapa JK itu mengatakan, di era SBY, masalah ekonomi diserahkan ke dirinya. Di era Jokowi, semua soal dirapatkan. Bahkan, kata JK, dalam sepekan bisa ada empat kali rapat. JK tak memungkiri, pada saat SBY keputusan diambil dengan cara cepat.
Pernyataan JK pun menuai komentar dari Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. "Jika membaca kondisi pemerintah hari ini, memang terasa lambatnya kepemimpinan Jokowi," kata Dedi saat dihubungi SINDOnews, Rabu (23/9/2020).
( ).
Dedi menilai, kondisi ini memungkinkan pada dua keadaan. Pertama, terlalu banyak pihak yang dapat mempengaruhi Presiden Jokowi, sehingga keputusan seringkali ragu-ragu diambil.
"Terlebih pada periode kedua, terlihat Presiden berusaha mengakomodir banyak pihak untuk masuk ke Istana, dan ini menjadi persoalan karena tidak berimbas pada produktivitas," ujar dia.
( ).
Kedua, katanya, Jokowi kesulitan menentukan prioritas, sehingga keputusannya seringkali tumpang tindih dan tidak fokus. Menurutnya, kita bisa lihat bagaimana cara Jokowi menangani pandemi Covid-19, belum terlihat hasil kerja Doni Monardo .
"Presiden sudah membentuk kelompok baru, dan berlanjut hingga penunjukan Luhut. Ini penanda kuat Jokowi kehilangan sikap independen," tandasnya. ( ).
Pria yang akrab disapa JK itu mengatakan, di era SBY, masalah ekonomi diserahkan ke dirinya. Di era Jokowi, semua soal dirapatkan. Bahkan, kata JK, dalam sepekan bisa ada empat kali rapat. JK tak memungkiri, pada saat SBY keputusan diambil dengan cara cepat.
Pernyataan JK pun menuai komentar dari Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah. "Jika membaca kondisi pemerintah hari ini, memang terasa lambatnya kepemimpinan Jokowi," kata Dedi saat dihubungi SINDOnews, Rabu (23/9/2020).
( ).
Dedi menilai, kondisi ini memungkinkan pada dua keadaan. Pertama, terlalu banyak pihak yang dapat mempengaruhi Presiden Jokowi, sehingga keputusan seringkali ragu-ragu diambil.
"Terlebih pada periode kedua, terlihat Presiden berusaha mengakomodir banyak pihak untuk masuk ke Istana, dan ini menjadi persoalan karena tidak berimbas pada produktivitas," ujar dia.
( ).
Kedua, katanya, Jokowi kesulitan menentukan prioritas, sehingga keputusannya seringkali tumpang tindih dan tidak fokus. Menurutnya, kita bisa lihat bagaimana cara Jokowi menangani pandemi Covid-19, belum terlihat hasil kerja Doni Monardo .
"Presiden sudah membentuk kelompok baru, dan berlanjut hingga penunjukan Luhut. Ini penanda kuat Jokowi kehilangan sikap independen," tandasnya. ( ).
(zik)
tulis komentar anda