Beredar Suara Mirip Jokowi, Ajudan: Hoaks, Saya Pastikan Bukan Suara Bapak
Selasa, 03 Desember 2024 - 08:38 WIB
JAKARTA - Ajudan Presiden RI ke-7, Joko Widodo ( Jokowi ) Syarif Muhammad Fitriansyah memastikan rekaman suara yang diklaim mirip Jokowi dan beredar di media sosial (medsos) adalah hoaks. Syarif menegaskan, suara dalam rekaman tersebut bukan milik Jokowi. Sebab, dirinya mengenal betul suara Jokowi.
"Saya pastikan itu bukan suara Bapak," ujar Syarif dalam pernyataannya dikonfirmasi, Selasa (3/12/2024).
Sebelumnya, dalam rekaman suara tersebut beredar dengan latar belakang foto pertemuan Jokowi bersama pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah nomor urut 2, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen.
Dalam rekaman itu, suara yang diklaim mirip Jokowi menyebut bahwa jika Ahmad Luthfi memenangkan Pilkada Jawa Tengah 2024, ia akan ditarik masuk ke dalam kabinet Presiden Prabowo Subianto. Sementara itu, posisi gubernur Jawa Tengah akan diserahkan kepada putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep.
Syarif juga mengimbau masyarakat untuk selektif dan berhati-hati menerima informasi yang belum terverifikasi kebenarannya. "Kita harus waspada terhadap penyebaran hoax yang berpotensi menyesatkan dan memicu kesalahpahaman publik,” tutupnya.
"Saya pastikan itu bukan suara Bapak," ujar Syarif dalam pernyataannya dikonfirmasi, Selasa (3/12/2024).
Sebelumnya, dalam rekaman suara tersebut beredar dengan latar belakang foto pertemuan Jokowi bersama pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Tengah nomor urut 2, Ahmad Luthfi dan Taj Yasin Maimoen.
Baca Juga
Dalam rekaman itu, suara yang diklaim mirip Jokowi menyebut bahwa jika Ahmad Luthfi memenangkan Pilkada Jawa Tengah 2024, ia akan ditarik masuk ke dalam kabinet Presiden Prabowo Subianto. Sementara itu, posisi gubernur Jawa Tengah akan diserahkan kepada putra bungsu Jokowi, Kaesang Pangarep.
Syarif juga mengimbau masyarakat untuk selektif dan berhati-hati menerima informasi yang belum terverifikasi kebenarannya. "Kita harus waspada terhadap penyebaran hoax yang berpotensi menyesatkan dan memicu kesalahpahaman publik,” tutupnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda