Keakraban Paus dan Imam Besar Istiqlal Simbol Kerunanan Beragama
Selasa, 10 September 2024 - 15:10 WIB
JAKARTA - Dalam perjalanan apostolik ke Indonesia, Paus Fransiskus mengunjungi ke Masjid Istiqlal yang jaraknya berdekatan dengan Gereja Katedral Jakarta. Keakraban yang ditunjukkan Paus Fransiskus dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar dianggap menjadi simbol inklusivitas umat beragama di Indonesia.
Menyoroti kerukunan yang ditunjukkan kedua tokoh besar beda agama itu, Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo berharap menjadi contoh bagi umat beragama lainnya untuk tetap menjalin kerukunan dalam perbedaan. Menurut Romo Benny, Paus Fransiskus sangat takjub dengan persatuan Indonesia yang dibangun di atas kemajemukan yang ada.
"Meskipun ada perbedaan, karena kita terdiri dari 714 suku etnis, kita bisa hidup berdampingan, saling menghargai, dan saling menerima perbedaan itu. Ini yang sebenarnya Paus Fransiskus katakan di dalam perjumpaan dengan Bapak Presiden Joko Widodo dan pertemuannya di Istiqlal, agar umat beragama saling membangun kerja sama, membangun persaudaraan, dan meningkatkan kesadaran bersama untuk membangun kebahagiaan bersama," kata Romo Benny di Jakarta, Selasa (10/9/2024).
Persahabatan yang ditunjukkan Kiai Nasaruddin Umar dan Paus Fransiskus merupakan momen berharga yang patut disyukuri. Perjumpaan kedua tokoh besar ini, walaupun singkat, dapat menunjukkan betapa indahnya kemajemukan jika dikelola dengan baik.
Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute itu menyitir pesan Paus Fransiskus terhadap Indonesia, bahwa keberagaman yang terawat adalah harta yang tak ternilai harganya. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yang sejatinya telah dikenal sejak lama oleh bangsa Indonesia, dianggap sangat berharga oleh Paus ke-266 ini, bahkan jika dibandingkan emas sekali pun.
Membahas persoalan tentang bagaimana perspektif agama Katolik dalam melihat hubungan atau relasi dengan umat dari agama lain, Romo Benny menekankan, siapa pun bisa bersahabat dengan orang dari latar belakang apa pun. Ia menilai perbedaan keimanan jangan menjadi batasan dalam menjalin persahabatan. Selama didasarkan pada nilai toleransi, persahabatan akan menemukan jalannya untuk hadir dalam hubungan antarmanusia.
"Persahabatan antara Imam Masjid Istiqlal dan Paus Fransiskus tidak melanggar peraturan dari agama Katolik. Persahabatan antarumat beragama kita lihat sebagai fenomena yang manusiawi saja, justru agama seharusnya mengajarkan persaudaraan, bukan permusuhan," katanya.
Romo Benny berharap agar masyarakat Indonesia semakin terbuka dalam menjalin persahabatan. Hubungan persahabatan harus didasarkan pada ketulusan, kejujuran, dan keterbukaan, sehingga para pihak yang saling bersahabat sama-sama mendapatkan kehormatan. Dengan demikian, semua bisa saling mengangkat harkat dan martabatnya sebagai manusia, tanpa harus menunggalkan perbedaan yang ada secara paksa.
"Dan itu yang sebenarnya dikatakan oleh Bung Karno, ketuhanan yang berkebudayaan, yang welas asih saling menolong, saling memberi, dan saling bela rasa," katanya.
Menyoroti kerukunan yang ditunjukkan kedua tokoh besar beda agama itu, Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo berharap menjadi contoh bagi umat beragama lainnya untuk tetap menjalin kerukunan dalam perbedaan. Menurut Romo Benny, Paus Fransiskus sangat takjub dengan persatuan Indonesia yang dibangun di atas kemajemukan yang ada.
"Meskipun ada perbedaan, karena kita terdiri dari 714 suku etnis, kita bisa hidup berdampingan, saling menghargai, dan saling menerima perbedaan itu. Ini yang sebenarnya Paus Fransiskus katakan di dalam perjumpaan dengan Bapak Presiden Joko Widodo dan pertemuannya di Istiqlal, agar umat beragama saling membangun kerja sama, membangun persaudaraan, dan meningkatkan kesadaran bersama untuk membangun kebahagiaan bersama," kata Romo Benny di Jakarta, Selasa (10/9/2024).
Persahabatan yang ditunjukkan Kiai Nasaruddin Umar dan Paus Fransiskus merupakan momen berharga yang patut disyukuri. Perjumpaan kedua tokoh besar ini, walaupun singkat, dapat menunjukkan betapa indahnya kemajemukan jika dikelola dengan baik.
Sekretaris Dewan Nasional Setara Institute itu menyitir pesan Paus Fransiskus terhadap Indonesia, bahwa keberagaman yang terawat adalah harta yang tak ternilai harganya. Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, yang sejatinya telah dikenal sejak lama oleh bangsa Indonesia, dianggap sangat berharga oleh Paus ke-266 ini, bahkan jika dibandingkan emas sekali pun.
Membahas persoalan tentang bagaimana perspektif agama Katolik dalam melihat hubungan atau relasi dengan umat dari agama lain, Romo Benny menekankan, siapa pun bisa bersahabat dengan orang dari latar belakang apa pun. Ia menilai perbedaan keimanan jangan menjadi batasan dalam menjalin persahabatan. Selama didasarkan pada nilai toleransi, persahabatan akan menemukan jalannya untuk hadir dalam hubungan antarmanusia.
"Persahabatan antara Imam Masjid Istiqlal dan Paus Fransiskus tidak melanggar peraturan dari agama Katolik. Persahabatan antarumat beragama kita lihat sebagai fenomena yang manusiawi saja, justru agama seharusnya mengajarkan persaudaraan, bukan permusuhan," katanya.
Romo Benny berharap agar masyarakat Indonesia semakin terbuka dalam menjalin persahabatan. Hubungan persahabatan harus didasarkan pada ketulusan, kejujuran, dan keterbukaan, sehingga para pihak yang saling bersahabat sama-sama mendapatkan kehormatan. Dengan demikian, semua bisa saling mengangkat harkat dan martabatnya sebagai manusia, tanpa harus menunggalkan perbedaan yang ada secara paksa.
"Dan itu yang sebenarnya dikatakan oleh Bung Karno, ketuhanan yang berkebudayaan, yang welas asih saling menolong, saling memberi, dan saling bela rasa," katanya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda