Paus Fransiskus: Jangan Lupa, Setan Selalu Ada di dalam Saku Kita
Rabu, 04 September 2024 - 20:57 WIB
JAKARTA - Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik se-Dunia dan Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus mengingatkan kepada ribuan umat bahwa setan selalu berada di dalam saku masing-masing. Hal ini terjadi jika tidak menerapkan bela rasa yang mana mementingkan diri sendiri dengan menjaga jarak dari semua orang.
"Setan selalu ada dalam saku kita. Apakah Anda percaya? Jadi mereka berpikir bahwa mereka lebih cerdas dan bebas dalam mencapai tujuan-tujuan mereka. Ini adalah cara yang salah dalam melihat realitas," ujar Paus dalam audiensi di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (4/9/2024).
Lantas, dia memberikan contoh mengenal orang kaya dari Buenos Aires, Argentina yang selalu ingin menerima dan mengeruk kekayaan melalui orang lain.
"Lalu orang-orang sekitarnya membuat sebuah lelucon mengatakan "anak yang malang" 'orang yang malang' karena dia begitu ingin mendapatkan dari yang lain tetapi kemudian tidak bisa menutup peti jenazahnya sendiri," jelasnya.
Lebih lanjut, Paus mengatakan bahwa yang membuat dunia bergerak maju bukanlah perhitungan kepentingan pribadi yang umumnya berujung pada kerusakan ciptaan dan pemecahan komunitas. Tetapi mempersembahkan kasih kepada sesama.
"Bela rasa tidak menggelapkan fisik kehidupan yang sejati, sebaliknya bela rasa membuat kita mampu melihat berbagai hal lebih baik dalam terang kasih secara spontan," katanya.
"Kita melihat realitas dengan baik hanya dengan mata hati. Oleh karena itu tolong jangan lupa setan selalu ada di dalam saku!" tuturnya.
"Setan selalu ada dalam saku kita. Apakah Anda percaya? Jadi mereka berpikir bahwa mereka lebih cerdas dan bebas dalam mencapai tujuan-tujuan mereka. Ini adalah cara yang salah dalam melihat realitas," ujar Paus dalam audiensi di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (4/9/2024).
Baca Juga
Lantas, dia memberikan contoh mengenal orang kaya dari Buenos Aires, Argentina yang selalu ingin menerima dan mengeruk kekayaan melalui orang lain.
"Lalu orang-orang sekitarnya membuat sebuah lelucon mengatakan "anak yang malang" 'orang yang malang' karena dia begitu ingin mendapatkan dari yang lain tetapi kemudian tidak bisa menutup peti jenazahnya sendiri," jelasnya.
Lebih lanjut, Paus mengatakan bahwa yang membuat dunia bergerak maju bukanlah perhitungan kepentingan pribadi yang umumnya berujung pada kerusakan ciptaan dan pemecahan komunitas. Tetapi mempersembahkan kasih kepada sesama.
"Bela rasa tidak menggelapkan fisik kehidupan yang sejati, sebaliknya bela rasa membuat kita mampu melihat berbagai hal lebih baik dalam terang kasih secara spontan," katanya.
"Kita melihat realitas dengan baik hanya dengan mata hati. Oleh karena itu tolong jangan lupa setan selalu ada di dalam saku!" tuturnya.
(kri)
tulis komentar anda