Sejarah Satuan 81 Kopassus, Unit Antiteror Elite TNI yang Bergerak Tanpa Terlihat dan Terdengar

Minggu, 28 Juli 2024 - 05:15 WIB


Pemerintah RI menolak tuntutan pembajak. Jenderal M Jusuf yang menjabat Panglima ABRI menugaskan Kopassandha (saat ini bernama Kopassus) untuk melakukan operasi pembebasan sandra. Tim kecil yang dipimpin Letkol Inf Sintong Panjaitan akhirnya berhasil melumpuhkan kelompok pembajak yang berjumlah 5 orang tersebut. Dalam operasi Woyla, satu anggota tim Kopassandha gugur tertembak, sementara pilot pesawat Kapten Herman Rante yang juga terkena tembakan akhirnya meninggal dunia dalam perawatan medis.

Pembajakan pesawat Woyla menunjukkan ketidaksiapan Indonesia menghadapi ancaman terorisme. Asisten Intelijen Hankam/Kepala Pusat Intelijen Strategis/Asisten Intelijen Kopkamtib Letjen TNI Leonardus Benjamin Moerdani kemudian menginisiasi pembentukan satuan antiteror. Dalam buku yang ditulis oleh Julius Pour berjudul 'Benny Moerdani: Profil Prajurit Negarawan', Benny Moerdani memanggil Kapten Infanteri Prabowo Subianto dan Mayor Infanteri Luhut Binsar Pandjaitan untuk mengikuti pelatihan antiteror di Grenzschutzgruppe-9 (GSG-9) Jerman Barat.

Prabowo, yang mengutip perintah Benny Moerdani dalam buku 'Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto', mengatakan, "Kita harus memiliki pasukan antiteror. Kalian berdua pergi belajar di sana dan setelah itu, kalian harus kembali dan membentuk serta melatih pasukan antiteror kita," tulis Prabowo dikutip, Sabtu (27/7/2024).

Setelah menyelesaikan pelatihan di Jerman, Prabowo dan Luhut diminta untuk membentuk pasukan antiteror. Menjelang pembentukan pasukan antiteror, Benny Moerdani meminta Mayor Infanteri Luhut untuk menanyakan kepada Panglima ABRI Jenderal TNI M Jusuf nama unit pasukan khusus antiteror saat berkunjung ke Markas Kopassandha di Cijantung, Jakarta Timur. Mayor Luhut dan Kapten Prabowo kemudian menghadap dan mengusulkan nama Detasemen 81/Antiteror. Alasannya, karena dibentuk pada akhir 1981. Meskipun secara resmi Den-81/Antiteror ini berdiri pada 30 Juni 1982.

"Itu sudah betul. Saya setuju nama Detasemen 81/Antiteror," jawab M. Jusuf.

Persetujuan itu diberikan karena angka 81 bila dijumlahkan hasilnya 9 di mana pesawat Hercules yang digunakan Jenderal M Jusuf memiliki call sign A-1314. "Jumlah angkanya juga 9. Angka paling bagus itu," kata Luhut menirukan ucapan M Jusuf.

"Itulah inti pasukan pilihan di antara pasukan pilihan di Kopassus pada waktu itu," kata Luhut yang dinobatkan sebagai komandan pertama Den 81/Gultor dengan wakilnya Kapten Infanteri Prabowo Subianto.

Sejak pembentukannya, Satuan 81 telah mengalami beberapa perubahan nama dan struktur. Pada 1995 Den-81 dimekarkan menjadi GRUP-5/Anti Teror Kopassus, dan enam tahun kemudian, tepatnya 6 Juni 2001 berubah menjadi SAT-81/Gultor Kopassus. Kini satuan dengan kualifikasi personel lebih tinggi dari satuan sejenis (primus inter pares) tersebut bernama Satuan 81 Kopassus.
(abd)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More