Tradisi Kearifan Lokal Mampu Dorong Moderasi Beragama

Selasa, 23 April 2024 - 16:28 WIB
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Barat Iip Hidajat. FOTO/IST
JAKARTA - Ketupat, makanan yang identik dengan hari raya, ternyata menyimpan makna filosofis tentang semangat persatuan dan kesatuan Indonesia.Hal ini menunjukkan bahwa tradisi kearifan lokal mampu mendorong moderasi beragama dengan mengedepankan toleransi.

Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Barat Iip Hidajat membahas relevansi budaya dan tradisi kearifan lokal dengan persaudaraan sesama manusia. Menurutnya, kata 'ketupat' memiliki banyak arti yang mendalam.

"Ketupat berasal dari kata 'kupat' dan memiliki arti ganda yakni ngaku lepat (mengakui kesalahan) dan laku papat (empat tindakan). Empat tindakan yang dimaksudkan antara lain: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) dan laburan (menyucikan diri)," kata Iip dalam keterangannya dikutip, Selasa (23/4/2024).

Menurut Iip, ketupat pernah digunakan oleh Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Selain itu, ketupat juga telah membudaya sebagai sarana penyambung tali silaturahmi dan persaudaraan. Maka dari itu, sangat erat kaitannya antara ketupat dengan anjuran silaturahmi dalam Islam.



Iip Hidajat yang sebagai akademisi dan pemerhati isu toleransi antargolongan juga menggarisbawahi proses akulturasi budaya ketupat dengan ajaran Islam di Indonesia. Dia mengatakan, produk dari akulturasi tersebut memiliki pengaruh positif pada kerukunan masyarakat Indonesia.

"Terlebih lagi, bahwa di Indonesia, ketika suatu agama merayakan hari besar keagamaannya maka seluruh unsur masyarakat turut merasakan kebahagiaan dan keberkahannya," imbuhnya.

Mengingat beragamnya hari besar keagamaan yang ada di Indonesia, Iip berujar jika masing-masing wilayah di Indonesia punya ciri khas dalam menyemarakkan perayaannya. Misalnya saja, di Kuningan, Jawa Barat, ada upacara tahunan keagamaan dari agama kepercayaan yang dikenal dengan istilah Seren Taun. Upacara Seren Taun ini adalah bentuk syukur masyarakat setempat atas segala macam keberkahan yang berlangsung selama setahun penuh, terutama pada sektor pertanian yang dihitung berdasarkan kalender dari kebudayaan Sunda.

"Dalam pelaksanaannya, Upacara Seren Taun sudah menjadi agenda tahunan dan daya tarik pada aspek kebudayaan dan kepercayaan bagi para wisatawan yang mengunjungi wilayah Kuningan, Jawa Barat," ujar Iip Hidayat.

Menurutnya, dari upacara ini dapat terpancar bahwa tradisi lokal mampu mendorong modernisasi beragama dengan mengedepankan rasa toleransi, melalui perwujudan syukur kepada Sang Pencipta. Rasa syukur atas segala keberkahan dan rezeki yang diterima, serta kenyamanan dalam hidup berdampingan dan kedamaian, adalah maksud yang ingin dicapai dari Upacara Seren Taun.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More