Hibur Pengungsi di Gaza, Relawan INH Berikan Trauma Healing untuk Anak-anak
Kamis, 14 Maret 2024 - 16:03 WIB
JAKARTA - Serangan militer Israel ke Jalur Gaza, Palestina hingga saat ini belum juga berhenti. Puluhan ribu warga sipil baik ana-anak, wanita maupun orang dewasa meninggal dunia sejak serangan yang berlangsung pada 7 Oktober 2023.
Untuk membantu para pengungsi, relawan kemanusiaan Internasional Networking for Humanitarian (INH) tidak hanya menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa logistik, obat-obatan, kupon belanja dan air bersih, namun juga memberikan pelayanan trauma heiling kepada ratusan anak-anak pengungsi di Kamp Pengungsi Raffa, Jalur Gaza Selatan.
Dengan membawakan sosok manusia badut, para relawan memberikan edukasi, bercerita dan menghibur anak-anak untuk menghilangkan rasa kecemasan yang melanda mereka selama ini.
“Trauma healing dapat menjadi langka rehabilitasi yang tepat bagi para korban bencana untuk menyembuhkan dari tragedi memilukan pascabencana baik bencana alam maupun bencana perang seperti di Jalur Gaza,” kata Direktur Program Internasional INH Muhammad Qodduro, Kamis (14/3/2024).
Menurutnya, peran utama trauma healing adalah mampu mengalihkan pikiran buruk terhadap bencana agar warga tidak berlarut-larut dalam kesedihan serta bisa mengambil hikmahnya. Terlebih, bencana peperang di Jalur Gaza sangat mengancam kejiwaan dan rasa trauma yang luar biasa bagi anak-anak.
“Hampir setiap hari rasa takut dan was-was anak-anak di Gaza sangat mencemaskan, mereka sangat trauma terutama mendengarkan suara-suara ledakan bom yang dijatuhkan secara bertubi-tubi, dan mereka menyaksikan secara langsung,” jelasnya.
Tak hanya itu, kehilangan sanak keluarga, bahkan kerabat dekat seperti orang tua, kakak maupun adiknya juga menjadi faktor utama penyumbang gangguan kejiwaan dan trauma bagi anak-anak di Gaza. Kemudian banyaknya jasad bergelimpangan di mana-mana dijalanan, di balik reruntuhan gedung dan rumah juga membuat mental mereka terganggu.
“Alhamdululillah relawan kami menghibur untuk mereka bisa tersenyum, semoga langkah ini bisa mengobati kecemasan yang sangat luar biasa bagi anak-anak di jalur Gaza,” jelas Qodduro.
Bagi relawan kemanusiaan, kata Qodduro, memberikan sesuatu untuk mereka bisa tersenyum dan menghilangkan rasa takut juga merupakan hal yang sangat penting dibutuhkan saat ini. Terlebih, suasana ramadan sekarang kondisinya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sekarang sangat mencekam dan berbicara keselamatan jiwa serba tidak menentu. Pasalnya, sudah tidak ada lagi tempat yang aman di Jalur Gaza.
“Informasi yang kami peroleh dari data Kementerian Kesehatan Gaza sudah lebih dari 35.000 warga sipil di Gaza yang syahid, sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak, kita berdoa semoga genosida ini segera berlalu dan warga Gaza bisa hidup kembali dalam kedamaian,” harapnya.
Untuk membantu para pengungsi, relawan kemanusiaan Internasional Networking for Humanitarian (INH) tidak hanya menyalurkan bantuan kemanusiaan berupa logistik, obat-obatan, kupon belanja dan air bersih, namun juga memberikan pelayanan trauma heiling kepada ratusan anak-anak pengungsi di Kamp Pengungsi Raffa, Jalur Gaza Selatan.
Dengan membawakan sosok manusia badut, para relawan memberikan edukasi, bercerita dan menghibur anak-anak untuk menghilangkan rasa kecemasan yang melanda mereka selama ini.
“Trauma healing dapat menjadi langka rehabilitasi yang tepat bagi para korban bencana untuk menyembuhkan dari tragedi memilukan pascabencana baik bencana alam maupun bencana perang seperti di Jalur Gaza,” kata Direktur Program Internasional INH Muhammad Qodduro, Kamis (14/3/2024).
Menurutnya, peran utama trauma healing adalah mampu mengalihkan pikiran buruk terhadap bencana agar warga tidak berlarut-larut dalam kesedihan serta bisa mengambil hikmahnya. Terlebih, bencana peperang di Jalur Gaza sangat mengancam kejiwaan dan rasa trauma yang luar biasa bagi anak-anak.
Baca Juga
“Hampir setiap hari rasa takut dan was-was anak-anak di Gaza sangat mencemaskan, mereka sangat trauma terutama mendengarkan suara-suara ledakan bom yang dijatuhkan secara bertubi-tubi, dan mereka menyaksikan secara langsung,” jelasnya.
Tak hanya itu, kehilangan sanak keluarga, bahkan kerabat dekat seperti orang tua, kakak maupun adiknya juga menjadi faktor utama penyumbang gangguan kejiwaan dan trauma bagi anak-anak di Gaza. Kemudian banyaknya jasad bergelimpangan di mana-mana dijalanan, di balik reruntuhan gedung dan rumah juga membuat mental mereka terganggu.
“Alhamdululillah relawan kami menghibur untuk mereka bisa tersenyum, semoga langkah ini bisa mengobati kecemasan yang sangat luar biasa bagi anak-anak di jalur Gaza,” jelas Qodduro.
Bagi relawan kemanusiaan, kata Qodduro, memberikan sesuatu untuk mereka bisa tersenyum dan menghilangkan rasa takut juga merupakan hal yang sangat penting dibutuhkan saat ini. Terlebih, suasana ramadan sekarang kondisinya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sekarang sangat mencekam dan berbicara keselamatan jiwa serba tidak menentu. Pasalnya, sudah tidak ada lagi tempat yang aman di Jalur Gaza.
“Informasi yang kami peroleh dari data Kementerian Kesehatan Gaza sudah lebih dari 35.000 warga sipil di Gaza yang syahid, sebagian besar merupakan perempuan dan anak-anak, kita berdoa semoga genosida ini segera berlalu dan warga Gaza bisa hidup kembali dalam kedamaian,” harapnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda