Bahlil Yakin Civitas Akademika Berintegritas, tapi Ada yang Tidak Murni
Kamis, 08 Februari 2024 - 20:36 WIB
JAKARTA - Ketua Tim Kerja Strategis (TKS) pasangan calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, Bahlil Lahadalia menghargai pandangan dari civitas akademika yang menyampaikan protes terhadap tindakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang dinilai telah banyak cawe-cawe dalam proses pemilu 2024. Bahlil menilai gerakan tersebut sebagai bagian demokrasi.
Dalam sebuah wawancara, dia menilai hanya segilintir orang saja yang bermain politik dalam gerakan civitas akademika tersebut.
"Dengan segala hormat, dari sekian banyak itu ditengarai ada beberapa yang tidak murni, tapi ada beberapa juga yang bagus-bagus," kata Bahlil.
Keyakinan Bahlil tersebut berdasarkan fakta, di mana yang menyampaikan protes hanya beberapa guru besar sejumlah perguruan tinggi, namun bukan rektornya. Sehingga, dia menilai adanya strategi lawan politik di dalam kelompok civitas akademika tersebut.
"Baik pasangan 01, 02, dan 03 akan membuat strategi agar bisa mewujudkan apa yang jadi harapan mereka. Kalau saya lihat ada beberapa guru besar, dosen, tapi bukan rektornya yang ngomong. Penciuman dan intuisi kita ada (strategi politik). Tapi, kami tetap berpikir positif. Karena kami yakin guru-guru besar dan dosen punya integritas. Tapi, ada yang dalam penilaian kami masih ada yang (segelintir orang yang patut) dipertanyakan," tutur Bahlil menjelaskan.
Bahlil mencontohkan, dia melihat adanya sebuah foto dari gerakan civitas akademika yang menggunakan kode dari pasangan calon tertentu. Sehingga, dia berpandangan gerakan tersebut adalah gerakan yang sengaja dibuat untuk tujuan politik.
"Contoh, ada foto yang disampaikan itu dengan pakai kode dengan nomor (paslon) tertentu. Feeling saya, sebagian dari proses itu ada by design. Tapi tidak semuanya," ujar Bahlil.
Seperti diketahui, sejumlah civitas akademika melakukan aksi protes terhadap tindakan Presiden Jokowi yang dinilai telah banyak cawe-cawe dalam proses pemilu 2024.
Aksi protes itu sudah disampaikan sejumlah universitas ternama di Indonesia, seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Brawijaya, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan lainnya.
Dalam sebuah wawancara, dia menilai hanya segilintir orang saja yang bermain politik dalam gerakan civitas akademika tersebut.
"Dengan segala hormat, dari sekian banyak itu ditengarai ada beberapa yang tidak murni, tapi ada beberapa juga yang bagus-bagus," kata Bahlil.
Keyakinan Bahlil tersebut berdasarkan fakta, di mana yang menyampaikan protes hanya beberapa guru besar sejumlah perguruan tinggi, namun bukan rektornya. Sehingga, dia menilai adanya strategi lawan politik di dalam kelompok civitas akademika tersebut.
"Baik pasangan 01, 02, dan 03 akan membuat strategi agar bisa mewujudkan apa yang jadi harapan mereka. Kalau saya lihat ada beberapa guru besar, dosen, tapi bukan rektornya yang ngomong. Penciuman dan intuisi kita ada (strategi politik). Tapi, kami tetap berpikir positif. Karena kami yakin guru-guru besar dan dosen punya integritas. Tapi, ada yang dalam penilaian kami masih ada yang (segelintir orang yang patut) dipertanyakan," tutur Bahlil menjelaskan.
Bahlil mencontohkan, dia melihat adanya sebuah foto dari gerakan civitas akademika yang menggunakan kode dari pasangan calon tertentu. Sehingga, dia berpandangan gerakan tersebut adalah gerakan yang sengaja dibuat untuk tujuan politik.
"Contoh, ada foto yang disampaikan itu dengan pakai kode dengan nomor (paslon) tertentu. Feeling saya, sebagian dari proses itu ada by design. Tapi tidak semuanya," ujar Bahlil.
Seperti diketahui, sejumlah civitas akademika melakukan aksi protes terhadap tindakan Presiden Jokowi yang dinilai telah banyak cawe-cawe dalam proses pemilu 2024.
Aksi protes itu sudah disampaikan sejumlah universitas ternama di Indonesia, seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Universitas Brawijaya, Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan lainnya.
(skr)
tulis komentar anda