Dukung Pemilu 2024 Damai, Lora-Santri Madura Gelar Istigasah dan Dzikir Akbar
Rabu, 31 Januari 2024 - 20:15 WIB
SUMENEP - Paguyuban Lora dan Santri Madura menggelar istigasah dan dzikir akbar dalam rangka mewujudkan Pemilu 2024 aman dan damai, Rabu (31/1/2024). Kegiatan yang bertajuk "Deklarasi Ghiroh Lora-Santri Madura Mengawal Pemilu 2024 Aman dan Damai" dihelat di Aula Pondok Pesanten Darul Ulum, Banmaleng, Sumenep, Jawa Timur.
Bekerja sama dengan Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Giliraja, istigasah dan dzikir akbar digelar sebagai ikhtiar masyarakat, utamanya kalangan kiai dan santri untuk mendorong kontestasi Pemilu 2024 damai dan sejuk. Dalam upaya penguatan kesadaran politik masyarakat, Paguyuban Lora dan Santri Madura bersama MWC NU Giliraja berkomitmen mengawal proses pemilu damai.
Hadir pada kegiatan tersebut sejumlah kiai yang sekaligus pengurus mustasyar dan syuriah MWC NU Giliraja, antara lain Kiai Mulyadi, KH Ainur Rahman, Kiai Muhammad Adi Aziz, Kiai Abdul Halim Al A’la, Kiai Adam, dan Kiai Abdul Ghani. Selain itu, hadir sejumlah tokoh masyarakat, baik dari perangkat pemerintah hingga pengurus organisasi keagamaan di wilayah setempat.
Dalam sambutannya, Ketua Paguyuban Lora dan Santri Madura sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Kiai Adam menjelaskan kegiatan istigasah ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, kata dia, istigasah dalam rangka memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad dan Harlah ke-101 Nahdlatul Ulama.
“Kedua, dan tak kalah penting, istigasah dan dzikir dalam rangka bermunajat untuk membawa suasana Pemilu 2024 bebas dari keretakan sosial, disintegrasi, dan perpecahan dalam masyarakat. Kita mengetuk jalur langit dengan harapan proses Pemilu 2024 berjalan aman, sejuk, damai, dan berkualitas,” terang Adam.
Dijelaskan Adam, Pemilu 2024 merupakan proses politik dalam rangka memilih calon pemimpin eksekutif hingga legislatif. Tentu, pemilihan pemimpin akan selalu ada percik konflik. Namun begitu, lanjut dia, kedewasaan politik harus menguatkan masyarakat sebagai pemilih untuk tetap berpegang pada prinsip persaudaraan dan keadaban.
“Berbeda pilihan tentu saja boleh. Tetapi, dalam proses pemilu, perbedaan pilihan jangan sampai menjadi alasan permusuhan dan konflik horisontal dalam masyarakat. Menghargai pilihan politik dengan tetap mengedepankan keadaban, persaudaraan, dan welas asih,” terangnya.
Sementara itu, Ketua MWC NU Giliraja, Ach Fauzan menerangkan ikhtiar untuk menyejukkan Pemilu 2024 juga menjadi tanggung jawab semua orang, tidak hanya pemerintah. Nahdlatul Ulama Giliraja, lanjutnya, juga bertanggung jawab untuk meminimalisir potensi kerusuhan, permusuhan, dan disintegrasi masyarakat jelang dan pasca pemilu.
Bekerja sama dengan Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Giliraja, istigasah dan dzikir akbar digelar sebagai ikhtiar masyarakat, utamanya kalangan kiai dan santri untuk mendorong kontestasi Pemilu 2024 damai dan sejuk. Dalam upaya penguatan kesadaran politik masyarakat, Paguyuban Lora dan Santri Madura bersama MWC NU Giliraja berkomitmen mengawal proses pemilu damai.
Hadir pada kegiatan tersebut sejumlah kiai yang sekaligus pengurus mustasyar dan syuriah MWC NU Giliraja, antara lain Kiai Mulyadi, KH Ainur Rahman, Kiai Muhammad Adi Aziz, Kiai Abdul Halim Al A’la, Kiai Adam, dan Kiai Abdul Ghani. Selain itu, hadir sejumlah tokoh masyarakat, baik dari perangkat pemerintah hingga pengurus organisasi keagamaan di wilayah setempat.
Dalam sambutannya, Ketua Paguyuban Lora dan Santri Madura sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum, Kiai Adam menjelaskan kegiatan istigasah ini memiliki dua tujuan utama. Pertama, kata dia, istigasah dalam rangka memperingati Isra Mi’raj Nabi Muhammad dan Harlah ke-101 Nahdlatul Ulama.
“Kedua, dan tak kalah penting, istigasah dan dzikir dalam rangka bermunajat untuk membawa suasana Pemilu 2024 bebas dari keretakan sosial, disintegrasi, dan perpecahan dalam masyarakat. Kita mengetuk jalur langit dengan harapan proses Pemilu 2024 berjalan aman, sejuk, damai, dan berkualitas,” terang Adam.
Dijelaskan Adam, Pemilu 2024 merupakan proses politik dalam rangka memilih calon pemimpin eksekutif hingga legislatif. Tentu, pemilihan pemimpin akan selalu ada percik konflik. Namun begitu, lanjut dia, kedewasaan politik harus menguatkan masyarakat sebagai pemilih untuk tetap berpegang pada prinsip persaudaraan dan keadaban.
“Berbeda pilihan tentu saja boleh. Tetapi, dalam proses pemilu, perbedaan pilihan jangan sampai menjadi alasan permusuhan dan konflik horisontal dalam masyarakat. Menghargai pilihan politik dengan tetap mengedepankan keadaban, persaudaraan, dan welas asih,” terangnya.
Sementara itu, Ketua MWC NU Giliraja, Ach Fauzan menerangkan ikhtiar untuk menyejukkan Pemilu 2024 juga menjadi tanggung jawab semua orang, tidak hanya pemerintah. Nahdlatul Ulama Giliraja, lanjutnya, juga bertanggung jawab untuk meminimalisir potensi kerusuhan, permusuhan, dan disintegrasi masyarakat jelang dan pasca pemilu.
tulis komentar anda