4 Patung Tokoh Pandawa di Kantor Gibran Roboh, Djarot Bicara Isyarat Langitan
Selasa, 14 November 2023 - 13:18 WIB
JAKARTA - Ketua DPP PDIP Djarot Syaiful Hidayat menanggapi tumbangnya pohon beringin di Taman Sriwedari disertai robohnya 4 hiasan patung berkarakter Pandawa Lima di halaman Kantor Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka pada Sabtu (11/11/2023). Adapun peristiwa itu terjadi akibat hujan deras disertai angin kencang yang terjadi di Solo.
“Tumbangnya pohon beringin di Taman Sriwedari Solo, disertai beberapa patung para satria Pandawa seperti Kresna, Bima, dan Gatot Kaca bukan hal yang kebetulan,” kata Djarot yang dikenal sebagai sosok yang sangat memahami tradisi spiritualitas negeri ini.
“Ketiga patung tersebut merupakan idola Jokowi, ini isyarat langitan yang sangat serius. Kekuatan langitan telah memberi tanda dan berbicara di Solo, mengingatkan para pemimpin agar jangan mengejar kekuasaan demi ambisi pribadi," sambung Djarot dalam keterangannya.
Djarot mengatakan, Indonesia adalah negeri spiritual. “Dalam keyakinan nusantara, apa yang terjadi menandakan wahyu kesatria sudah berpindah bagaikan cerita wayang tentang Wahyu Cakraningrat," kata Djarot.
Djarot pun menyoroti beberapa peristiwa terakhir yang terjadi. Salah satunya, dikabulkannya gugatan batas usia capres-cawapres oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Diketahui, putusan yang dikabulkan oleh paman Gibran, Anwar Usman itu telah beri karpet merah kepada putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo.
“MK telah berubah menjadi Mahkamah Keluarga. Pelanggaran etik berat yang dilakukan Anwar Usman yang kini dikenal dengan sebutan paman Gibran ditanggapi oleh alam. Badai melanda Solo. Pesan langitan ini menjadi simbol yang sangat penting, bahwa kekuasaan itu ada batasnya," tutur Djarot.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun kemudian mengajak masyarakat Indonesia berdoa agar bangsa Indonesia dijauhkan dari berbagai hal negatif. Ia pun merasa, rekayasa hukum di MK harus diakhiri bila langitan telah memberi tanda.
“Kita semua percaya bahwa keadilan akan ditegakkan. Kalau langitan saja sudah mengirimkan tanda dengan ambruknya pohon beringin di Solo, maka seluruh rekayasa hukum di MK harus diakhiri. Kekuasaan tidak bisa dibangun dengan ambisi. Jangan pernah gelapkan hati nurani," ujar Djarot dengan nada prihatin.
Djarot pun percaya bahwa keadilan yang akan bicara. Ia mengatakan, duet Prabowo-Gibran telah bertentangan dengan akal sehat dan kebenaran. Untuk itu, kekuatan langitan memberi teguran.
“Tampilnya Pak Prabowo-Gibran dengan cara-cara yang bertentangan dengan akal sehat dan kebenaran nurani telah dijawab oleh kekuatan langitan yang berasal dari kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Djarot.
“Yang saya heran, patung para Punokawan tidak tumbang, artinya rakyat wong cilik yang akan meluruskan penyalahgunaan kekuasaan pada akhir-akhir ini," tandas Djarot.
“Tumbangnya pohon beringin di Taman Sriwedari Solo, disertai beberapa patung para satria Pandawa seperti Kresna, Bima, dan Gatot Kaca bukan hal yang kebetulan,” kata Djarot yang dikenal sebagai sosok yang sangat memahami tradisi spiritualitas negeri ini.
“Ketiga patung tersebut merupakan idola Jokowi, ini isyarat langitan yang sangat serius. Kekuatan langitan telah memberi tanda dan berbicara di Solo, mengingatkan para pemimpin agar jangan mengejar kekuasaan demi ambisi pribadi," sambung Djarot dalam keterangannya.
Baca Juga
Djarot mengatakan, Indonesia adalah negeri spiritual. “Dalam keyakinan nusantara, apa yang terjadi menandakan wahyu kesatria sudah berpindah bagaikan cerita wayang tentang Wahyu Cakraningrat," kata Djarot.
Djarot pun menyoroti beberapa peristiwa terakhir yang terjadi. Salah satunya, dikabulkannya gugatan batas usia capres-cawapres oleh Mahkamah Konstitusi (MK). Diketahui, putusan yang dikabulkan oleh paman Gibran, Anwar Usman itu telah beri karpet merah kepada putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka menjadi cawapres Prabowo.
“MK telah berubah menjadi Mahkamah Keluarga. Pelanggaran etik berat yang dilakukan Anwar Usman yang kini dikenal dengan sebutan paman Gibran ditanggapi oleh alam. Badai melanda Solo. Pesan langitan ini menjadi simbol yang sangat penting, bahwa kekuasaan itu ada batasnya," tutur Djarot.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun kemudian mengajak masyarakat Indonesia berdoa agar bangsa Indonesia dijauhkan dari berbagai hal negatif. Ia pun merasa, rekayasa hukum di MK harus diakhiri bila langitan telah memberi tanda.
“Kita semua percaya bahwa keadilan akan ditegakkan. Kalau langitan saja sudah mengirimkan tanda dengan ambruknya pohon beringin di Solo, maka seluruh rekayasa hukum di MK harus diakhiri. Kekuasaan tidak bisa dibangun dengan ambisi. Jangan pernah gelapkan hati nurani," ujar Djarot dengan nada prihatin.
Djarot pun percaya bahwa keadilan yang akan bicara. Ia mengatakan, duet Prabowo-Gibran telah bertentangan dengan akal sehat dan kebenaran. Untuk itu, kekuatan langitan memberi teguran.
“Tampilnya Pak Prabowo-Gibran dengan cara-cara yang bertentangan dengan akal sehat dan kebenaran nurani telah dijawab oleh kekuatan langitan yang berasal dari kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa," kata Djarot.
“Yang saya heran, patung para Punokawan tidak tumbang, artinya rakyat wong cilik yang akan meluruskan penyalahgunaan kekuasaan pada akhir-akhir ini," tandas Djarot.
(rca)
tulis komentar anda