Heroik Mbah Abdul Kodir dari Tanah Blitar
Kamis, 17 Agustus 2023 - 18:37 WIB
JAKARTA - Mbah Abdul Kodir (98) merupakan seorang veteran pemberani yang masih hidup. Semangatnya tetap berkobar, meski tubuh tergolek di tempat tidur karena uzur.
Tersebutlah, sebuah tayangan tentang sosok Mbah Abdul Kodir. Ia diwawancarai di tempat tidur, sambil mengenakan baju batik Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).
Sesekali, mot cokelatnya (peci perahu) juga dikenakan. Masih tampak gagah. Garis wajahnya mengguratkan perjuangan hidupnya yang keras. Tayangan YouTube itu berlabel channel Album Sejarah Indonesia diunggah pada 22 November 2022.
Syahdan, Jepang kalah perang dan Sekutu masuk kembali ke Tanah Air. Belanda membonceng tentara sekutu dan hendak menancapkan kukunya kembali di wilayah Nusantara.
Pecah pertempuran di seluruh penjuru Tanah Air. Perang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan Soekarno-Hatta, atas nama bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 di rumah Pegangsaan Timur.
Abdul Kodir yang ketika itu adalah seorang santri di salah satu pondok pesantren. Ia mengingat, awal perjuangan diterjunkan di front Surabaya 1945 bersama laskar laskar lainnya.
Kodir berangkat dari Ponpes Al-Falah Mojo, Kediri untuk menuju Surabaya bersama rekan-rekannya. “Malam itu kami berangkat mampir ke Batalyon Z di Pare, Kediri, langsung menuju Surabaya. Tujuannya adalah Wonokromo. Tapi ketika sampai Brangkal, Mojokerto, terjadi pertempuran. Saya ditugaskan membantu menggotong meriam,” ujarnya.
“Kadang bawa landasan, bawa kuda-kuda atau laras meriam dan ini berat sekali membawanya. Begitulah perjuangan orang saat itu,” sambung Abdul Kodir.
Tersebutlah, sebuah tayangan tentang sosok Mbah Abdul Kodir. Ia diwawancarai di tempat tidur, sambil mengenakan baju batik Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI).
Sesekali, mot cokelatnya (peci perahu) juga dikenakan. Masih tampak gagah. Garis wajahnya mengguratkan perjuangan hidupnya yang keras. Tayangan YouTube itu berlabel channel Album Sejarah Indonesia diunggah pada 22 November 2022.
Baca Juga
Syahdan, Jepang kalah perang dan Sekutu masuk kembali ke Tanah Air. Belanda membonceng tentara sekutu dan hendak menancapkan kukunya kembali di wilayah Nusantara.
Pecah pertempuran di seluruh penjuru Tanah Air. Perang mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan Soekarno-Hatta, atas nama bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 di rumah Pegangsaan Timur.
Abdul Kodir yang ketika itu adalah seorang santri di salah satu pondok pesantren. Ia mengingat, awal perjuangan diterjunkan di front Surabaya 1945 bersama laskar laskar lainnya.
Kodir berangkat dari Ponpes Al-Falah Mojo, Kediri untuk menuju Surabaya bersama rekan-rekannya. “Malam itu kami berangkat mampir ke Batalyon Z di Pare, Kediri, langsung menuju Surabaya. Tujuannya adalah Wonokromo. Tapi ketika sampai Brangkal, Mojokerto, terjadi pertempuran. Saya ditugaskan membantu menggotong meriam,” ujarnya.
“Kadang bawa landasan, bawa kuda-kuda atau laras meriam dan ini berat sekali membawanya. Begitulah perjuangan orang saat itu,” sambung Abdul Kodir.
Lihat Juga :
tulis komentar anda