Profil Desmond J Mahesa: Aktivis, Pengacara, Politisi dari Kawasan Kumuh
Sabtu, 24 Juni 2023 - 09:19 WIB
JAKARTA - Politikus Partai Gerindra Desmond Junaidi Mahesa meninggal dunia di RS Mayapada. Sebelum masuk terjun aktif di partai politik, Desmond lebih dikenal sebagai seorang aktivis pro demokrasi. Desmond adalah satu dari sekian banyak aktivis reformasi 1998 yang kemudian berkarier di DPR.
Desmond lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 12 Desember 1965 dari pasangan Muchtar bin Sirin dan Sa’diah binti Ubak. Dia tumbuh besar di Sungai Tabuk dan Pasar Batuah tempat ibunya beerdagang telur, sebuah kawasan yang padat dan bisa disebut kumuh
Desmond kecil bersekolah sambil bekerja. Sebab pendapatan ayahnya sebagai buruh tani dan buruh pasar dan ibunya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu kerabat jauh Desmond yang mengetahui hal itu akhirnya membiayai sekolahnya hingga akhirnya Desmond kuliah.
Saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Desmond melakukan pekerjaan kasar demi menutup biaya hidup dan kuliah. Dia menjadi kuli bangunan, cleaning service di perkantoran, hingga mengayuh becak di sekitar Pasar Batuah dan Belauran pada malam hari.
Namun hal itu tak mengurangi aktivitas Desmond di kampus. Dia dikenal sebagai aktivis Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Unlam, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kelompok Studi Islam (KSI), Angkatan Muda Baitul Hikmah dan Lingkungan (KSHL).
Setelah lulus, Desmond bekerja di Lembaga bantuan Hukum (LBH) Nusantara, Bandung pada 1996 dan Jakarta 1998 sebagai direktur. Desmond juga aktif di Presidium Nasional Walhi (1995-1996), Konsorsium Pembaharuan Agraris (KPA, mulai 1994), Forum Demokrasi (Fordem) dan SPIDE (Solidaritas Pemuda dan Mahasiswa Untuk Perjuangan Demokrasi).
Di seputar kurun 1997-1998, sejumlah aktivis dikabarkan diculik, Desmond adalah saah satunya. Setelah bebas, dia bersama aktivis kampusnya mendirikan yayasan Dalas Hangit (Yadah) di Banjarmasin dan tercatat sebagai Ketua Yayasan LBH Banjarmasin. Di Jakarta, Desmond mendirikan kantor pengacara bernama “TREAD’S & Associate” yang salah satu kliennya adalah salah satu pemilik Group Artha Graha, Tomy Winata.
Pada 2009 dia mulai masuk Senayan setelah terpilih sebagai anggota DPR melalui Partai Gerindra dari dapil Kalimantan Timur. Selama di Senayan, 3 buku telah diterbitkan, yakni: Presiden Offside, Kita Diam atau Memakzulkan (Mei 2012), Menggugat Logika APBN: Politik Anggaran Partai Gerindra (ditulis bersama Fary Djemy Francis, Juli 2012), dan DPR Offside: Otokritik Parlemen Indonesia (2013).
Posisi Desmond di Partai Gerindra juga menanjak. Dia duduk di barisan wakil ketua Dewan Pembina bersama beberapa nama lain di antaranya Hashim Djojohadikusumo. Pagi ini, Desmond dikabarkan meninggal. Desmond sempat mengeluhkan sesak napas sehingga dibawa ke RS Mayapada. Namun, di rumah sakit Desmond tak tertolong.
"Semoga Allah memberi alm Husnul Khotimah dan keluarga yanf ditinggal mendapat ketawaqalan menghadapinya," kata Habiburokhman .
Desmond lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 12 Desember 1965 dari pasangan Muchtar bin Sirin dan Sa’diah binti Ubak. Dia tumbuh besar di Sungai Tabuk dan Pasar Batuah tempat ibunya beerdagang telur, sebuah kawasan yang padat dan bisa disebut kumuh
Desmond kecil bersekolah sambil bekerja. Sebab pendapatan ayahnya sebagai buruh tani dan buruh pasar dan ibunya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Salah satu kerabat jauh Desmond yang mengetahui hal itu akhirnya membiayai sekolahnya hingga akhirnya Desmond kuliah.
Saat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Desmond melakukan pekerjaan kasar demi menutup biaya hidup dan kuliah. Dia menjadi kuli bangunan, cleaning service di perkantoran, hingga mengayuh becak di sekitar Pasar Batuah dan Belauran pada malam hari.
Namun hal itu tak mengurangi aktivitas Desmond di kampus. Dia dikenal sebagai aktivis Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Unlam, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Kelompok Studi Islam (KSI), Angkatan Muda Baitul Hikmah dan Lingkungan (KSHL).
Setelah lulus, Desmond bekerja di Lembaga bantuan Hukum (LBH) Nusantara, Bandung pada 1996 dan Jakarta 1998 sebagai direktur. Desmond juga aktif di Presidium Nasional Walhi (1995-1996), Konsorsium Pembaharuan Agraris (KPA, mulai 1994), Forum Demokrasi (Fordem) dan SPIDE (Solidaritas Pemuda dan Mahasiswa Untuk Perjuangan Demokrasi).
Di seputar kurun 1997-1998, sejumlah aktivis dikabarkan diculik, Desmond adalah saah satunya. Setelah bebas, dia bersama aktivis kampusnya mendirikan yayasan Dalas Hangit (Yadah) di Banjarmasin dan tercatat sebagai Ketua Yayasan LBH Banjarmasin. Di Jakarta, Desmond mendirikan kantor pengacara bernama “TREAD’S & Associate” yang salah satu kliennya adalah salah satu pemilik Group Artha Graha, Tomy Winata.
Pada 2009 dia mulai masuk Senayan setelah terpilih sebagai anggota DPR melalui Partai Gerindra dari dapil Kalimantan Timur. Selama di Senayan, 3 buku telah diterbitkan, yakni: Presiden Offside, Kita Diam atau Memakzulkan (Mei 2012), Menggugat Logika APBN: Politik Anggaran Partai Gerindra (ditulis bersama Fary Djemy Francis, Juli 2012), dan DPR Offside: Otokritik Parlemen Indonesia (2013).
Posisi Desmond di Partai Gerindra juga menanjak. Dia duduk di barisan wakil ketua Dewan Pembina bersama beberapa nama lain di antaranya Hashim Djojohadikusumo. Pagi ini, Desmond dikabarkan meninggal. Desmond sempat mengeluhkan sesak napas sehingga dibawa ke RS Mayapada. Namun, di rumah sakit Desmond tak tertolong.
"Semoga Allah memberi alm Husnul Khotimah dan keluarga yanf ditinggal mendapat ketawaqalan menghadapinya," kata Habiburokhman .
(muh)
Lihat Juga :
tulis komentar anda