Pejabat Publik Nyaleg, Netralitas Penyelenggara Negara Diuji

Rabu, 31 Mei 2023 - 23:09 WIB
Mahasiswi Program Pascasarjana Ilmu Administrasi UI Nawang Mega Arum. FOTO/DOK.PRIBADI
Nawang Mega Arum

Mahasiswi Program Pascasarjana Ilmu Administrasi Universitas Indonesia

DI TENGAH hiruk-pikuk isu capres-cawapres, sebetulnya kita juga perlu menyadari bahwa bulan ini merupakan tahapan partai politik peserta Pemilu 2024 mengajukan bakal calon anggota legislatif DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Komisi Pemilihan Umum (KPU) sibuk menjadi tuan rumah dari lalu-lalang politisi yang hendak maju nyaleg.



Kita melihat parpol mendaftarkan para bakal caleg dari beragam latar belakang. Dari mulai politikus senior, artis, pengusaha, dan aktivis buruh. Menariknya ada pula pejabat publik yang masih aktif di posisinya ikut maju menjadi caleg. Sebut saja Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah dan Kepala Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Benny Rhamdani.

Lalu bagaimana aturan bagi pejabat publik yang nyaleg? Apakah mereka harus mengundurkan diri? Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (Pemilu) Pasal 240 memang mensyaratkan seorang caleg mundur dari jabatannya. Namun terbatas pada jabatan kepala daerah; wakil kepala daerah; aparatur sipil negara; anggota Tentara Nasional Indonesia; anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; direksi, komisaris, dewan pengawas, dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah atau badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara.

Selain itu, kepala desa (kades) dan perangkat desa juga diwajibkan mundur jika nyaleg. Ketentuan ini tertuang dalam Peraturan KPU (PKPU) Pasal 11 Ayat (2) huruf b Nomor 10 Tahun 2023 tentang Pencalonan Anggota DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Aturan kades mundur merujuk pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 29 huruf yang melarang kepala desa rangkap jabatan sebagai anggota legislatif.

UU Pemilu juga mengatur para caleg dilarang berpraktik sebagai akuntan publik, advokat, notaris, pejabat pembuat akta tanah, atau melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara.

Sesuai Pasal 14 Ayat (1) dan Pasal 15 Ayat (1) UU Pemilu, surat pengunduran diri yang diterbitkan oleh pejabat berwenang dilampirkan saat pengajuan diri sebagai bakal calon anggota legislatif (caleg).

Ketentuan mundur dari jabatan publik seperti tertulis di atas merupakan bagian dari menjaga netralitas dalam pemilu. Netralitas pemerintah sebagai pembuat dan eksekusi kebijakan menjadi titik yang ideal ketika dihadapkan pada suatu kondisi, sebagaimana menurut Goodnow (1900), bahwa negara memiliki fungsi untuk mengekspresikan kehendak rakyat dan menjalankan kehendak itu. Fungsi pertama yaitu politik, sementara esensi yang kedua adalah administrasi.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More