MUI Desak Polisi Usut Tuntas Kasus Penganiayaan Terhadap Putra Pengurus GP Ansor
Sabtu, 25 Februari 2023 - 22:13 WIB
JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta aparat kepolisian mengusut tuntas kasus penganiayaan terhadap anak pengurus Gerakan Pemuda (GP) Ansor berinisial D. Sebab, penganiayaan sadis yang dilakukan Mario Dandy Satriyo masuk dalam kategori premanisme.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI Bidang Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa, KH Arif Fahrudin mengatakan, setidaknya ada empat hal yang perlu digarisbawahi terkait peristiwa tersebut.
“Menurut saya ada banyak hal yang patut untuk diperhatikan atas peristiwa tersebut,” kata Arif dikutip dari laman MUI Digital, Sabtu (25/2/2023).
Arif menyebut, pertama problem akhlak anak bangsa yang belum selesai. Penganiayaan terhadap sesama putra bangsa merupakan cerminan putusnya rasa empati persaudaraan.
Kedua, kasus ini merupakan masalah kekerasan terhadap anak karena David masih berusia 17 tahun. “Anak kita masih rentan terhadap tindak kekerasan dan kejahatan fisik,” ujar dia.
Ketiga, perilaku Mario Dandy, yang menganiaya D adalah aksi premanisme. "Entah apa yang merasuki pikiran pelakunya yang seolah sok berkuasa hingga melakukan penganiayaan terhadap orang lain. Derajat sesama warga negara sama di mata hukum," ujar dia
Keempat, diduga adanya pelanggaran dan ketidakwajaran atas pelaporan harta kekayaan ayah Mario Dandy yaitu Rafael Alun Trisambodo yang tercatat sebagai pejabat di lingkungan Ditjen Pajak. "Atas hal tersebut di atas, maka saya menyampaikan kesedihan mendalam atas kekerasan yang menimpa D,”katanya.
Dia meminta agar pihak kepolisian mengusut tuntas aksi premanisme secara tansparan dan ditegakan secara adil. Serta mendoakan agar David mendapat kesembuhan. "Saya minta agar kepolisian bertindak tegas atas perilaku premanisme yang mengakibatkan D sebagai korban yang tergolong masih usia anak,"kata dia.
Terakhir, dia mengingatkan akan pola pengasuhan anak di level keluarga juga semakin penting untuk diperhatikan. Terutama oleh kedua orang tua. Sikap dan perilaku hidup yang sederhana hendaknya harus diteladankan kepada anak-anak kita.
“Jangan sampai kita sebagai orang tua terlalu memanjakan anak-anak kita dengan fasilitas mewah yang akhirnya meninabobokan anak-anak kita dari mentalitas empati, menyebabkan mentalitas merendahkan orang lain, yang ujungnya adalah justru menghilangkan potensi anak-anak kita dari bekerja keras untuk meraih status sosialnya secara mandiri,”ujarnya.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) MUI Bidang Pusat Dakwah dan Perbaikan Akhlak Bangsa, KH Arif Fahrudin mengatakan, setidaknya ada empat hal yang perlu digarisbawahi terkait peristiwa tersebut.
“Menurut saya ada banyak hal yang patut untuk diperhatikan atas peristiwa tersebut,” kata Arif dikutip dari laman MUI Digital, Sabtu (25/2/2023).
Baca Juga
Arif menyebut, pertama problem akhlak anak bangsa yang belum selesai. Penganiayaan terhadap sesama putra bangsa merupakan cerminan putusnya rasa empati persaudaraan.
Kedua, kasus ini merupakan masalah kekerasan terhadap anak karena David masih berusia 17 tahun. “Anak kita masih rentan terhadap tindak kekerasan dan kejahatan fisik,” ujar dia.
Ketiga, perilaku Mario Dandy, yang menganiaya D adalah aksi premanisme. "Entah apa yang merasuki pikiran pelakunya yang seolah sok berkuasa hingga melakukan penganiayaan terhadap orang lain. Derajat sesama warga negara sama di mata hukum," ujar dia
Keempat, diduga adanya pelanggaran dan ketidakwajaran atas pelaporan harta kekayaan ayah Mario Dandy yaitu Rafael Alun Trisambodo yang tercatat sebagai pejabat di lingkungan Ditjen Pajak. "Atas hal tersebut di atas, maka saya menyampaikan kesedihan mendalam atas kekerasan yang menimpa D,”katanya.
Dia meminta agar pihak kepolisian mengusut tuntas aksi premanisme secara tansparan dan ditegakan secara adil. Serta mendoakan agar David mendapat kesembuhan. "Saya minta agar kepolisian bertindak tegas atas perilaku premanisme yang mengakibatkan D sebagai korban yang tergolong masih usia anak,"kata dia.
Terakhir, dia mengingatkan akan pola pengasuhan anak di level keluarga juga semakin penting untuk diperhatikan. Terutama oleh kedua orang tua. Sikap dan perilaku hidup yang sederhana hendaknya harus diteladankan kepada anak-anak kita.
“Jangan sampai kita sebagai orang tua terlalu memanjakan anak-anak kita dengan fasilitas mewah yang akhirnya meninabobokan anak-anak kita dari mentalitas empati, menyebabkan mentalitas merendahkan orang lain, yang ujungnya adalah justru menghilangkan potensi anak-anak kita dari bekerja keras untuk meraih status sosialnya secara mandiri,”ujarnya.
(cip)
Lihat Juga :
tulis komentar anda