Gagal Masuk Kopassus karena Keseleo, Jenderal Baret Hitam Ini Malah Melesat Jadi KSAD
Selasa, 14 Februari 2023 - 06:00 WIB
JAKARTA - Masuk kecabangan infanteri Komando Pasukan Khusus ( Kopassus ) menjadi idaman hampir semua Taruna Akademi Militer . Tidak mengherankan mereka rela mati-matian berjuang demi menyandang Baret Merah . Itu pula yang dilakukan Jenderal TNI (Purn) R Hartono.
Semasa digembleng di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah, kacong (anak laki-laki) Madura itu pun bercita-cita menembus Kopassus yang kala itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Hartono yakin dapat lulus ujian kecabangan mengingat punya fisik kuat dan postur tubuh ideal sebagai persyaratan masuk korps pasukan elite tersebut.
“RPKAD memang menjadi dambaan setiap taruna AMN. Waktu itu saya tingkat III Taruna, kemampuan saya diuji untuk melaksanakan terjun payung,” kata Hartono dikutip dari buku biografi “Jenderal TNI R Hartono Kacong Madhure Jadi Jenderal” terbitan Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat, Selasa (14/2/2023).
Bukan rahasia bila Korps Kopassus begitu diidam-idamkan Taruna. Selain kemampuan tempur yang dahsyat, berkualifikasi Komando juga dinilai dapat mempermulus karier. Lazim terjadi jabatan-jabatan strategis TNI diisi oleh tentara kecabangan infanteri Kopassus. Memang tidak semuanya demikian. Tetapi, sejarah menunjukkan para perwira Baret Merah dominan mengisi kursi-kursi penting TNI AD.
Kopassus juga dikenal sebagai pasukan elite dengan reputasi kelas dunia. Prestasi spektakuler yang pernah ditorehkan antara lain operasi pembebasan sandera di pesawat DC-9 Woyla pada 1981. Pesawat milik maskapai Garuda Indonesia itu dibajak kelompok radikal yang menyebut diri mereka Komando Jihad.
Cikal bakal Kopassus bermula pada 16 April 1952 saat Panglima Tentara Territorium III/Siliwangi Kolonel AE Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Pembentukan Kesko ini didasari pengalamannya bertempur menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 1950. Ketika itu Kawilarang membentuk operasi tempur yang dikomandani Letkol Slamet Riyadi.
Operasi ini sukses memadamkan RMS. Tetapi, harus dibayar mahal karena korban dari TNI tak sedikit. Setelah dikaji, pasukan musuh dengan kekuatan relatif kecil ternyata mampu menggagalkan serangan TNI yang lebih besar. “Peristiwa ini mengilhami Kolonel Slamet Riyadi untuk membentuk satuan pemukul yang dapat digerakkan cepat dan tepat guna menghadapi pertempuran di medan berat sekali pun,” tulis laman resmi Kopassus.
Dalam perkembangannya Kesko Teritorium III Siliwangi berubah menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 18 Maret 1953. Selanjutnya pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur. Pada 12 Desember 1966 RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD).
Puspassus AD hanya bertahan lima tahun. Pada 17 Februari 1971, Puspassus AD berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Seiring reorganisasi di tubuh ABRI, sejak 26 Desember 1986 Kopassandha berubah menjadi Kopassus hingga kini.
Semasa digembleng di Lembah Tidar, Magelang, Jawa Tengah, kacong (anak laki-laki) Madura itu pun bercita-cita menembus Kopassus yang kala itu masih bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Hartono yakin dapat lulus ujian kecabangan mengingat punya fisik kuat dan postur tubuh ideal sebagai persyaratan masuk korps pasukan elite tersebut.
Baca Juga
“RPKAD memang menjadi dambaan setiap taruna AMN. Waktu itu saya tingkat III Taruna, kemampuan saya diuji untuk melaksanakan terjun payung,” kata Hartono dikutip dari buku biografi “Jenderal TNI R Hartono Kacong Madhure Jadi Jenderal” terbitan Dinas Sejarah TNI Angkatan Darat, Selasa (14/2/2023).
Bukan rahasia bila Korps Kopassus begitu diidam-idamkan Taruna. Selain kemampuan tempur yang dahsyat, berkualifikasi Komando juga dinilai dapat mempermulus karier. Lazim terjadi jabatan-jabatan strategis TNI diisi oleh tentara kecabangan infanteri Kopassus. Memang tidak semuanya demikian. Tetapi, sejarah menunjukkan para perwira Baret Merah dominan mengisi kursi-kursi penting TNI AD.
Kopassus juga dikenal sebagai pasukan elite dengan reputasi kelas dunia. Prestasi spektakuler yang pernah ditorehkan antara lain operasi pembebasan sandera di pesawat DC-9 Woyla pada 1981. Pesawat milik maskapai Garuda Indonesia itu dibajak kelompok radikal yang menyebut diri mereka Komando Jihad.
Cikal bakal Kopassus bermula pada 16 April 1952 saat Panglima Tentara Territorium III/Siliwangi Kolonel AE Kawilarang mendirikan Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT). Pembentukan Kesko ini didasari pengalamannya bertempur menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) pada 1950. Ketika itu Kawilarang membentuk operasi tempur yang dikomandani Letkol Slamet Riyadi.
Operasi ini sukses memadamkan RMS. Tetapi, harus dibayar mahal karena korban dari TNI tak sedikit. Setelah dikaji, pasukan musuh dengan kekuatan relatif kecil ternyata mampu menggagalkan serangan TNI yang lebih besar. “Peristiwa ini mengilhami Kolonel Slamet Riyadi untuk membentuk satuan pemukul yang dapat digerakkan cepat dan tepat guna menghadapi pertempuran di medan berat sekali pun,” tulis laman resmi Kopassus.
Dalam perkembangannya Kesko Teritorium III Siliwangi berubah menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD) pada 18 Maret 1953. Selanjutnya pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur. Pada 12 Desember 1966 RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD).
Puspassus AD hanya bertahan lima tahun. Pada 17 Februari 1971, Puspassus AD berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Seiring reorganisasi di tubuh ABRI, sejak 26 Desember 1986 Kopassandha berubah menjadi Kopassus hingga kini.
tulis komentar anda