Sekjen PDIP Beberkan 4 Variabel Penting Pelembagaan Parpol
Kamis, 26 Januari 2023 - 14:58 WIB
JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDIP yang juga Mahasiswa Program Doktoral Universitas Indonesia (UI) Hasto Kristiyanto menyampaikan pernyataan Megawati Soekarnoputri untuk bisa memahami bagaimana proses pelembagaan atau institusionalisasi PDIP.
Hal itu disampaikannya dalam Seminar Nasional bertema “Pelembagaan Partai dan Kepemimpinan Strategis Nasional” yang dilaksanakan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) bersama Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG), Pascasarjana UI di Hotel Savoy Homann, Bandung, Kamis (26/1/2023). Hasto menjadi salah satu pembicara bersama Burhanuddin Muhtadi dan Ketua Kaprodi SKSG Dr A Hanief Saka Ghafur.
Hasto mengatakan untuk memahami bagaimana institusionalisasi PDIP, bisa berkaca dari bagaimana pernyataan Megawati Soekarnoputri.
“Bu Mega mengingatkan jangan sampai PDI Perjuangan jatuh dalam alam transaksional yang pragmatis, sebab kita adalah partai ideologis dengan rekam jejak sejarah panjang. Berpolitik itu membangun peradaban, menentukan arah bagi masa depan bangsa. Karena itulah PDI Perjuangan ada selamanya, sepanjang bangsa ini ada. Tampak pernyataan sederhana, tetapi menunjukkan betapa pentingnya partai politik itu,” ujar Hasto disambut applaus peserta yang hadir.
Dalam kerangka itu, PDIP tetap berusaha menjadi partai modern tetapi dengan rohnya tidak berubah yakni berideologi Pancasila dengan spirit kelahiran 1 Juni. “Maka keputusan strategis Ibu Mega merupakan bahan penelitian sangat menarik,” ucapnya.
Hasto lalu memaparkan sejarah PDIP yang berasal dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Proklamator RI Soekarno. Di Bandung pada 4 Juni 1927, Soekarno mendirikan PNI dengan berbasis pada tradisi intelektual dari pengalaman spirit kemerdekaan berbagai negara bangsa dunia dan sejarah nusantara. Basisnya adalah kesadaran dan dialektika tentang mengapa Indonesia harus merdeka setelah terjajah ratusan tahun.
“Karena tradisi pendiri bangsa itu, maka selayaknya PDIP dan kadernya juga mengembangkan kepemimpinan intelektual itu dengan belajar teori demokrasi, pemerintahan negara, fungsi parpol, ketahanan politik. Itu semua harus bagian dari kultur PDI Perjuangan, inilah yang membuat partai punya arah masa depannya,” jelas Hasto.
Hasto lalu memaparkan hasil risetnya. Ditemukan bahwa masyarakat memberikan persepsi yang rendah terkait fungsi partai politik seperti fungsi intermediasi hingga agregasi kepentingan rakyat. Namun riset juga menemukan bahwa masyarakat memberikan apresiasi terhadap upaya pelembagaan partai politik.
Hasto mengatakan ada empat variabel yang mempengaruhi pelembagaan partai politik, berdasarkan temuan risetnya. Yakni kemampuan partai beradaptasi dengan perkembangan zaman (35,2%), kepemimpinan partai (29,6%), ideologi partai (17,5%), serta budaya/organisasi partai (7,4%).
Hal itu disampaikannya dalam Seminar Nasional bertema “Pelembagaan Partai dan Kepemimpinan Strategis Nasional” yang dilaksanakan oleh Ikatan Alumni Universitas Indonesia (Iluni) bersama Sekolah Kajian Strategik dan Global (SKSG), Pascasarjana UI di Hotel Savoy Homann, Bandung, Kamis (26/1/2023). Hasto menjadi salah satu pembicara bersama Burhanuddin Muhtadi dan Ketua Kaprodi SKSG Dr A Hanief Saka Ghafur.
Baca Juga
Hasto mengatakan untuk memahami bagaimana institusionalisasi PDIP, bisa berkaca dari bagaimana pernyataan Megawati Soekarnoputri.
“Bu Mega mengingatkan jangan sampai PDI Perjuangan jatuh dalam alam transaksional yang pragmatis, sebab kita adalah partai ideologis dengan rekam jejak sejarah panjang. Berpolitik itu membangun peradaban, menentukan arah bagi masa depan bangsa. Karena itulah PDI Perjuangan ada selamanya, sepanjang bangsa ini ada. Tampak pernyataan sederhana, tetapi menunjukkan betapa pentingnya partai politik itu,” ujar Hasto disambut applaus peserta yang hadir.
Dalam kerangka itu, PDIP tetap berusaha menjadi partai modern tetapi dengan rohnya tidak berubah yakni berideologi Pancasila dengan spirit kelahiran 1 Juni. “Maka keputusan strategis Ibu Mega merupakan bahan penelitian sangat menarik,” ucapnya.
Hasto lalu memaparkan sejarah PDIP yang berasal dari Partai Nasionalis Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Proklamator RI Soekarno. Di Bandung pada 4 Juni 1927, Soekarno mendirikan PNI dengan berbasis pada tradisi intelektual dari pengalaman spirit kemerdekaan berbagai negara bangsa dunia dan sejarah nusantara. Basisnya adalah kesadaran dan dialektika tentang mengapa Indonesia harus merdeka setelah terjajah ratusan tahun.
“Karena tradisi pendiri bangsa itu, maka selayaknya PDIP dan kadernya juga mengembangkan kepemimpinan intelektual itu dengan belajar teori demokrasi, pemerintahan negara, fungsi parpol, ketahanan politik. Itu semua harus bagian dari kultur PDI Perjuangan, inilah yang membuat partai punya arah masa depannya,” jelas Hasto.
Hasto lalu memaparkan hasil risetnya. Ditemukan bahwa masyarakat memberikan persepsi yang rendah terkait fungsi partai politik seperti fungsi intermediasi hingga agregasi kepentingan rakyat. Namun riset juga menemukan bahwa masyarakat memberikan apresiasi terhadap upaya pelembagaan partai politik.
Hasto mengatakan ada empat variabel yang mempengaruhi pelembagaan partai politik, berdasarkan temuan risetnya. Yakni kemampuan partai beradaptasi dengan perkembangan zaman (35,2%), kepemimpinan partai (29,6%), ideologi partai (17,5%), serta budaya/organisasi partai (7,4%).
Lihat Juga :
tulis komentar anda