Prostitusi Online Meresahkan

Senin, 11 Mei 2015 - 09:27 WIB
Prostitusi Online Meresahkan
Prostitusi Online Meresahkan
A A A
JAKARTA - Praktik prostitusi online sudah sangat memprihatinkan. Fenomena ini menjadi peringatan bagi pemerintah dan penegak hukum untuk segera memberantas bisnis esekesek tersebut. Apalagi, kejahatan ini tidak hanya menyasar orang dewasa tapi juga anak-anak.

Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan, maraknya prostitusi sebenarnya bukanlah hal baru. Pemberitaan atas beberapa kasus akhir-akhir ini merupakan pemicu terungkapnya praktik-praktik prostitusi yang ada di tengah masyarakat. ”Dari Februari lalu, saya sudah katakan bahwa Indonesia ini bukan hanya darurat narkoba, tapi juga pornografi, termasuk prostitusi. Bahkan anak SMP sudah jadi mucikari,” kata Khofifah saat dihubungi KORAN SINDO tadi malam.

Untuk diketahui, beberapa bulan terakhir ini publik dikejutkan dengan terungkapnya bisnis pelacuran online. Kasus yang paling mencuat adalah pembunuhan Tata Chubby, yang ternyata korban merupakan pekerja seks komersial (PSK) yang dibunuh pelanggannya sendiri. Tata Chubby mempromosikan dirinya lewat media sosial. Dari situ, polisi kemudian berhasil mengungkap praktik prostitusi online di apartemen di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan.

Polrestabes Bandung juga berhasil membongkar dua kasus prostitusi online dengan modus menggunakan grup chat pada media sosial BlackBerry Messenger (BBM) yang telah beroperasi sekitar dua tahun terakhir. Para tersangka memiliki total sekitar 50 wanita penghibur yang usianya masih terbilang muda, 18 hingga 25 tahun.

Paling baru, seorang mucikari berinisial RA ditangkap polisi lantaran terungkap menjalankan bisnis haram itu dengan bayaran sangat fantastis mulai kisaran Rp80-200 juta sekali berkencan. Salah satu anak buahnya adalah seorang artis berinisial AA, yang ditangkap setelah polisi menyamar menjadi pelanggan.

Lebih jauh, Khofifah mengungkapkan saat ini fenomena pelacuran ini bukan lagi disebabkan persoalan ekonomi, melainkan juga sudah menjadi gaya hidup. ”Kalau sudah online ini kategorinya lifestyle. Short time 80 (tarifnya artis AA Rp80 juta) juga itu sudah masuk lifestyle,” kata dia.

Sebagaimana yang ada dalam Nawacita, bahwa revolusi karakter dan restorasi sosial menjadi visi pemerintahan Jokowi-JK. Tentu di dalamnya termasuk masalah prostitusi akan menjadi perhatian pemerintah.

”Sudah dibentuk satgas pornografi. Ketuanya Ibu Menteri PMK (Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Puan Maharani, sedangkan ketua hariannya menteri agama. Ini diharapkan dapat secara efektif mereduksi atau bahkan menghilangkan tidak saja prostitusi tapi sampai kejahatan seksual,” ujar dia.

Menurut dia, persoalan ini harus dituntaskan secara komprehensif. Dia mencontohkan Swedia yang berhasil menurunkan persentase permintaan prostitusi mencapai 80%, sedangkan untuk suplai dapat diturunkan hingga angka 75%. ”Ada kepolisian dan kejaksaan proaktif. Ada budget recovery ekonomi dan sanksi yang jelas. Ketika itu bersinergi dapat secara signifikan menurunkan (prostitusi),” ungkap dia.

Khofifah mengakui penanganan prostitusi belum terintegrasi saat ini, di mana masih terkotakkotak secara sektoral. ”Kalau prostitusi online, ya Kominfo yang bertanggung jawab. Padahal tidak hanya itu. Harus dipikirkan siapa penggunanya. Dan tidak hanya penyuplai, mereka (pengguna) juga harus mendapatkan punishment . Adanya satgas, kita mau agar terintegrasi,” imbuh dia.

Selain itu, perlu diperkuat kontrol sosial di masyarakat. Dengan begitu ketika keluar dari norma, akan ada hukuman sosial dari masyarakat sekitar. Senada diungkapkan Komisioner Komisi Pendidikan Anak Indonesia (KPAI) Bidang PendidikanSusanto. Menurutdia, praktik prostitusi online di kalangan model dan artis dinilai mengancam masa depan anak.

Pasalnya, artis adalah publik figur yang kerap ditiru perilakunya oleh anakanak. ”Kami sangat sesalkan adanya praktik prostitusi di kalangan artis. Ini berdampak buruk bagi anak-anak,” kata Susanto. Karena itu, kata Susanto, diperlukan formula wajib dimiliki orang tua untuk mencegah anakanaknyaagartidakterjerumuske lubang kemaksiatan itu. ”Pertama, pastikan anak memahami mana figur publik yang layak dicontoh dan tidak,” tuturnya.

Kedua, orang tua harus memastikan atau mengajarkan anaknya memiliki kemampuan evaluatif, seperti mengevaluasi perkembangan teknologi dan informasi agar terhindar dari dunia prostitusi.

”Kemudian, kembangkan pola asuh dialogis, hindari pola asuh protektif dan permisif. Ajak anak bicara, ajak anak sharing terhadap suatu hal. Ajak anak mengemukakan perasaan dan pengalamannya, ajak anak belajar mengevaluasi, ajak anak sharing masa depan, ajak anak berbagi pandangan. Pola dialogis seperti ini akan mematangkan anak,” paparnya.

Hukum Harus Ditegakkan

Ketua Komisi VIII DPR Saleh Daulay menilai sebenarnya sudah ada instrumen hukum yang bisa diterapkan untuk menjerat praktik prostitusi online yang sekarang ini marak. Persoalannya sekarang, tinggal political will pelaksana dari peraturan dan UU yang sudah ada untuk benarbenar ditegakkan.

”Paling tidak, UU ITE dan UU Pornografi dan Porno Aksi bisa diterapkan. Ada beberapa klausul yang bisa dipakai untuk menjerat mereka. Hukum itu tentu perlu ditegakkan terutama kepada para agenagennya,” kata Saleh.

Menurut dia, pemerintah tidak bisa berhenti dengan hanya sekadar menjatuhkan hukuman. Bagi mereka yang sudah telanjur menjadi bagian dari bisnis prostitusi, perlu dilakukan rehabilitasi, pembinaan serta pemberdayaan agar mereka bisa lebih produktif.

Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Musni Umar menjelaskan, praktik prostitusi di kalangan artis diduga lantaran kehidupan artis telah terkontaminasi dengan gaya hidup yang hedonistik. Bahkan, kecenderungan hidup mewah itu membuat para artis menabrak nilainilai moral dan agama.

Kemudian, artis itu sudah tidak memedulikan dirinya sebagai publik figur. Gaya hidup artis yang terbiasa menjalani kehidupan glamor itu kerap tidak diikuti dengan penghasilannya yang memadai. Maka untuk memenuhi kebiasaan hidupnya itu, mereka mencari penghasilan dengan melakukan praktik prostitusi di kalangan elite, seperti pengusaha dan pejabat.

Psikolog dari Universitas Pancasila Aully Grashinta menambahkan, menjadi seorang artis tidaklah murah karena dia harus melakukan sejumlah perawatan hingga memenuhi kebutuhan lain yang di luar kebiasaan masyarakat umum. Dan agar dia diterima di kalangan sosialnya, tentu dia harus mengikuti gaya hidupnya.

”Tentunya itu perlu modal. Bagaimana memenuhi hal itu (modal) yang kemudian ditempuh dengan cara singkat (prostitusi). Semakin besar modalnya maka bisa semakin tinggi nilainya,” paparnya.

Panggil Pelanggan PSK

Selain menjajakan artis sebagai PSK, RA—mucikari prostitusi online ini, juga diduga mempekerjakan wanita panggilan dari kalangan mahasiswa dan model. Hingga kini, polisi terus melakukan penyelidikan kasus tersebut. ”Dari hasil pemeriksaan, ada artis, ada model, ada mahasiswa juga. Makanya ini masih kami selidiki,” ujar Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP Audie Latuheru kemarin.

Sejauh ini artis yang sempat diamankan bersamaan dengan penangkapan mucikari RA adalah AA. Saat ini, kata Audie, pihaknya tengah mendalami sejauh mana keterlibatan para wanita yang dijadikan sebagai PSK oleh RA.

Polri sudah mengantongi nama-nama wanita yang bekerja bersama RA di bisnis prostitusi, jumlahnya sekitar 200 orang. ”Kami pelajari dahulu, ini korban atau bukan. Tidak asal main berikan sanksi saja ya. Makanya kami akan panggil mereka juga untuk dimintai keterangannya,” tuturnya.

Selain itu, polisi juga akan mengambil keterangan para pelanggan RA yang kerap memesan PSK padanya sebagai saksi. Yang menarik, mucikari RA juga menyediakan jasa laki-laki terhadap pelanggan perempuannya untuk memuaskan nafsu berahi mereka. ”Itu pengakuannya saja. Benar tidaknya harus diselidiki dahulu,” terangnya.

Pasalnya, polisi belum menemukan satu pun nama pria yang masuk dalam daftar tersebut. Dalam menjalankan profesinya sebagai mucikari selama tiga tahun belakangan ini, RA memiliki 200 wanita yang memiliki profesi sebagai PSK. Kepastian itu didapat kala polisi melakukan pengecekan aplikasi BBM pada BlackBerry Q5 milik RA.

”Saat dicek di handphone tersangka, ada beberapa grup. Ada grup SMA, ada grup lainnya. Nah , di salah satu grup ada yang berisi 200 perempuan yang pembicaraannya mengenai transaksi seperti itu,” jelas Audie.

Hasil pemeriksaan juga menyebutkan RA tidak hanya mengirim PSK- nya ke kalangan elite di Jakarta. Sang germo juga mengirimkan para anak buahnya ke luar negeri, seperti Amerika dan Thailand. ”RA melayani tamu dari luar negeri juga. Bukti yang kami dapat sampai ke Amerika, Boston, Malaysia, dan Thailand,” ujarnya.

Menurutnya, harga yang ditawarkan RA pun beragam, mulai Rp80 juta sampai Rp200 juta selama tiga jam. Saat ini pihaknya masih terus memintai keterangan lebih lanjut terhadap sang mucikari.

Dita angga/ R ratna purnama/ Rahmat sahid/Helmi syarif/Sindonews
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3934 seconds (0.1#10.140)