Bekerja Tak Ubahnya Bersenang-senang

Minggu, 10 Mei 2015 - 10:16 WIB
Bekerja Tak Ubahnya Bersenang-senang
Bekerja Tak Ubahnya Bersenang-senang
A A A
Christian menilai bahwa mengubah pola pikir, karakter, dan mental orang Indonesia menjadi tantangan paling besar yang ia rasakan saat ini.

”Orang Indonesia itu harus banyak diberikan pemikiran positif agar timbul rasa optimis. Kalau dibilang Indonesia butuh revolusi mental, itu benar. Jadi, adanya motivator memang untuk mencapai tujuan revolusi mental juga,” ujarnya. Motivator yang sudah memulai profesinya sejak 10 tahun lalu itu mengatakan, sistem pembelajaran yang ada di Indonesia selama ini juga membuat kreativitas anak didik terkurung.

”Kalau di luar negeri, anak-anak harus kreatif sendiri, sedangkan di Indonesia hanya diharuskan untuk menghafal. Padahal, seharusnya mereka diberikan materi problem solving,” kata alumni Universitas Diponegoro itu. Menurut Christian, Indonesia sebaiknya juga tidak ragu-ragu untuk mengikuti keberhasilan negara lain. Misalnya berkaca pada Singapura, bagaimana budaya antre, bersih, dan tertib dapat tercipta karena pola pikir yang mereka bangun.

”Sehingga kita harus cari role model yang bisa kita tiru kebaikannya. Prinsipnya sesederhana itu,” kata dia. Christian mengungkapkan, semasa kecil, ia tumbuh dalam kondisi keluarga yang tidak mampu. ”Saya merasa sulit ketika saya kecil. Saya tidak punya rumah. Rumah saya dijual dan saya tinggal di rumah saudara selama belasan tahun,” ceritanya, dengan haru. Ia menambahkan, masa sulit lain dirasakan ketika masih bekerja sebagai pegawai kantoran pada 2008.

”Waktu itu saya ngekos. Saya masih cari kos dengan harga Rp200.000 per bulan, dan itu patungan dengan teman saya,” ujarnya. Ketika dulu berjuang untuk merintis profesi sebagai motivator, Christian masih menggunakan motor butut. Motor tua itu senantiasa menemani lelaki ini dalam melaksanakan pekerjaannya.

”Saya pernah diminta untuk mengisi seminar di daerah Puncak. Meskipun butuh perjuangan untuk sampai di sana, ditemani oleh teman kos, kami tetap bisa sampai menggunakan motor itu,” kenangnya. Kini, sejak menggeluti dunia motivasi, Christian merasa hidupnya mulai berubah. Ia meyakini, apa pun latar belakang pendidikan yang dimiliki, tetaplah kejar profesi yang menjadi daya minat diri.

”Sehingga kita melakukan pekerjaan itu dengan senang dan hasilnya akan maksimal. Sekarang saya merasa tidak sedang bekerja, justru bersenang- senang,” ungkapnya gembira. Belum lagi dengan menjadi motivator, Christian bisa memiliki pengalaman keliling ke seluruh daerah di Indonesia untuk mengisi materi seminar motivasi. Meskipun begitu, Christian mengaku masih merasakan beberapa kendala dalam menjalani profesinya.

”Kendalanya kadang waktu yang diberikan untuk mengisi seminar terbatas, hanya sekitar 45-60 menit. Padahal, waktu yang dibutuhkan untuk menyampaikan materi bisa sampai tiga jam. Namun, itu tidak lagi menjadi kendala berarti,” sebutnya. Selama menjalani profesi ini, Christian tidak berhenti belajar. Hal itu dilakukannya dengan cara mengikuti seminar lain di luar negeri untuk terus mengupdate ilmu yang ia miliki.

”Ilmu itu saya modifikasi lagi dari hasil menonton DVD dan buku-buku motivasi. Kemudian saya kemas secara fun dan penuh interaksi dalam seminar saya,” ujarnya. Selama menjalani profesi sebagai motivator, diakui Christian, dukungan tidak pernah berhenti datang dari keluarga, baik orang tua maupun sang istri.

”Ayah saya dulu membantu saya untuk ikut seminar motivasi. Walaupun dengan kondisi keluarga yang sulit, ayah yakin saya mampu,” ujarnya. Christian berpesan, dalam proses meraih kesuksesan dibutuhkan role model untuk diri sendiri.

”Pelajarannya adalah, jika kita ingin sukses di bidang apa pun maka perlu mencari role model atau sosok inspirasi. Dari kesuksesan dan cerita kegagalan yang dia lewati, semua bisa kita jadikan pelajaran,” pungkasnya.

Dina angelina
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6256 seconds (0.1#10.140)