Jelajah Pesona Bandung dengan Bandros

Minggu, 10 Mei 2015 - 10:15 WIB
Jelajah Pesona Bandung...
Jelajah Pesona Bandung dengan Bandros
A A A
Sejak awal 2014 lalu, Kota Bandung memiliki kendaraan khusus untuk wisata keliling kota atau city tour yang dijuluki Bandros (Bandung Tour on Bus).

Desain bus ini unik dan antik yakni perpaduan bus double decker di London dan trem di San Francisco dengan konsep art deco yang mewakili landscape Kota Kembang. Sayang, hanya satu dari lima armada yang bisa beroperasi sehari-hari.

Satu-satunya Bandros yang rutin dioperasikan adalah bus tingkat yang berwarna merah. Empat lainnya hanya digunakan dalam acara atau kegiatan tertentu karena masih terbentur urusan perizinan yang masih dalam proses. Sambil menanti kelengkapan administrasi tuntas, dua Bandros kuning dan dua Bandros biru ini digarasikan sementara di bengkel perakitannya yaitu Bengkel Domatzi di Kota Cimahi.

Sementara itu, Bandros merah pun sekarang tidak lagi dioperasikan untuk umum. Setelah sekitar setahun beroperasi, Bandros merah pada awal 2015 sempat vakum beberapa pekan lantaran ada komponennya yang rusak. Perlu waktu agak lama untuk mendapatkan suku cadang yang dibutuhkan. Kini Bandros hanya melayani perjalanan berdasarkan reservasi per kelompok atau carteran.

Peminat harus datang langsung ke kantor pengelolanya di Jalan Indramayu No 66 Antapani, Kota Bandung. Sebelumnya, bus Bandros beroperasi setiap hari kecuali Jumat mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB dengan harga tiket Rp10.000 per orang. Pihak pengelola menyebutnya sebagai donasi. Penumpang Bandros saat itu cukup bervariasi mulai masyarakat Bandung dan sekitarnya hingga wisatawan baik dari daerah lain maupun dari mancanegara.

Dalam sehari, Bandros melayani maksimal delapan putaran dengan rute Alun- Alun Bandung-Jalan Banceuy-Jalan Braga- Jalan Lembong-Jalan Sunda-Jalan Banda- Jalan Diponegoro-Jalan Ir H Juanda (Dago)- Jalan Kepatihan-kembali ke Alun-Alun. Setiap putaran rata-rata ditempuh dalam waktu 90 menit. Bandros sempat berkali-kali pindah titik keberangkatan mulai dari Taman Kandaga Puspa di Jalan Cilaki, lalu ke Taman Cibeunying, dan terakhir ke Alun-Alun Bandung.

Garasi Bandros merah pun pindah ke Balai Kota Bandung di Jalan Wastukencana dari sebelumnya di Markas Kavaleri Bandung. Uus Suryana, 57, seorang warga Bandung yang ditemui di Balai Kota seusai naik Bandros, berharap bus wisata kota ini segera beroperasi lagi untuk masyarakat dan wisatawan umum. “Antusiasme warga Bandung dan wisatawan untuk naik Bandros sangat tinggi. Sayang kalau sekarang tidak lagi dioperasikan untuk umum apalagi hanya satu yang bisa digunakan,” katanya.

Uus juga yakin apabila dikelola dengan manajemen yang profesional, Bandros mampu menjadi salah satu ikon baru wisata Kota Kembang. Warga lainnya, Hesti Mulyani, 43, mengusulkan agar rute Bandros semakin beragam dan melayani transit disejumlah titi kwisata seni budaya, heritage, dan wisata kuliner.

“Bandung kanbanyak sekali tempat mempesona di dalam kota dan bangunan-bangunan bersejarah. Jangan di sekitar pusat kota saja. Memang sudah saatnya kita punya bus city tour untuk melayani turis,” tuturnya. Menurut Hesti, armada Bandros perlu diperbanyak. Mengenai penerapan tarif, dia yakin turis maupun masyarakat umum tidak keberatan selama nilainya rasional. “Bagaimana pun kendaraan-kendaraan hibah ini kan perlu biaya perawatan dan biaya operasional,” pandangnya.

Seorang wisatawan asal Jakarta, Fauziah, 24, menilai kehadiran Bandros memberi warna baru terhadap Kota Kembang yang memang sudah populer sebagai salah satu destinasi wisata favorit. Desainnya yang antik dan unik bisa membawa wisatawan seolah kembali ke tempo doeloe. Terlebih, di Bandung masih banyak bangunan tua penuh nilai sejarah yang layak dijadikan spot wisata heritage.

“Bus city tour ini akan sangat membantu wisatawan perorangan maupun kelompok yang ingin keliling kota. Jauh lebih baik dibanding kami menggunakan kendaraan pribadi atau menyewa bus pariwisata eksekutif,” ungkap Fauziah. Dia mengingatkan agar Pemerintah Kota Bandung benar-benar memperhatikan aspek perawatan agar bus terhindar dari kerusakan serius yang membuatnya vakum sementara seperti beberapa waktu lalu.

Bus Bandros yang memiliki panjang sekitar 7,5 meter, lebar sekitar 2 meter, dan tinggi sekitar 3 meter ini terdiri atas dua tingkat. Di bagian bawah, ada sejumlah kursi bulat dan kursi panjang untuk duduk 12 orang. Masih ada ruang juga untuk 20 penumpang berdiri. Sementara di tingkat atas yang tanpa atap terdapat 24 kursi. Kelima armada Bandros diperoleh Pemerintah Kota Bandung dari program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR.

Satu armada dari Telkomsel yaitu yang berwarna merah, dua Bandros kuning dari Bank Mandiri, dan dua Bandros biru dari Bank Central Asia (BCA). Telkomsel menyerahkan Bandros pertama saat malam pergantian tahun 2014. Sementara Bandros dari Bank Mandiri diserahkan pada Oktober 2014 dan dua armada dari BCA diserahkan pada April 2015 di sela rangkaian peringatan 60 Tahun Konferensi Asia Afrika.

Kepala Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Kota Bandung, Nicolaus Lumanauw mengakui sistem manajemen dan infrastruktur Bandros banyak yang perlu dibenahi. Misalnya, belum ada pooluntuk garasi serta shelter khusus untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Padahal, hingga 2016, pihaknya menargetkan memiliki 30 armada Bandros yang beroperasi untuk umum maupun carteran.

“Kami akan menyempurnakan manajemen, semua sarana dan prasarana secepatnya,” kata Nico di Bandung Tourism Office, beberapa waktu lalu.

Dian rosadi
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0568 seconds (0.1#10.140)