Berharap Kembali ke Tujuan Awal
A
A
A
Semua pengemudi buscity tour adalah perempuan. Total ada 12 pramudi yang bertugas berdasarkan shift.
Salah satu pramudi Mpok Siti, Deudeu Sawitri, 37, mengungkapkan, dirinya bergabung sejak awal bus city tour ini beroperasi yakni pada awal 2014. Sebelumnya, sejak 2007, dia menjadi pengemudi bus Transjakarta yang beroperasi di busway dan pada 2012 menjadi pengemudi bus Damri rute bandara Soekarno-Hatta.
Menurut Deudeu, ada ketertarikan dan keasikan tersendiri menjadi pengemudi bus city tour. ”Selama ini saya membawa bus komersial. Sekarang saya membawa bus pariwisata yang diharapkan menjadi salah satu ikon Jakarta. Ada kebanggaan tersendiri. Apalagi Jakarta kanibu kota negara,” tuturnya. Karena menjalani profesinya dengan enjoy, Deudeu merasa sejauh ini tidak ada kendala maupun hal lain yang perlu dikeluhkannya. Kemacetan Ibu Kota yang harus dihadapi memang cukup melelahkan. Tapi dia menghadapinya dengan sabar.
”Konsekuensi itu sudah saya sadari sejak awal memilih berprofesi sebagai sopir bus,” katanya. ”Jadi tidak usah dijadikan beban. Dinikmati saja.” Pilihan profesi sebagai pengemudi bus yang dijalani Deudeu memang berbeda dengan kebanyakan perempuan lainnya. Keluarga besar Deudeu pun terutama orang tua awalnya sempat kaget. Namun seiring waktu, mereka dapat memahami dan justru yakin anak perempuannya mampu menjalani profesi ini dengan baik. Yang penting, pekerjaan ini aman.
”Sekarang semua mengalir saja. Saya senang dapat bekerja dengan tenang dan berkonsentrasi melayani penumpang bus wisata,” tandasnya. Sebelum diterjunkan mengendarai Mpok Siti, Deudeu dan para pramudi lainnya diberi pelatihan singkat mengenai bagaimana menghadapi dan memperlakukan wisatawan yang menjadi target penumpang. Karena itu, dia berharap Mpok Siti dapat dikembalikan ke tujuan awal sebagai bus wisata dalam kota.
Sementara itu, pramudi lainnya, Sumiyati, sebelumnya juga bertugas di balik kemudi bus Transjakarta sejak 2006 hingga 2014. Sumiyati yang akrab disapa Demi juga mengaku sangat menikmati pekerjaannya saat ini. Dia adalah tipikal pekerja lapangan, bukan kantoran yang lebih banyak berada di belakang meja. Sistem kerja pramudi adalah 5 hari kerja dan 1 hari libur dalam sepekan.
Setiap hari terdiri atas dua shift. Shift pertama mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB sedangkan shift kedua pukul 14.00 WIB hingga pukul 19,00 WIB. Pukul 06.00 WIB, Mpok Siti harus sudah keluar dari pooldi daerah Cawang menuju Monas. Pukul 08.45 WIB, semua bus sudah harus menuju halte masing-masing sebagai titik start sesuai yang sudah ditentukan. Antara pukul 13.00-14.00 WIB, Mpok Siti berhenti beroperasi untuk istirahat dan cek kondisi kendaraan. Meski lebih banyak sukanya, Demi juga pernah mengalami hal yang membuatnya kurang nyaman.
Salah satunya ketika harus berhadapan dengan penumpang yang susah diatur. Seringkali penumpang memaksakan diri tetap masuk ke dalam bus meski sudah penuh. Padahal sesuai aturan, tidak boleh ada penumpang yang berdiri di dalam bus ini. Pernah ada penumpang yang mencaci maki dan mengancam akan menghubungi atasannya kalau tetap dilarang naik. Ada pula yang mengancam akan melaporkan kepada media massa bahwa kualitas pelayanan bus ini buruk.
”Sejauh ini semua dapat diatasi bersama teman-teman sesama petugas bus tingkat city tour. Ya itu sudah risiko kami yang bekerja dalam bidang pelayanan publik. Tujuannya kandemi kenyamanan penumpang. Itu yang kurang dipahami,” terangnya. Dia menyayangkan saat ini lebih banyak penumpang yang bukan wisatawan. Termasuk orangorang yang memaksa masuk meski bus sudah penuh. Mereka kebanyakan warga Jakarta dan sekitarnya yang ingin jalan-jalan gratis.
Bagaimana perbedaan pengelolaan antara dulu saat masih berada di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta dan sekarang di bawah manajemen PT Transjakarta? Menurut Demi, tidak ada perbedaan berarti. Standar operasionalnya pun masih sama. Hanya saja, tidak ada lagi pemandu wisata yang mendampingi dirinya dan para penumpang sepanjang perjalanan. Desmanida, pramudi lain Mpok Siti, menuturkan, dirinya sangat nyaman menjalani profesi ini karena kondisi kendaraan yang selalu bersih.
”Melihat masyarakat yang antusias bisa puas setelah naik bus ini, saya juga puas karena saya bekerja dengan hati,” aku warga Jakarta Timur yang sudah tujuh tahun menjadi pengemudi bus ini. Sebagai salah satu petugas, Desma mengaku tidak segan-segan bertindak tegas terhadap penumpang yang nakal. Adanya enam CCTV di lantai bawah dan lantai atas sangat membantunya mengontrol aktivitas penumpang. Kamera pengawas ini juga langsung tersambung dengan kantior Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Dia berharap suatu hari nanti dapat benar-benar melayani wisatawan tulen dengan bus ini. Bukan berarti warga Jakarta dilarang total untuk naik tapi ada pengaturan yang lebih baik. Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Purba Hutapea berharap agar kualitas pelayanan Mpok Siti terus ditingkatkan untuk mendukung promosi pariwisata Jakarta.
Dia mengaku, hingga kini belum ada rencana kerja sama dengan PT Transjakarta untuk mengadakan paket wisata menggunakan bus city tour baik gratis apalagi berbayar. Rute Mpok Siti saat ini, lanjut Purba, sesuai dengan yang ditetapkan pihaknya sejak awal meski sekarang tak ada lagi pemandu wisata dan polisi pariwisata.
Dina angelina
Salah satu pramudi Mpok Siti, Deudeu Sawitri, 37, mengungkapkan, dirinya bergabung sejak awal bus city tour ini beroperasi yakni pada awal 2014. Sebelumnya, sejak 2007, dia menjadi pengemudi bus Transjakarta yang beroperasi di busway dan pada 2012 menjadi pengemudi bus Damri rute bandara Soekarno-Hatta.
Menurut Deudeu, ada ketertarikan dan keasikan tersendiri menjadi pengemudi bus city tour. ”Selama ini saya membawa bus komersial. Sekarang saya membawa bus pariwisata yang diharapkan menjadi salah satu ikon Jakarta. Ada kebanggaan tersendiri. Apalagi Jakarta kanibu kota negara,” tuturnya. Karena menjalani profesinya dengan enjoy, Deudeu merasa sejauh ini tidak ada kendala maupun hal lain yang perlu dikeluhkannya. Kemacetan Ibu Kota yang harus dihadapi memang cukup melelahkan. Tapi dia menghadapinya dengan sabar.
”Konsekuensi itu sudah saya sadari sejak awal memilih berprofesi sebagai sopir bus,” katanya. ”Jadi tidak usah dijadikan beban. Dinikmati saja.” Pilihan profesi sebagai pengemudi bus yang dijalani Deudeu memang berbeda dengan kebanyakan perempuan lainnya. Keluarga besar Deudeu pun terutama orang tua awalnya sempat kaget. Namun seiring waktu, mereka dapat memahami dan justru yakin anak perempuannya mampu menjalani profesi ini dengan baik. Yang penting, pekerjaan ini aman.
”Sekarang semua mengalir saja. Saya senang dapat bekerja dengan tenang dan berkonsentrasi melayani penumpang bus wisata,” tandasnya. Sebelum diterjunkan mengendarai Mpok Siti, Deudeu dan para pramudi lainnya diberi pelatihan singkat mengenai bagaimana menghadapi dan memperlakukan wisatawan yang menjadi target penumpang. Karena itu, dia berharap Mpok Siti dapat dikembalikan ke tujuan awal sebagai bus wisata dalam kota.
Sementara itu, pramudi lainnya, Sumiyati, sebelumnya juga bertugas di balik kemudi bus Transjakarta sejak 2006 hingga 2014. Sumiyati yang akrab disapa Demi juga mengaku sangat menikmati pekerjaannya saat ini. Dia adalah tipikal pekerja lapangan, bukan kantoran yang lebih banyak berada di belakang meja. Sistem kerja pramudi adalah 5 hari kerja dan 1 hari libur dalam sepekan.
Setiap hari terdiri atas dua shift. Shift pertama mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB sedangkan shift kedua pukul 14.00 WIB hingga pukul 19,00 WIB. Pukul 06.00 WIB, Mpok Siti harus sudah keluar dari pooldi daerah Cawang menuju Monas. Pukul 08.45 WIB, semua bus sudah harus menuju halte masing-masing sebagai titik start sesuai yang sudah ditentukan. Antara pukul 13.00-14.00 WIB, Mpok Siti berhenti beroperasi untuk istirahat dan cek kondisi kendaraan. Meski lebih banyak sukanya, Demi juga pernah mengalami hal yang membuatnya kurang nyaman.
Salah satunya ketika harus berhadapan dengan penumpang yang susah diatur. Seringkali penumpang memaksakan diri tetap masuk ke dalam bus meski sudah penuh. Padahal sesuai aturan, tidak boleh ada penumpang yang berdiri di dalam bus ini. Pernah ada penumpang yang mencaci maki dan mengancam akan menghubungi atasannya kalau tetap dilarang naik. Ada pula yang mengancam akan melaporkan kepada media massa bahwa kualitas pelayanan bus ini buruk.
”Sejauh ini semua dapat diatasi bersama teman-teman sesama petugas bus tingkat city tour. Ya itu sudah risiko kami yang bekerja dalam bidang pelayanan publik. Tujuannya kandemi kenyamanan penumpang. Itu yang kurang dipahami,” terangnya. Dia menyayangkan saat ini lebih banyak penumpang yang bukan wisatawan. Termasuk orangorang yang memaksa masuk meski bus sudah penuh. Mereka kebanyakan warga Jakarta dan sekitarnya yang ingin jalan-jalan gratis.
Bagaimana perbedaan pengelolaan antara dulu saat masih berada di bawah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta dan sekarang di bawah manajemen PT Transjakarta? Menurut Demi, tidak ada perbedaan berarti. Standar operasionalnya pun masih sama. Hanya saja, tidak ada lagi pemandu wisata yang mendampingi dirinya dan para penumpang sepanjang perjalanan. Desmanida, pramudi lain Mpok Siti, menuturkan, dirinya sangat nyaman menjalani profesi ini karena kondisi kendaraan yang selalu bersih.
”Melihat masyarakat yang antusias bisa puas setelah naik bus ini, saya juga puas karena saya bekerja dengan hati,” aku warga Jakarta Timur yang sudah tujuh tahun menjadi pengemudi bus ini. Sebagai salah satu petugas, Desma mengaku tidak segan-segan bertindak tegas terhadap penumpang yang nakal. Adanya enam CCTV di lantai bawah dan lantai atas sangat membantunya mengontrol aktivitas penumpang. Kamera pengawas ini juga langsung tersambung dengan kantior Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Dia berharap suatu hari nanti dapat benar-benar melayani wisatawan tulen dengan bus ini. Bukan berarti warga Jakarta dilarang total untuk naik tapi ada pengaturan yang lebih baik. Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Purba Hutapea berharap agar kualitas pelayanan Mpok Siti terus ditingkatkan untuk mendukung promosi pariwisata Jakarta.
Dia mengaku, hingga kini belum ada rencana kerja sama dengan PT Transjakarta untuk mengadakan paket wisata menggunakan bus city tour baik gratis apalagi berbayar. Rute Mpok Siti saat ini, lanjut Purba, sesuai dengan yang ditetapkan pihaknya sejak awal meski sekarang tak ada lagi pemandu wisata dan polisi pariwisata.
Dina angelina
(ars)