Persahabatan Berakhir Kematian
A
A
A
SERDANGBEDAGAI - Kisah persahabatan dua personel Kepolisian Air (Polair) Polres Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara, Briptu Suprianto Sigiro dan Brigadir Muhammad Dedi Sofian berakhir tragis. Keduanya tewas di ujung senjata laras panjang V2.
Tak seorang pun menyangka dua polisi bisa saling tembak dengan pistol dinas. Padahal, sudah setahun lebih mereka menjalin hubungan erat bak saudara. Tragedi itu terjadi di kediaman Dedi di Dusun IV, Jalan Karya, Kelurahan Tualang, Perbaungan, Kabupaten Sergai. Sebelum itu di teras rumah itu berkumpul Dedi dan Suprianto beserta istri Dedi, Eka, dan empat anaknya, Gia, 12, Ari, 9, Raki, 6 dan Akila, 4 tahun.
Dedi sempat menyuruh sang istri, Eka, beserta empat anaknya keluar rumah agar rencana adu tembak itu tak diketahui keluarganya. Sesaat Eka dan anak-anaknya beranjak dari teras rumah terdengar suara tembakan dari dapur rumah Dedi. Sontak, sang istri pun berlari menuju datangnya suara tembakan. Ternyata, suara tembakan itu berasal dari letusan peluru yang mengenai kening Dedi hingga tembus ke kepala belakang.
Bukannya melarikan diri, Suprianto malah mendekap tubuh sahabatnya itu. Tak berapa lama kemudian, dia juga mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Dia menembak kepalanya sendiri disaksikan Eka, 33, dan empat anak Dedi. Menurut Kapolres Sergai AKBP Guntur Agung Supono, dua polisi itu sama-sama bertugas di Unit Polisi Air Pantai Cermin.
Ada dugaan kuat, saat datang menyambangi rumah Dedi, Briptu Suprianto dalam kondisi marah. Tak pelak, cekcok di antara keduanya pun pecah dan berakhir dengan kematian tragis dua polisi tersebut. ”Dari pengamatan di ruang belakang rumah ada sedikit pergumulan. Kemudian Briptu Suprianto menembakkan laras panjang V2 yang dibawanya ke kepala korban,” katanya.
Dalam penyelidikan kasus itu, tim forensik dari Polres Sergai langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Tim mendapatkan empat selongsong peluru dengan satu senjata laras panjang V2, milik Briptu Suprianto Sigiro. Sedangkan pistol revolver milik Brigadir Dedi ditemukan masih tersimpan dalam lemari baju di kamar tidurnya.
”Motif penembakan itu masih belum diketahui. Tim di bawah kendali Kasat Reskrim akan terus mendalami perkara ini. Untuk itu, semua pihak akan kami periksa, termasuk unit kerja keduanya di Pol Air Pantai Cermin,” kata Guntur. Polres memang belum bisa menemukan motif di balik kasus penembakan itu. Apalagi, dua polisi itu dikenal sangat dekat satu sama lain.
Nuriana, bibiDedi, bahkan menyebutkan Suprianto hampir setiap hari mengunjungi rumah sahabatnya itu. ”Aku enggak tahu kayak mana kisah mereka berdua. Yang aku tahu mereka adalah teman dekat. Bahkan si Eka pun enggak tahu kayak mana persahabatan mereka berdua. Ya, hampir setiap harilah si Suprianto datang ke rumah si Dedi,” ungkap Nuriana saat berada di RS Bhayangkara Polri kemarin sore.
Nuriana juga mengatakan bahwa beberapa hari lalu Dedi baru saja merayakan hari ulang tahun anak ketiganya, Raki. ”Tapi, enggak nyangka malah terjadi kisah tragis ini. Istrinya enggak mau ikut ke rumah sakit karena trauma,” tutur dia.
Mengenai hubungan seharihari antara Dedi dan Suprianto, Nuriana menyebut tidak pernah terlibat masalah apa pun. Dia menilai keduanya terlihat sangat baik di rumah. ”Yang aku tahu hubungan mereka di rumah baik. Ya, enggak tahu jugalah hubungan saat berdinas. Enggak ada yang tahu. Misterius,” sebut Nuriana lagi.
Hingga kemarin sore dua jasad polisi tersebut masih terbujur kaku dalam pemeriksaan petugas medis. Nuriana juga tak bisa menahan isak tangis menjelang keponakannya dibawa ke kampung halaman untuk dikebumikan.
Erdian wirajaya/ Dody ferdiansyah
Tak seorang pun menyangka dua polisi bisa saling tembak dengan pistol dinas. Padahal, sudah setahun lebih mereka menjalin hubungan erat bak saudara. Tragedi itu terjadi di kediaman Dedi di Dusun IV, Jalan Karya, Kelurahan Tualang, Perbaungan, Kabupaten Sergai. Sebelum itu di teras rumah itu berkumpul Dedi dan Suprianto beserta istri Dedi, Eka, dan empat anaknya, Gia, 12, Ari, 9, Raki, 6 dan Akila, 4 tahun.
Dedi sempat menyuruh sang istri, Eka, beserta empat anaknya keluar rumah agar rencana adu tembak itu tak diketahui keluarganya. Sesaat Eka dan anak-anaknya beranjak dari teras rumah terdengar suara tembakan dari dapur rumah Dedi. Sontak, sang istri pun berlari menuju datangnya suara tembakan. Ternyata, suara tembakan itu berasal dari letusan peluru yang mengenai kening Dedi hingga tembus ke kepala belakang.
Bukannya melarikan diri, Suprianto malah mendekap tubuh sahabatnya itu. Tak berapa lama kemudian, dia juga mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Dia menembak kepalanya sendiri disaksikan Eka, 33, dan empat anak Dedi. Menurut Kapolres Sergai AKBP Guntur Agung Supono, dua polisi itu sama-sama bertugas di Unit Polisi Air Pantai Cermin.
Ada dugaan kuat, saat datang menyambangi rumah Dedi, Briptu Suprianto dalam kondisi marah. Tak pelak, cekcok di antara keduanya pun pecah dan berakhir dengan kematian tragis dua polisi tersebut. ”Dari pengamatan di ruang belakang rumah ada sedikit pergumulan. Kemudian Briptu Suprianto menembakkan laras panjang V2 yang dibawanya ke kepala korban,” katanya.
Dalam penyelidikan kasus itu, tim forensik dari Polres Sergai langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Tim mendapatkan empat selongsong peluru dengan satu senjata laras panjang V2, milik Briptu Suprianto Sigiro. Sedangkan pistol revolver milik Brigadir Dedi ditemukan masih tersimpan dalam lemari baju di kamar tidurnya.
”Motif penembakan itu masih belum diketahui. Tim di bawah kendali Kasat Reskrim akan terus mendalami perkara ini. Untuk itu, semua pihak akan kami periksa, termasuk unit kerja keduanya di Pol Air Pantai Cermin,” kata Guntur. Polres memang belum bisa menemukan motif di balik kasus penembakan itu. Apalagi, dua polisi itu dikenal sangat dekat satu sama lain.
Nuriana, bibiDedi, bahkan menyebutkan Suprianto hampir setiap hari mengunjungi rumah sahabatnya itu. ”Aku enggak tahu kayak mana kisah mereka berdua. Yang aku tahu mereka adalah teman dekat. Bahkan si Eka pun enggak tahu kayak mana persahabatan mereka berdua. Ya, hampir setiap harilah si Suprianto datang ke rumah si Dedi,” ungkap Nuriana saat berada di RS Bhayangkara Polri kemarin sore.
Nuriana juga mengatakan bahwa beberapa hari lalu Dedi baru saja merayakan hari ulang tahun anak ketiganya, Raki. ”Tapi, enggak nyangka malah terjadi kisah tragis ini. Istrinya enggak mau ikut ke rumah sakit karena trauma,” tutur dia.
Mengenai hubungan seharihari antara Dedi dan Suprianto, Nuriana menyebut tidak pernah terlibat masalah apa pun. Dia menilai keduanya terlihat sangat baik di rumah. ”Yang aku tahu hubungan mereka di rumah baik. Ya, enggak tahu jugalah hubungan saat berdinas. Enggak ada yang tahu. Misterius,” sebut Nuriana lagi.
Hingga kemarin sore dua jasad polisi tersebut masih terbujur kaku dalam pemeriksaan petugas medis. Nuriana juga tak bisa menahan isak tangis menjelang keponakannya dibawa ke kampung halaman untuk dikebumikan.
Erdian wirajaya/ Dody ferdiansyah
(ftr)