Mustafa Akinci Optimistis Satukan Siprus

Selasa, 28 April 2015 - 10:04 WIB
Mustafa Akinci Optimistis Satukan Siprus
Mustafa Akinci Optimistis Satukan Siprus
A A A
NICOSIA - Mustafa Akinci yang maju sebagai calon independen terpilih menjadi presiden Republik Turki Siprus Utara mengalahkan calon petahana (incumbent), Dervis Eroglu.

Komisi Pemilihan menyatakan Akinci meraih 60,3% suara, sedangkan Eroglu hanya meraih 39,6% pada pemilihan presiden (pilpres) putaran kedua yang digelar Minggu (26/4) waktu setempat. Hasil ini cukup mengejutkan karena pada pilpres putaran pertama yang digelar 19 April lalu, Eroglu yang didukung koalisi Partai Persatuan Nasional (UBP) dan Partai Demokrat-Kekuatan Nasional (DPUG) memimpin dengan perolehan suara 28,15%, sementara Akinci saat itu hanya meraih 26,94%.

Dilaporkan Reuters, pada putaran pertama, keduanya menyingkirkan dua kandidat lain yakni Sibel Siber dari Partai Republik Turki- Kekuatan Bersatu (CTP-BG) dan calon independen Kudret Özersay. Pada putaran kedua, Akinci mendapatkan tambahan dukungan dari CTP-BG serta Perdana Menteri Ozkan Yorgancioglu.

Akinci optimistis bisa menyatukan Siprus Yunani dan Siprus Turki. Mustafa Akinci, 67, mantan wali Kota Nicosia yang aktif menyuarakan rekonsiliasi dengan pemerintah Siprus Yunani yang diakui secara internasional. Lahir di kota selatan Limassol pada 1947, Akinci pertama kali terpilih ke parlemen pada 1975, setahun setelah intervensi militer Turki.

Ia menjadi wali Kota Nicosia pada 1976 hingga 1990. Pada 2003 ia berperan dalam membuat dasar Gerakan Perdamaian dan Demokrasi. Selanjutnya Akinci memimpin Partai Demokrasi Komunal yang secara terbuka menganjurkan reunifikasi Siprus. PBB telah mengajukan beberapa rencana perdamaian Siprus, tetapi semua gagal, termasuk usulan Sekjen PBB saat itu (Kofi Annan) yang disetujui Siprus Turki, tetapi ditolak Siprus Yunani pada 2004.

Prestasi Akinci salah satunya memprakarsai dialog dengan pejabat Siprus Yunani. ”Akinci lebih dari kandidat lain, dapat menjangkau Siprus Yunani dan membuat kompromi yang diperlukan mendapatkan pembicaraan untuk bergerak maju,” kata James Ker- Lindsay, ahli Siprus di London School of Economics.

Ananda nararya
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1988 seconds (0.1#10.140)