Nepal Kewalahan Tangani Korban Gempa

Selasa, 28 April 2015 - 09:41 WIB
Nepal Kewalahan Tangani...
Nepal Kewalahan Tangani Korban Gempa
A A A
KHATMANDU - Kondisi korban gempa Nepal sangat memprihatinkan. Pemerintahan negeri tersebut kewalahan mengatasi dampak bencana.

Mereka sangat menunggu bantuan internasional. Bantuan itu pun tidak bisa cepat karena sulitnya akseskenegeri tersebut. Berdasar pantauan, ribuan korban gempa Nepal berkerumun di tenda-tenda dan mencari bantuan makanan serta obatobatan. Korban yang mengalami cedera dan mereka yang sakit terlihat terbaring di tempat terbuka di ibu kota Nepal, Kathmandu, karena tidak dapat menemukan pembaringan di rumah sakit kota.

“Kami kebanjiran permintaan bantuan dari seluruh penjuru negeri,” kata Depak Panda dari badan penanggulangan bencana negara. Di seluruh Kathmandu dan sekitarnya, keluarga-keluarga yang rumahnya rata dengan tanah atau yang riskan runtuh menggelar tikar dan alas di jalanjalan serta memasang peneduh untuk menaungi tempat istirahat sementara mereka dari hujan.

Orang-orang terlihat mengantre untuk mendapat air dari truk-truk, sementara sedikit toko terlihat buka meski hampir tidak memiliki apa-apa di rak-raknya. Kerumunan juga terlihat di depan toko obat. “Petugas penyelamat berada dalam keadaan yang buruk. Kami semua sudah bekerja selama dua hari terusmenerus,” kata petugas Kementerian Dalam Negeri Laxmi Prasad Dhakai.

Dengan kondisi tersebut, Pemerintah Nepal mengkhawatirkan timbulnya berbagai penyakit. Apalagi pasokan air minum, makanan, dan listrik sangat terbatas dan tidak akan memadai. “Kami mendesak negara asing untuk memberikan bantuan material khusus dan tim medis,” ujar Kepala Sekretaris Nepal, Leela Mani Paudel, seperti dikutip BBC.

Warga Nepal sendiri juga mengkhawatirkan keadaannya. Kemarin ribuan warga mulai meninggalkan Ibu Kota Kathmandu. Mereka bukan saja mengkhawatirkan gempa susulan yang kuat, tapi juga takut kekurangan makanan dan air. Jalan-jalan keluar dari kota di lembah gunung yang berpenduduk 1 juta jiwa itu dipadati orang-orang.

Banyak di antara mereka membawa bayi-bayi, mencoba menumpang bus-bus atau mobil-mobil dan truk-truk. Orang-orang antre di bandara Kathmandu dan berharap bisa membeli tiket pesawat untuk keluar dari negara itu. “Kami mengungsi,” kata Krishna Muktari yang membuka usaha kelontong di Kota Kahthmandu saat berdiri di persimpangan jalan utama.

“Bagaimana Anda akan hidup di sini? Saya punya anak, mereka tak bisa keluar dari rumah sepanjang malam.” Bantuan dari masyarakat internasional sebenarnya mulai berdatangan. India, misalnya, mengirim bantuan obat-obatan dan petugas penanggulangan bencana. China mengirimkan tim darurat dengan 60 personel.

Adapun Pakistan menyatakan mengirim empat pesawat C-130 untuk rumah sakit dengan kapasitas 30 tempat tidur, petugas pencari dan penyelamat serta bahan-bahan bantuan. Beberapa negara Asia dan Eropa seperti Australia, Selandia Baru, dan Inggris juga mulai mengirimkan bantuan medis. Namun proses pengiriman bantuan itu mengalami hambatan.

Pasalnya bandara Kathamandu dipadati banyak pesawat hingga menimbulkan kemacetan. Akibatnya, banyak jadwal penerbangan yang ditunda. TV lokal Nepal bahkan melaporkan pesawat bantuan yang terbang dari India menuju Nepal diinstruksikan untuk berputar haluan.

Pemerintah Indonesia pun sudah menyampaikan komitmennya untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan untuk Nepal. “Kita akan memberikan bantuan 1 juta dolar AS dan juga segera mengirimkan rescue team (tim penyelamat) ke sana. Sesegera mungkin (kita kirim), kan kita punya pengalaman (menangani) bencana tsunami dan gempa bumi,” kata Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden Jakarta kemarin.

Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir mengatakan proses pengiriman bantuan kemanusiaan dari Indonesia ke Nepal terkendala akses karena kerusakan infrastruktur di negara tersebut. “Presiden sudah menyetujui memberikan bantuan di bidang SAR dan alat-alat dasar yangdiperlukan, termasuk tenda dan obat-obatan. Itu diharapkan segera (dikirim), tetapi di sana airport tidakbisa, bukanditutup, aksesnya memang tidak bisa,” kata Fachir.

Kerugian infrastruktur yang ditelan Nepal akibat gempa 7,6 Skala Richter bagi negeri tersebut memang sangat besar. Konsultan yang berbasis di Amerika Serikat, IHS, menaksir Nepal memerlukan dana pembangunan jangka panjang sebesar USD 5 miliar.

Korban Dikhawatirkan Terus Bertambah

Hingga kemarin, sebanyak 3.218 orang dipastikan meninggal dunia akibat gempa berkekuatan 7,6 Skala Richter (SR) tersebut. Gempa yang terjadi Sabtu (25/4) itu merupakan gempa terbesar sejak 1934 yang saat itu merenggut 8.500 korban jiwa. Lebih dari 6.500 orang mengalami luka.

Jumlah korban jiwa diyakini terus bertambah karena petugas penyelamat masih melakukan pencarian di daerah-daerah terpencil di negara pegunungan yang berpenduduk 28 juta jiwa itu. Tim keamanan menduga dampak paling signifikan justru dirasakan warga di wilayah tepi pegunungan.

“Wilayah perdesaan seperti ini sering terkena longsor. Bukan hal yang baru jika seluruh desa yang dihuni 200, 300, atau sampai 1.000 orang benar-benar terbenam di bawah batu dan tanah,” kata Matt Darvas, jubir lembaga bantuan World Vision.

Muh shamil/ant
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0757 seconds (0.1#10.140)