Ladang Bisnis yang Menguntungkan

Senin, 27 April 2015 - 09:33 WIB
Ladang Bisnis yang Menguntungkan
Ladang Bisnis yang Menguntungkan
A A A
Potensi pengembangan wisata syariah sangat besar baik dari segi infrastruktur maupun produknya. Besarnya potensi ini menjadikan wisata syariah sebagai ladang bisnis yang menguntungkan.

Direktur Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif, dan Event Kementerian Pariwisata Achyaruddin mengatakan, produk wisata syariah Indonesia adalah amenitas, aksesibilitas, dan atraksi halal. Mulai dari kuliner, hotel, restoran, spa, suvenir, transportasi, paket wisata syariah, dan daya tarik wisata syariah.

” Seluruh rangkaian produk tersebut sekurang- kurangnya harus memenuhi empat persyaratan,” kata dia saat dihubungi KORAN SINDOpekan lalu. Menurut Achyaruddin, empat persyaratan yang dimaksud adalah memenuhi kebutuhan umat muslim, ketersediaan makan dan minuman yang halal, ketersediaan fasilitas untuk beribadah, serta ketersediaan fasilitas, prasarana, sarana, dan pelayanan yang memenuhi kaidah halal.

Produk wisata halal tersebut, lanjut dia, harus disertifikasi Lembaga Pengkajian Pangan serta Obat-obatan dan Kosmetik (LPPOM) dan Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN - MUI). Setelah memenuhi persyaratan halal, selanjutnya akan mendapatkan sertifikat dari MUI. Achyaruddin menjelaskan, ada beberapa langkah yang dilakukan kementerian untuk memaksimalkan produk- produk syariah tersebut.

Di antaranya menyosialisasi kebijakan pengembangan pariwisata syariah serta bekerja sama dengan LPPOM dan DSN MUI menyusun pedoman pengembangan usaha pariwisata seperti hotel, restoran, spa, dan BPW penyelenggara paket wisata syariah. Ketua Umum Asosiasi Hotel dan Restoran Syariah Indonesia (AHSIN) Riyanto Sofyan mengatakan, Indonesia memiliki total belanja makanan dan minuman halal sebesar USD190,4 miliar, memiliki total belanja pakaian dan alas kaki muslim terbesar ketiga yaitu USD18,8 miliar, setelah Turki dan UEA.

Kemudian, memiliki total belanja obatobatan terbesar ketiga yaitu USD4,88 miliar setelah Turki dan Arab Saudi, serta memiliki total belanja wisatawan muslim terbesar keenam yaitu USD7,2 miliar setelah Arab Saudi, Iran, UAE, Qatar, dan Kuwait. Jika dibandingkan dengan penghasilan devisa dari seluruh wisman yang masuk ke Indonesia pada 2013 sebesar USD10,05 miliar, dari potensi pasar ‘Global Muslim Traveller’ dari USD140 miliar belanja wisatawan muslim tersebut, Indonesia baru mampu meraup USD1,73 miliar atau baru 1,2%-nya saja. ”

Sehingga, masih sangat besar potensi untuk tumbuh meraih pasar wisatawan muslim mancanegara ini,” ungkap Riyanto. Di sisi lain, menurut hasil survei yang dilaksanakan Center for Middle Class Consumer Studies (CMCS), fenomena yang terjadi, tatkala penduduk Indonesia semakin naik pendapatannya, mereka justru semakin religius. Agama menjadi faktor penting dalam kehidupan sehari-hari.

Fenomena ini bisa terlihat dalam berbagai hal. Umpamanya semakin banyak orang Indonesia mengenakan hijab; tingginya kebutuhan musala di berbagai fasilitas umum seperti mal, kafe, atau restoran; tingginya minat masyarakat terhadap sekolah berpendidikan keagamaan; tumbuhnya industri yang sesuai dengan ketentuan syariah; sensitifnya isu halal dalam makanan ataupun kosmetik.

Berdasarkan data AHSIN, saat ini ada 37 hotel yang telah memiliki sertifikat syariah dan sekitar 150 hotel yang menerapkan prinsip tersebut. 27 perusahaan tour and traveltelah mendapatkan sertifikat dan sekitar 800 lainnya telah menerapkan prinsip syariah. Sebanyak 303 restoran telah mendapatkan sertifikat dan sekitar 1.800 lainnya diyakini telah menerapkan prinsip syariah.

Selain itu ada 29 spa yang telah mendapatkan sertifikat syariah , sedangkan 100 spa lainnya telah menerapkan konsep tersebut. Mantan Wakil Menteri Parekraf Sapta Nirwandar mengatakan, pariwisata syariah tidak hanya meliputi tempat keagamaan, tetapi juga atraksi lain seperti objek wisata alam, objek wisata budaya. dan buatan objek wisata.

Sebenarnya pariwisata syariah bukan hanya wisata religi, melainkan sebuah jenis wisata dengan fasilitas dan pelayanan untuk wisatawan muslim sehingga dapat dinikmati oleh semua wisatawan. Tidak mengherankan kalau industri pariwisata di Indonesia terus tumbuh. Jumlah hotel yang mengadopsi konsep syariah terus bertambah. Begitupula perusahaan tour and travel yang secara khusus memasukan kegiatan salat dalam jadwal wisatanya.

Di sisi lain, semakin banyak outlet makanan yang mendapatkan sertifikasi halal dari MUI di antaranya Mc- Donald serta D’Cost. Perusahaan kosmetik juga berlomba-lomba mendapatkan sertifikat halal seperti Wardah dan belakangan ada Sariayu yang juga telah mendapatkan sertifikasi halal. Ketua DPD Association of the Indonesian Tours & Travel Agencies (ASITA) Jakarta Hasiyanna S Ashadi mengakui permintaan wisata dengan konsep syariah mengalami kenaikan. ” Cenderung naik, tapi saat ini masih alternatif dalam menjual paket wisata,” kata dia.

Menurut Hasiyanna, peminat wisata syariah bukan hanya berasal dari negara yang penduduknya mayoritas muslim seperti Malaysia, namun juga dari negara- negara Eropa seperti Prancis, Thailand, dan Amerika Serikat. ” Sebagian besar dari mereka memang muslim dan datang berkelompok,” jelas dia.

Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah mengungkapkan, hingga kini konsep wisata syariah itu belum jelas arahnya. Bila menggunakan kata-kata syariah, harus taat pada ketentuan syariah dalam menjalankannya, itu akan menjadi kaku sehingga perlu penamaan secara islami, namun tetap ramah terhadap wisman yang bukan muslim.

Konsep industri wisata seperti ini dapat disebut juga dengan friendly moslem destination. “Ketidakjelasan konsep itu wajar saja berimbas pada hasil yang didapatkan belum signifikan,” ungkap anggota Fraksi Partai Golkar ini.

Hermansah/ilham saputra
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6818 seconds (0.1#10.140)