Gempa Nepal 1.000 lebih tewas
A
A
A
KATHMANDU - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,8 Skala Richter (SR) mengguncang wilayah Nepal yang dirasakan juga oleh India dan Bangladesh kemarin siang. Pihak berwenang mengatakan seribu orang lebih tewas.
Hingga pukul 00.30 WIB, korban tewas menurut pihak berwenang Nepal sebanyak 1.130 orang. Jumlah korban tewas dan terluka akibat gempa terhebat sejak 1934 itu diperkirakan terus bertambah seiring proses pencarian korban. Gempa itu juga merobohkan Menara Dharara, menara bersejarah abad ke-19 di ibu kota Nepal, Kathmandu, dan memicu salju longsor di Gunung Everest.
Ada sejumlah laporan kerusakan di berbagai wilayah di kawasan Himalaya setelah gempa dengan episentrum 80 km terjadi di timur kota terbesar kedua di Nepal, Pokhara. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nepal Laxmi Prasad Dhakal, seperti dikutip kantor berita AFP, mengatakan gempa yang terjadi sekitar pukul 11.20 waktu setempat kemarin itu merupakan gempa terbesar yang menerjang Nepal dalam 81 tahun terakhir.
Gempa paling parah di Nepal pernah terjadi pada 15 Januari 1934 dengan kekuatan 8,2 SR, menewaskan 16.000 orang. Gempa besar sebelumnya terjadi pada September 2011 yang melanda Sikkim bagian selatan. Gempa bermagnitudo 6,9 itu menewaskan 80 orang. Gempa kemarin juga mengakibatkan kerusakan di sejumlah negara bagian di India dan Bangladesh. Gempa itu melepaskan energi yang sangat besar di wilayah yang relatif kecil.
Juru bicara kepolisian Nepal menjelaskan, sebagian besar korban tewas berasal dari Kathmandu Valley. Pihak kepolisian masih terus mengumpulkan informasi dari berbagai wilayah terpencil. Helikopter-helikopter dikerahkan di atas wilayah gempa untuk melakukan penilaian kadar kerusakan yang diakibatkan bencana tersebut.
”Ratusan orang diperkirakan tewas dan ada banyak laporan kerusakan properti. Hampir semua wilayah di negara itu terkena dampak gempa,” kata Krishna Prasad Dhakal, deputi kepala misi di Kedutaan Besar Nepal di New Delhi, India, kepada kantor berita Reuters. Ram Narayan Pandey dari Otoritas Manajemen Bencana Nepal mengatakan sistem komunikasi di Nepal lumpuh sehingga menghalangi upaya gawat darurat pascagempa di berbagai penjuru Nepal.
Kepolisian Nepal menjelaskan, lebih dari 200 orang terjebak di dalam Menara Dharara yang roboh. Menara tersebut adalah bangunan tahun 1832 dan menjadi tujuan wisata selama 10 tahun terakhir. Menara setinggi 14 lantai itu kini hanya menjadi puing setinggi 10 meter dan beberapa jasad berhasil dikeluarkan dari reruntuhan gedung.
Sejumlah rumah sakit di Kathmandu tak mampu menampung banyak korban yang mengalami patah tulang kaki dan lengan. Massa dan sukarelawan membentuk rantai manusia untuk memberi jalan bagi mobil-mobil ambulans. ”Banyak korban dirawat di koridor dan luar gedung rumah sakit,” ujar seorang wartawan Reuters yang menjadi saksi mata di rumah sakit utama tersebut.
Tayangan televisi menunjukkan orang-orang dirawat di jalanan di luar rumah sakit dan beberapa jasad korban gempa digeletakkan berjajar dengan ditutupi selimut. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan, gempa awalnya diukur berkekuatan 7,7 SR, kemudian meningkat menjadi 7,8 SR dengan episentrum 80 km di timur Pokhara dan kedalamannya hanya 2 km.
Pejabat pariwisata Nepal Gyanendra Shrestha menjelaskan, sedikitnya 10 orang tewas akibat salju longsor yang dipicu gempa dan menerjang base camp Everest untuk para pendaki gunung tertinggi di dunia tersebut. ”Korban tewas telah ditemukan, diperkirakan ada warga asing dan sherpa,” ujarnya. ”Kami mencoba menghitung jumlah korban luka-luka. Di sana mungkin ada lebih 1.000 orang saat terjadi longsor,” kata Shrestha.
Kepala Biro Nepal AFP Ammu Kannampilly turut merasakan kekacauan yang terjadi setelah gempa dan salju longsor. Dia melaporkan longsor tidak memungkinkan bagi helikopter mencapai daerah tersebut. Korban tewas di bagian utara India sedikitnya 34 orang, termasuk 6 orang yang tewas akibat rumah roboh di Uttar Pradesh dan 6 orang lainnya tewas di Bihar bagian timur. Satu orang tewas di Bangladesh.
”Kami dalam proses mengumpulkan lebih banyak informasi dan bekerja untuk mencapai para korban, baik yang ada di dalam negeri atau di Nepal,” ujar Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi melalui Twitter. Modi segera menggelar rapat kabinet dan pejabat tinggi untuk melakukan penilaian dampak bencana. Pemerintah Indonesia turut berduka atas musibah yang melanda Nepal.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dalam akun Twitter-nya menyampaikan rasa simpati mendalam. Kemlu mengaku sejauh ini belum mendapatkan informasi mengenai kemungkinan adanya warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban.
”Kami terus berkoordinasi dengan konsul kehormatan RI di Kathmandu karena Indonesia tidak mempunyai KBRI di Nepal,” kata Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir dihubungi kemarin. Dia menjelaskan, sedikitnya terdapat 50 WNI di Nepal. Mereka sulit untuk dihubungi berkaitan dengan situasi yang masih kacau. Saluran listrik dan telepon belum normal.
Syarifudin
Hingga pukul 00.30 WIB, korban tewas menurut pihak berwenang Nepal sebanyak 1.130 orang. Jumlah korban tewas dan terluka akibat gempa terhebat sejak 1934 itu diperkirakan terus bertambah seiring proses pencarian korban. Gempa itu juga merobohkan Menara Dharara, menara bersejarah abad ke-19 di ibu kota Nepal, Kathmandu, dan memicu salju longsor di Gunung Everest.
Ada sejumlah laporan kerusakan di berbagai wilayah di kawasan Himalaya setelah gempa dengan episentrum 80 km terjadi di timur kota terbesar kedua di Nepal, Pokhara. Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Nepal Laxmi Prasad Dhakal, seperti dikutip kantor berita AFP, mengatakan gempa yang terjadi sekitar pukul 11.20 waktu setempat kemarin itu merupakan gempa terbesar yang menerjang Nepal dalam 81 tahun terakhir.
Gempa paling parah di Nepal pernah terjadi pada 15 Januari 1934 dengan kekuatan 8,2 SR, menewaskan 16.000 orang. Gempa besar sebelumnya terjadi pada September 2011 yang melanda Sikkim bagian selatan. Gempa bermagnitudo 6,9 itu menewaskan 80 orang. Gempa kemarin juga mengakibatkan kerusakan di sejumlah negara bagian di India dan Bangladesh. Gempa itu melepaskan energi yang sangat besar di wilayah yang relatif kecil.
Juru bicara kepolisian Nepal menjelaskan, sebagian besar korban tewas berasal dari Kathmandu Valley. Pihak kepolisian masih terus mengumpulkan informasi dari berbagai wilayah terpencil. Helikopter-helikopter dikerahkan di atas wilayah gempa untuk melakukan penilaian kadar kerusakan yang diakibatkan bencana tersebut.
”Ratusan orang diperkirakan tewas dan ada banyak laporan kerusakan properti. Hampir semua wilayah di negara itu terkena dampak gempa,” kata Krishna Prasad Dhakal, deputi kepala misi di Kedutaan Besar Nepal di New Delhi, India, kepada kantor berita Reuters. Ram Narayan Pandey dari Otoritas Manajemen Bencana Nepal mengatakan sistem komunikasi di Nepal lumpuh sehingga menghalangi upaya gawat darurat pascagempa di berbagai penjuru Nepal.
Kepolisian Nepal menjelaskan, lebih dari 200 orang terjebak di dalam Menara Dharara yang roboh. Menara tersebut adalah bangunan tahun 1832 dan menjadi tujuan wisata selama 10 tahun terakhir. Menara setinggi 14 lantai itu kini hanya menjadi puing setinggi 10 meter dan beberapa jasad berhasil dikeluarkan dari reruntuhan gedung.
Sejumlah rumah sakit di Kathmandu tak mampu menampung banyak korban yang mengalami patah tulang kaki dan lengan. Massa dan sukarelawan membentuk rantai manusia untuk memberi jalan bagi mobil-mobil ambulans. ”Banyak korban dirawat di koridor dan luar gedung rumah sakit,” ujar seorang wartawan Reuters yang menjadi saksi mata di rumah sakit utama tersebut.
Tayangan televisi menunjukkan orang-orang dirawat di jalanan di luar rumah sakit dan beberapa jasad korban gempa digeletakkan berjajar dengan ditutupi selimut. Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan, gempa awalnya diukur berkekuatan 7,7 SR, kemudian meningkat menjadi 7,8 SR dengan episentrum 80 km di timur Pokhara dan kedalamannya hanya 2 km.
Pejabat pariwisata Nepal Gyanendra Shrestha menjelaskan, sedikitnya 10 orang tewas akibat salju longsor yang dipicu gempa dan menerjang base camp Everest untuk para pendaki gunung tertinggi di dunia tersebut. ”Korban tewas telah ditemukan, diperkirakan ada warga asing dan sherpa,” ujarnya. ”Kami mencoba menghitung jumlah korban luka-luka. Di sana mungkin ada lebih 1.000 orang saat terjadi longsor,” kata Shrestha.
Kepala Biro Nepal AFP Ammu Kannampilly turut merasakan kekacauan yang terjadi setelah gempa dan salju longsor. Dia melaporkan longsor tidak memungkinkan bagi helikopter mencapai daerah tersebut. Korban tewas di bagian utara India sedikitnya 34 orang, termasuk 6 orang yang tewas akibat rumah roboh di Uttar Pradesh dan 6 orang lainnya tewas di Bihar bagian timur. Satu orang tewas di Bangladesh.
”Kami dalam proses mengumpulkan lebih banyak informasi dan bekerja untuk mencapai para korban, baik yang ada di dalam negeri atau di Nepal,” ujar Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi melalui Twitter. Modi segera menggelar rapat kabinet dan pejabat tinggi untuk melakukan penilaian dampak bencana. Pemerintah Indonesia turut berduka atas musibah yang melanda Nepal.
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) dalam akun Twitter-nya menyampaikan rasa simpati mendalam. Kemlu mengaku sejauh ini belum mendapatkan informasi mengenai kemungkinan adanya warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban.
”Kami terus berkoordinasi dengan konsul kehormatan RI di Kathmandu karena Indonesia tidak mempunyai KBRI di Nepal,” kata Juru Bicara Kemlu Arrmanatha Nasir dihubungi kemarin. Dia menjelaskan, sedikitnya terdapat 50 WNI di Nepal. Mereka sulit untuk dihubungi berkaitan dengan situasi yang masih kacau. Saluran listrik dan telepon belum normal.
Syarifudin
(bbg)