Swiss di Urutan Teratas, Indonesia Nomor 74
A
A
A
Swiss menjadi negara paling bahagia di dunia berdasarkan hasil survei terbaru yang dirilis Jaringan Solusi Pembangunan Berkesinambungan (SDSN) untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Di belakang Swiss, negara yang masuk dalam World Happiness Re-port 2015 meliputi 158 negara, yaitu Islandia, disusul Denmark, Norwegia, Kanada, Finlandia, Belanda, Swedia, Selandia Baru, dan Australia. Sementara Amerika Serikat (AS) hanya berada diperingkat ke-15 dibelakang Meksiko yang menempati posisi ke- 14.
Namun peringkat AS masih lebih baik dibandingkan negara-negara besar lain seperti Brasil(16), Inggris (21), Jepang(46), Rusia(64), China(84), danIran(110). Selain merilis daftar negara paling bahagia, SDSN juga merilis daftar negara paling tidak bahagia. Lima terbawah, yaitu Togo, Burundi, Suriah, Benin, dan Rwanda.
Lantas di mana posisi Indonesia? Dalam survei tersebut Indonesia hanya berada di peringkat 74 dunia dan masuk dalam daftar negara yang tidak bahagia. Posisi Indonesia masih berada di bawah Malaysia (61), tetapi masih lebih baik dibandingkan Vietnam (75) dan China yang hanya menduduki peringkat ke-84. Laporan tahunan yang dibuat PBB ini sudah yang ketiga.
Laporan perdana dikeluarkan pada 2012, berikutnya pada 2013. Laporan ini sebenarnya tidak direncanakan untuk menjadi sebuah laporan tahunan. Karena itu, pada tahun lalu tidak ada laporan peringkat negara paling bahagia. Hasil survey didapatkan melalui kuesioner yang disebar oleh Gallup, didasarkan pada Skala Cantril, dimana orang diminta untuk menempatkan diri mereka pada skala10- 0.
Survei tersebut lebih mengukur masalah kesejahteraan masyarakat, bukan mengedepankan suasana hati. Survei ini juga mempertimbangkan sejumlah variabel lain seperti produk domestik bruto (PDB) riil per kapita, harapan hidup sehat, tingkat korupsi dan kebebasan sosial. ”Kebahagiaan dianggap sebagai ukuran yang tepat dari kemajuan sosial yang bisa dijadikan untuk acuan pengambilan kebijakan publik,” tulis laporan tersebut seperti dikutip AFP.
Saat ini semakin banyak negara yang menggunakan hasil survei seperti ini untuk membuat kebijakan yang dapat memungkinkan warganya bisa hidup lebih baik. Laporan ini dibuat para ahli independen yang terdiri dari para akademisi, pemerintah dan sektor swasta dan tidak menjadi cerminan pandangan PBB.
Direktur SDSN dan Earth Institute of Columbia University Jeffrey Sachs berharap PBB akan menggunakan laporan ini untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan selama 15 tahun ke depan. Banyak pesan yang bisa diambil dari hasil jajak pendapat ini, seperti pentingnya kekompakan sosial untuk mencapai kebahagiaan masyarakat. Seperti yang terjadi di Islandia yang tetap bahagia meskipun mengalami krisis keuangan serius.
Dalam laporan ini juga ditemukan bahwa di sejumlah negara seperti di Amerika Utara, Australia-New Zealand, Asia Selatan dan Timur serta sejumlah wilayah lain, wanita cenderung lebih bahagia daripada pria. Berbeda dengan di negara-negara Eropa Timur, eks wilayah Uni Soviet, dan Afrika, laki-laki justru lebih bahagia dibandingkan perempuan.
Ananda Nararya
Di belakang Swiss, negara yang masuk dalam World Happiness Re-port 2015 meliputi 158 negara, yaitu Islandia, disusul Denmark, Norwegia, Kanada, Finlandia, Belanda, Swedia, Selandia Baru, dan Australia. Sementara Amerika Serikat (AS) hanya berada diperingkat ke-15 dibelakang Meksiko yang menempati posisi ke- 14.
Namun peringkat AS masih lebih baik dibandingkan negara-negara besar lain seperti Brasil(16), Inggris (21), Jepang(46), Rusia(64), China(84), danIran(110). Selain merilis daftar negara paling bahagia, SDSN juga merilis daftar negara paling tidak bahagia. Lima terbawah, yaitu Togo, Burundi, Suriah, Benin, dan Rwanda.
Lantas di mana posisi Indonesia? Dalam survei tersebut Indonesia hanya berada di peringkat 74 dunia dan masuk dalam daftar negara yang tidak bahagia. Posisi Indonesia masih berada di bawah Malaysia (61), tetapi masih lebih baik dibandingkan Vietnam (75) dan China yang hanya menduduki peringkat ke-84. Laporan tahunan yang dibuat PBB ini sudah yang ketiga.
Laporan perdana dikeluarkan pada 2012, berikutnya pada 2013. Laporan ini sebenarnya tidak direncanakan untuk menjadi sebuah laporan tahunan. Karena itu, pada tahun lalu tidak ada laporan peringkat negara paling bahagia. Hasil survey didapatkan melalui kuesioner yang disebar oleh Gallup, didasarkan pada Skala Cantril, dimana orang diminta untuk menempatkan diri mereka pada skala10- 0.
Survei tersebut lebih mengukur masalah kesejahteraan masyarakat, bukan mengedepankan suasana hati. Survei ini juga mempertimbangkan sejumlah variabel lain seperti produk domestik bruto (PDB) riil per kapita, harapan hidup sehat, tingkat korupsi dan kebebasan sosial. ”Kebahagiaan dianggap sebagai ukuran yang tepat dari kemajuan sosial yang bisa dijadikan untuk acuan pengambilan kebijakan publik,” tulis laporan tersebut seperti dikutip AFP.
Saat ini semakin banyak negara yang menggunakan hasil survei seperti ini untuk membuat kebijakan yang dapat memungkinkan warganya bisa hidup lebih baik. Laporan ini dibuat para ahli independen yang terdiri dari para akademisi, pemerintah dan sektor swasta dan tidak menjadi cerminan pandangan PBB.
Direktur SDSN dan Earth Institute of Columbia University Jeffrey Sachs berharap PBB akan menggunakan laporan ini untuk mencapai target pembangunan berkelanjutan selama 15 tahun ke depan. Banyak pesan yang bisa diambil dari hasil jajak pendapat ini, seperti pentingnya kekompakan sosial untuk mencapai kebahagiaan masyarakat. Seperti yang terjadi di Islandia yang tetap bahagia meskipun mengalami krisis keuangan serius.
Dalam laporan ini juga ditemukan bahwa di sejumlah negara seperti di Amerika Utara, Australia-New Zealand, Asia Selatan dan Timur serta sejumlah wilayah lain, wanita cenderung lebih bahagia daripada pria. Berbeda dengan di negara-negara Eropa Timur, eks wilayah Uni Soviet, dan Afrika, laki-laki justru lebih bahagia dibandingkan perempuan.
Ananda Nararya
(bbg)