Manuk Dadali Iringi Keakraban Pemimpin Asia-Afrika

Sabtu, 25 April 2015 - 12:03 WIB
Manuk Dadali Iringi Keakraban Pemimpin Asia-Afrika
Manuk Dadali Iringi Keakraban Pemimpin Asia-Afrika
A A A
”Manuk dadali manuk panggagahna Perlambang sakti Indonesia jaya Manuk dadali pangkakon carana Resep ngahiji rukun sakabehna.” Demikian cuplikan sebait lagu Manuk Dadali.

Lagu berbahasa Sunda tersebut kemarin menggema dalam prosesi napak tilas (historical walk) peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) 2015 di Bandung. Lagu yang dibawakan kelompok paduan suara orkestra TNI AD yang dipimpin dirigen Kapten Anton itu membuat suasana pagi itu lebih semangat.

Pemilihan lagu karya Sambas Mangundikarta untuk mengiringi prosesi bersejarah tersebut sangatlah tepat. Manuk dadali sebutan warga Jawa Barat untuk burung garuda yang penuh dan berkarakter kuat menggambarkan semangat dan keperkasaan untuk bisa terbang tinggi mengejar cita-cita setinggi langit untuk kesejahteraan masyarakat.

Semangat itulah, salah satunya, yang ingin dibangun masyarakat Asia-Afrika melalui napak tilas, mengenang hal serupa yang dilakukan para pendahulu seperti Presiden Soekarno, PM India Jawaharlal Nehru, Presiden Mesir Gamal Abdul Naser, dan para pemimpin lainnya pada KAA 1955 atau 60 tahun yang lalu.

Saat itu, delegasi yang berasal dari 29 negara peserta konferensi berkumpul di Bandung untuk membahas perdamaian, keamanan, dan pembangunan ekonomi di tengahtengah berbagai masalah yang muncul di berbagai belahan dunia. Momen itulah yang kemudian disebut- sebut sebagai tongkat kebangkitan bangsa-bangsa di dua kawasan tersebut.

Napak tilas yang digelar pukul 09.15 WIB diawali barisan anggota TNI yang membawa bendera negara anggota KAA. Prosesi juga diwarnai arak-arakan umbul-umbul berwarna hijau setrip merah yang dibawa kelompok pemuda yang mengenakan pakaian tradisional Jawa Barat.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla, PM Malaysia Najib Razak, Presiden China Xi Jinping, Presiden Myanmar Thein Sein, dan puluhan pemimpin Asia-Afrika lainnya, termasuk pemimpin negara termuda di Asia-Afrika, Timor Leste. Mereka menunjukkan keakraban dengan berjalan beriringan dari depan Hotel Savoy Homan ke Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika Kota Bandung.

Di Gedung Merdeka itulah lahir Dasasila Bandung yang mengejawantahkan sikap bangsa-bangsa Asia-Afrika. Jokowi yang mengenakan jas hitam memberikan senyuman dan lambaian tangan. Sementara Iriana Widodo yang berjalan di samping kiri Jokowi terlihat cantik dengan balutan kebaya merah marun dipadu kain batik cokelat.

Di sebelah kanan mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut Presiden China Xi Jinping dan istrinya Peng Liyuan yang menggunakan baju berwarna hijau. Uniknya, menyatu dalam rombongan, terlihat juga Ketua Umum Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati dan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia Puan Maharani.

Selain mereka turut pula keluarga mendiang Ali Sastroamidjojo, para menteri kabinet kerja, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Prosesi tersebut mendapat sambutan ribuan warga Bandung dengan memadati sejumlah bahu jalan sejak Jumat pagi. Mereka begitu bersemangat menyambut kedatangan kepala negara dan rombongan perutusan KAA di Bandung.

Mereka mengelu-elukan iring-iringan kendaraan para tamu kenegaraan seperti di Jalan Merdeka, Tamblong, Lembong, dan Asia Afrika. Depi, seorang warga Bandung, mengaku sengaja datang ke Jalan Merdeka untuk melihat langsung kedatangan tamu negara asing itu ke Kota Bandung. Menurut dia, kegiatan tingkat dunia itu merupakan momen penting bagi warga Bandung untuk melihat orang penting dari beberapa negara.

”Sambil main, lihat rombongan pejabat,” katanya. Selain masyarakat umum, siswa SD juga menyambut meriah kedatangan rombongan pejabat negara itu di Jalan Merdeka. Para siswa itu masingmasing membawa bendera Merah Putih berukuran kecil dan mengibarkannya ketika rombongan delegasi KAA melintas. Namun, sayang, tidak semua kepala negara atau kepala pemerintah bisa mengikuti napak tilas.

Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Esty Andayani mengungkapkan 10 pemimpin Asia-Afrika yang tidak hadir di Bandung. Mereka adalah Raja Yordania, Perdana Menteri Jepang, Perdana Menteri Singapura, Perdana Menteri Thailand, Sultan Brunei Darussalam, Perdana Menteri Bangladesh, Perdana Menteri Mesir, Presiden Iran, Wakil Presiden Seychelles, dan Perdana Menteri Palestina.

Setelah sampai di Gedung Merdeka, para pemimpin dan delegasi negara-negara Asia- Afrika menyaksikan video Perjalanan Sejarah Konferensi Asia Afrika sejak 1955 hingga 2015 (Journey of the Asia Africa Conference 1955-2015). Video tersebut menampilkan sejarah perjalanan KAA dan perkembangan kemitraan negaranegara Asia dan Afrika.

Sebelumnya mereka sempat melakukan sesi foto dan minute of silence (mengheningkan cipta) serta mendengarkan pembacaan Dasasila Bandung. Peringatan KAA kemarin juga diwarnai dengan upacara penandatanganan simbolik Bandung Message oleh Presiden Joko Widodo sebagai tuan rumah KAA, Presiden China Xi Jinping sebagai perwakilan negara Asia, dan Raja Swaziland Mswati II sebagai perwakilan negara Afrika.

Selain Bandung Message, peringatan ke-60 KAA juga akan mendeklarasikan dokumen Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) dan dukungan Palestina. Presiden Jokowi menegaskan visi dan cita-cita para pendiri KAA sangat jauh ke depan sehingga melebihi pemikiran umum di masa itu.

”Dahulu di ruangan ini hadir para pendahulu kita yang menginspirasi dunia,” kata Presiden. Jokowi juga mengatakan bahwa semua negara pencetus KAA adalah sebuah perwujudan dari cita-cita.

Ant/Mochamad solehudin/ Agie permadi
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4902 seconds (0.1#10.140)