Jadi Keynote Speaker KPAA, SBY Dapat Standing Applause
A
A
A
JAKARTA - Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat standing applause dari peserta Konferensi Parlemen Asia Afrika (KPAA) saat menjadi keynote speaker.
Dalam pidatonya, SBY memandang negara Asia-Afrika masih memilki masalah yang berkenaan dengan kemiskinan. Meskipun angka kemiskinan sudah turun 20 persen kata dia, namun menurutnya masalah belum terselesaikan.
Maka itu, SBY mengingatkan kepada seluruh perwakilan parlemen negara Asia Afrika yang hadir untuk tetap bersama-sama melawan kemiskinan.
"Kemiskinan tetap menjadi masalah utama Asia Afrika termasuk di Indonesia. Di Asia Afrika, 700 juta penduduk hidup dengan penghasilan di bawah satu dolar Amerika per hari," ujar SBY dalam pidatonya di Ruang Rapat Paripurna Utama, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.
Kamis (23/4/2015)
Ketua Umum Partai Demokrat itu juga menyoroti masalah kesehatan. Dia menilai, bahwa masih banyak penduduk yang tidak mendapat akses kesehatan yang baik.
"Jawaban untuk semua ini adalah pertumbuhan ekonomi. Asia Afrika harus melihat agenda besar untuk menumbuhkan ekonomi bersama-sama," tutur SBY.
Mantan Presiden RI yang menjabat dua periode ini menegaskan persoalan-persoalan di negara Asia Afrika seharusnya lebih mudah diselesaikan jika dibanding dengan era Soekarno 60 tahun lalu. Hal ini dikarenakan sudah banyak sumber daya.
"Kuncinya adalah sistem pemerintahan yang baik untuk membangun kerja sama ini. Apapun model ekonomi dan paham politiknya, tanpa pemerintahan yang baik hal itu tidak akan tercapai," jelas SBY.
Dengan begitu, SBY menilai forum KPAA ini baik karena digunakan untuk memastikan negara Asia Afrika dapat bekerjasama. Bersamaan dengan itu, dia berharap agar KPAA dapat membawa angin baru dalam percaturan global.
"Saya katakan, semangat Asia-Afrika tidak pernah hilang, fighting for peace, fighting for justice, and for prosperity. Kalau dulu antikolonialisme dan antipenjajahan, sekarang setelah kita merdeka kita tetap fight for justice atau keadilan, juga perdamaian dan kesejahteraan," tandasnya.
Dalam pidatonya, SBY memandang negara Asia-Afrika masih memilki masalah yang berkenaan dengan kemiskinan. Meskipun angka kemiskinan sudah turun 20 persen kata dia, namun menurutnya masalah belum terselesaikan.
Maka itu, SBY mengingatkan kepada seluruh perwakilan parlemen negara Asia Afrika yang hadir untuk tetap bersama-sama melawan kemiskinan.
"Kemiskinan tetap menjadi masalah utama Asia Afrika termasuk di Indonesia. Di Asia Afrika, 700 juta penduduk hidup dengan penghasilan di bawah satu dolar Amerika per hari," ujar SBY dalam pidatonya di Ruang Rapat Paripurna Utama, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.
Kamis (23/4/2015)
Ketua Umum Partai Demokrat itu juga menyoroti masalah kesehatan. Dia menilai, bahwa masih banyak penduduk yang tidak mendapat akses kesehatan yang baik.
"Jawaban untuk semua ini adalah pertumbuhan ekonomi. Asia Afrika harus melihat agenda besar untuk menumbuhkan ekonomi bersama-sama," tutur SBY.
Mantan Presiden RI yang menjabat dua periode ini menegaskan persoalan-persoalan di negara Asia Afrika seharusnya lebih mudah diselesaikan jika dibanding dengan era Soekarno 60 tahun lalu. Hal ini dikarenakan sudah banyak sumber daya.
"Kuncinya adalah sistem pemerintahan yang baik untuk membangun kerja sama ini. Apapun model ekonomi dan paham politiknya, tanpa pemerintahan yang baik hal itu tidak akan tercapai," jelas SBY.
Dengan begitu, SBY menilai forum KPAA ini baik karena digunakan untuk memastikan negara Asia Afrika dapat bekerjasama. Bersamaan dengan itu, dia berharap agar KPAA dapat membawa angin baru dalam percaturan global.
"Saya katakan, semangat Asia-Afrika tidak pernah hilang, fighting for peace, fighting for justice, and for prosperity. Kalau dulu antikolonialisme dan antipenjajahan, sekarang setelah kita merdeka kita tetap fight for justice atau keadilan, juga perdamaian dan kesejahteraan," tandasnya.
(kri)