37 WNI Dievakuasi ke Arab Saudi

Rabu, 22 April 2015 - 11:49 WIB
37 WNI Dievakuasi ke Arab Saudi
37 WNI Dievakuasi ke Arab Saudi
A A A
JAKARTA - Sebanyak 37 warga negara Indonesia (WNI), termasuk yang terluka, akibat serangan bom di dekat kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Sanaa, Yaman, Senin (20/4) lalu akhirnya dievakuasi ke Arab Saudi.

Kemarin mereka sudah berada di Kota Hudaidah, untuk selanjutnya menyeberang ke Jizan, Arab Saudi. ”Semua WNI kita, termasuk staf diplomat, yang terluka dalam serangan di kantor KBRI sudah dievakuasi dan hari ini (kemarin),” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arrmanatha Nasir di sela-sela rangkaian Peringatan Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Jakarta Convention Center kemarin.

Serangan pada Senin pagi waktu Yaman tersebut dilakukan koalisi negara-negara pimpinan Arab Saudi. Target serangan adalah gudang misil di wilayah Fajj Attan, Sanaa yang selama ini dikuasai kelompok pemberontak Houthi. Jumlah warga tewas dalam serangan udara itu mencapai 38 orang dan 532 cedera.

Di antara korban tewas, tiga orang adalah karyawan saluran televisi Al- Yemen Al-Yawm , seorang di antaranya wartawan. Depo atau gudang itu milik brigade rudal pasukan elite Republican Guard, yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Menurut Arrmanatha, Kota Hudaidah sedikit lebih stabil dibandingkan dengan Sanaa dan Aden yang terus bergejolak. Pasalnya, Hudaidah agak jauh dari zona pertempuran dan bukan menjadi kota perebutan utama para kelompok yang terlibat konflik. Rute menuju Jizan, ungkap Arrmanatha, paling mudah juga diakses melalui Hudaidah. Hal itu juga dipertimbangkan berdasarkan tingkat keamanannya.

Dari catatan Kemlu, saat ini sekitar 1.973 WNI sudah tiba di Indonesia setelah berhasil dievakuasi. Sementara sekitar 1.991 WNI lainnya, baru bisa keluar dari Yaman. Sebelumnya Kemlu mendata jumlah WNI di Yaman mencapai 4.159 orang. Meski KBRI Sanaa rusak lebih dari 80%, Arrmanatha menegaskan bahwa KBRI Sanaa bukan sasaran langsung dari serangan itu.

”Kita menjadi sasaran tidak langsung dari serangan pasukan Arab Saudi dan koalisinya karena di sekitar itu ada depot amunisi,” jelas dia. Sebagai bentuk investigasi, Kemlu akan melakukan klarifikasi ke pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penyerangan ini.

Karena kondisi KBRI Sanaa yang parah dan sudah tidak bisa digunakan lagi, Indonesia telah meminta otoritas di Yaman untuk melakukan penjagaan bangunan itu. Untuk kerja sehari-hari, para diplomat Indonesia di Yaman akan menggunakan Gedung Wisma Duta di Sanaa. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengaku prihatin atas kondisi KBRI di Yaman yang rusak.

Wapres yakin serangan udara tersebut tidak ditujukan khusus untuk gedung KBRI. ”Saya yakin kedutaan kita tidak direncanakan (untuk) dibom. Cuma kena imbas saja,” ujar JK. Wapres mengatakan, langkah yang akan dilakukan pemerintah Indonesia adalah tetap berupaya memulangkan WNI yang masih berada di Yaman.

Kapal Perang AS Merapat

Beberapa kapal perang Amerika Serikat (AS) bergerak ke perairan Yaman untuk memberikan dukungan terhadap serangan Arab Saudi. Pergerakan armada perang Washington diperkirakan akan meningkatkan ketegangan di Yaman. ”Tujuan pergerakan kapal AS itu untuk memperkuat pengepungan Yaman.

Mereka ingin menghukum seluruh rakyat Yaman bersama-sama,” ujar anggota pemberontak Houthi, Mohammed al-Bukhaiti, kepada Reuters. ”Langkah itu meningkatkan partisipasi AS dalam peperangan ini,” tandasnya. Pentagon mengonfirmasi bahwa Angkatan Laut AS mengirimkan kapal induk yang mengangkut pesawat dan kapal pemandu misil ke perairan di dekat Yaman untuk melaksanakan operasi keamanan. Dua kapal itu akan bergabung dengan tujuh kapal AS yang sudah bersiaga di Yaman.

”Kapal itu tidak dalam rangka menghalau pengiriman persenjataan Iran,” kata juru bicara Pentagon yang tak disebutkan namanya. Arab Saudi bersama beberapa negara Timur Tengah memimpin serangan udara ke Yaman untuk menghancurkan basis pertahanan pemberontak Houthi. Serangan itu sudah berlangsung selama satu bulan lamanya.

Operasi itu juga menutup pelabuhan dan bandara Yaman, memblokade impor makanan serta produk lainnya. Saudi menuding Iran mendukung pemberontak Houthi. Namun, baik Houthi maupun Iran membantah mereka menjalin kerja sama militer dan ekonomi. ”Houthi tidak membutuhkan senjata dari luar.

Senjata kita sudah cukup,” kata Al-Bukhaiti. Dari Dubai, Wakil Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir Abdollahian optimistis gencatan senjata di Yaman akan segera diumumkan. ”Sudah banyak upaya untuk menghentikan serangan militer di Yaman,” kata Abdollahian dikutip kantor berita Iran, Tasnim.

Sebelumnya, pemerintahan Yaman di pengasingan menolak segala bentuk negosiasi dengan pemberontak Houthi. Sementara itu, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) kemarin menunda semua evakuasi warga asing dari Yaman karena alasan keamanan. Juru Bicara IOM Joel Millman mengungkapkan, penundaan operasi evakuasi dilaksanakan mulai 12 April hingga waktu yang belum ditentukan.

”Peningkatan eskalasi konflik semakin intensif pada beberapa hari ini,” kata Millman dikutip AFP. IOM menerbangkan 400 warga asing sejak 12 April lalu. Organisasi berharap mengorganisir beberapa penerbangan setiap harinya, tetapi mereka hanya berhasil mengupayakan penerbangan sejak evakuasi dilaksanakan.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan 944 orang tewas dan 3.487 warga terluka dalam konflik di Yaman yang berlangsung sejak akhir Maret lalu. Mereka memperingatkan jumlah korban dapat meningkat karena banyak warga yang tidak mendapatkan perawatan di rumah sakit. Sayangnya, jumlah korban tersebut tidak dibedakan antara warga sipil dan gerilyawan Houthi.

WHO menyatakan fasilitas kesehatan di Yaman di ambang kehancuran. Tidak adanya pasokan obat-obatan, oksigen, dan bahan bakar mempersulit operasional rumah sakit di Yaman. Harga peralatan medis meningkat tiga kali lipat. Pasokan air yang terbatas menyebabkan beberapa penyakit.

Muh shamil/ andika hendra m/ant
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6270 seconds (0.1#10.140)