Mengenang Kartini, Tidak Sekadar Sanggul dan Kebaya
A
A
A
JAKARTA - Pada tanggal 21 April 1879 lahir bayi perempuan bernama Raden Adjeng Kartini yang kemudian menjadi tokoh pelopor kebangkitan perempuan pribumi Indonesia.
Atas kegigihannya memperjuangkan nasib kaum wanita Indonesia pada masa penjajahan, pemerintah menghargai jasa-jasanya dengan menetapkan Kartini sebagai pahlawan nasional.
Berbagai cara dilakukan kalangan masyarakat dalam memperingati Hari Kartini setiap tanggal 21 April. Bagi kalangan siswa sekolah dasar, biasanya Hari Kartini diperingati dengan berbagai acara perlombaan.
“Sejak 1964 kita memperingati Hari Kartini, semestinya semakin menguatkan proses pemberdayaan perempuan Indonesia secara utuh. Yakni memunculkan perempuan-perempuan Indonesia yang sehat, cerdas, bertakwa, berbudi luhur dan aktif memberikan peran terbaik mereka bagi kemajuan bangsa,” tutur Ledia Hanifa Amaliah, Wakil Ketua Komisi VIII DPR melalui keterangan tertulis kepada Sindonews, Senin 20 April 2015.
Ledia menilai, perjuangan Kartini perlu dilihat dalam konteks zamannya. Kartini hidup pada masa sulit bagi perempuan untuk berkarya .
Menurut dia, pemikiran-pemikiran Kartini yang kemudian tertulis dalam surat-suratnya menggambarkan sebuah mimpi sekaligus idenya bagi perjuangan peningkatan kualitas hidup kaum perempuan.
“Dalam kondisi budaya yang masih kuat mengungkung perempuan, Kartini telah memvisualisasikan mimpi dan idenya yang besar bagi peningkatan hidup perempuan, dan tidak hanya itu, beliau juga membuka sekolah bagi kaum perempuan,” tutur legislator perempuan dari Partai Keadilan Sejahtera ini.
Dia pun mengharapkan peningkatan kualitas hidup perempuan menjadi tema utama pada setiap peringatan Hari Kartini.
Misalnya, melakukan aksi nyata menurunkan angka kematian ibu, peningkatan gizi keluarga dan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, pendampingan usaha kecil kaum perempuan dan lain-lain
“Kita perlu memaknai perjuangan Kartini secara lebih konkret dan aplikatif untuk kemajuan bangsa saat ini. Jangan terpaku pada imbauan mengenakan pakaian daerah sehingga terkesan peringatan Hari Kartini akhirnya berujung pada sanggul dan kebaya,” tutur Ledia
Atas kegigihannya memperjuangkan nasib kaum wanita Indonesia pada masa penjajahan, pemerintah menghargai jasa-jasanya dengan menetapkan Kartini sebagai pahlawan nasional.
Berbagai cara dilakukan kalangan masyarakat dalam memperingati Hari Kartini setiap tanggal 21 April. Bagi kalangan siswa sekolah dasar, biasanya Hari Kartini diperingati dengan berbagai acara perlombaan.
“Sejak 1964 kita memperingati Hari Kartini, semestinya semakin menguatkan proses pemberdayaan perempuan Indonesia secara utuh. Yakni memunculkan perempuan-perempuan Indonesia yang sehat, cerdas, bertakwa, berbudi luhur dan aktif memberikan peran terbaik mereka bagi kemajuan bangsa,” tutur Ledia Hanifa Amaliah, Wakil Ketua Komisi VIII DPR melalui keterangan tertulis kepada Sindonews, Senin 20 April 2015.
Ledia menilai, perjuangan Kartini perlu dilihat dalam konteks zamannya. Kartini hidup pada masa sulit bagi perempuan untuk berkarya .
Menurut dia, pemikiran-pemikiran Kartini yang kemudian tertulis dalam surat-suratnya menggambarkan sebuah mimpi sekaligus idenya bagi perjuangan peningkatan kualitas hidup kaum perempuan.
“Dalam kondisi budaya yang masih kuat mengungkung perempuan, Kartini telah memvisualisasikan mimpi dan idenya yang besar bagi peningkatan hidup perempuan, dan tidak hanya itu, beliau juga membuka sekolah bagi kaum perempuan,” tutur legislator perempuan dari Partai Keadilan Sejahtera ini.
Dia pun mengharapkan peningkatan kualitas hidup perempuan menjadi tema utama pada setiap peringatan Hari Kartini.
Misalnya, melakukan aksi nyata menurunkan angka kematian ibu, peningkatan gizi keluarga dan pencegahan kekerasan dalam rumah tangga, pendampingan usaha kecil kaum perempuan dan lain-lain
“Kita perlu memaknai perjuangan Kartini secara lebih konkret dan aplikatif untuk kemajuan bangsa saat ini. Jangan terpaku pada imbauan mengenakan pakaian daerah sehingga terkesan peringatan Hari Kartini akhirnya berujung pada sanggul dan kebaya,” tutur Ledia
(dam)