Sejumlah Kepala Negara Tak Hadiri KAA

Senin, 20 April 2015 - 09:39 WIB
Sejumlah Kepala Negara Tak Hadiri KAA
Sejumlah Kepala Negara Tak Hadiri KAA
A A A
JAKARTA - Sejumlah kepala negara atau pemerintahan tidak menghadiri Pertemuan dan Peringatan Ke-60 Konferensi Asia-Afrika (KAA) yang digelar mulai kemarin hingga Jumat (24/4) mendatang di Jakarta dan Bandung.

Mereka yang tidak hadir di antaranya Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi, Presiden Filipina Benigno Aquino III, Presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-hye, Pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong Un, termasuk yang mendadak batal hadir Presiden Afrika Selatan (Afsel) Jacob Zuma.

Kepala negara lain yang juga tidak hadir yaitu Presiden Srilanka Maithripala Sirisena. Sampai kemarin jumlah partisipan yang mengonfirmasi hadir mencapai 90 negara. Dari jumlah itu, kepala negara yang hadir hanya 31 orang. Lainnya mengutus wakil kepala negara atau perwakilan lain. ”Kepala negara yang akan hadir 31 orang. Awalnya ada 32 kepala negara termasuk Zuma,” ujar Juru Bicara (Jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arrmanatha Nasir kemarin.

Kepala negara yang memastikan hadir yakni Brunei Darussalam, Jordania, Swaziland, China, Iran, Madagascar, Myanmar, Sierra Leone, Timor Leste, Vietnam, Zimbabwe, Bangladesh, Kamboja, Mesir, Gabon, Jepang, Nepal, Pakistan, Palestina, Rwanda, Singapura, dan Thailand. Sedangkan negara-negara seperti Aljazair, Angola, Liberia, Filipina, Seychelles, Uganda, dan Zambia akan diwakili wakil presiden. Azerbaijan, Korsel, Laos, Namibia, dan Turki akan diwakili para wakil perdana Menteri.

Ketua Panitia Penyelenggara KAA Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, alasan Zuma mendadak batal hadir karena situasi keamanan di Afsel saat ini masih belum kondusif sehingga Zuma tidak mungkin meninggalkan negaranya. ”Beliau batal mengikuti KAA karena ada huru-hara di sana. Lima orang meninggal,” tutur Luhut saat ditemui di arena KAA, Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, kemarin.

Konfirmasi pembatalan yang mendadak itu baru diterima Pemerintah Indonesia pada Sabtu (18/4). Meski begitu, Afsel tetap mengirimkan Wakil Presiden Cyril Ramaphosa. Kondisi Afsel memanas setelah kampanye anti-imigran berakhir rusuh. Sejumlah perusahaan dan warga asing mendapatkan ancaman dari warga pribumi. Sedikitnya enam orang meninggal dibunuh, lebih dari 5.000 orang mengungsi, dan toko-toko dijarah.

Sebagian besar korban merupakan pengungsi dan pencari suaka yang meninggalkan negara mereka karena perang. Meski demikian, Afsel tetap tidak akan kehilangan kesempatan untuk meningkatkan kerja sama dengan negara-negara Asia dan Afrika. Ramaphosa akan menjadi simbol negara itu dalam acara KAA. ”Presiden Afsel tidak bisa hadir dan akan digantikan wakil presiden,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi.

Sementara itu, ketidakhadiran PM India Narendra Modi, Presiden Filipina Benigno Aquino III, Presiden Korsel Park Geun-hye, Pemimpin tertinggi Korut Kim Jong Un memang sudah sejak jauh hari dikabarkan kepada Pemerintah Indonesia. Duta Besar India untuk Indonesia Gurjit Singh mengatakan, Modi tidak dapat menghadiri KAA karena Parlemen India akan menggelar sidang anggaran negara. ”Perdana Menteri Modi tidak bisa hadir karena ada sidang parlemen yang akan dimulai sejak 20 April,” kata Singh.

Menurutnya, sidang parlemen tersebut akan menjadi pembahasan final anggaran India sehingga membutuhkan kehadiran PM Modi. Kendatibegitu, Indiaakan mengirimkan pejabat tingkat tinggi untuk menghadiri KAA yakni Menteri Luar Negeri Sushma Swaraj. ”Kami ingin menunjukkan bahwa kami mendukung penuh penyelenggaraan KAA,” kata Singh.

Sementara Korut dikabarkan mengirimkan Presiden Presidium Majelis Tertinggi Rakyat DPRK Kim Yong Nam. Direktur Indonesian Agency for Outbound Investment Development (InaGoInvest) Guspiabri Sumowigeno mengatakan, banyak kepala negara atau pemerintahan yang tidak hadir dalam pagelaran sebesar KAA menunjukkan Indonesia kurang sukses menawarkan substansi esensial yang mampu memenuhi kebutuhan Afrika.

”KAA ini harus dimanfaatkan RI untuk mempromosikan peran nyata dalam bidang ekonomi, terutama untuk Afrika. RI diharapkan dapat berperan dalam pembangunan Afrika melalui kerangka kerja sama ekonomi yang konkret.

Seperti China-Afrika Summit, Malaysia-Afrikamelalui South-South Berhad, dan Thailand- Afrika Initiative yang melibatkan investasi perusahaanperusahaan negara-negara tersebut di Afrika,” kata Guspi.

Muh shamil
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8306 seconds (0.1#10.140)