Jokowi Ajak PMII Kawal NKRI
A
A
A
SURABAYA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak kader dan keluarga besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) untuk ikut mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pasalnya, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia makin berat dan kompetitif. ”Persaingan ke depan bukan lagi soal sumber daya alam, tapi soal sumber daya manusia. Singapura, Jepang, dan Korea tidak punya apa-apa. Tetapi negaranya bisa maju. Nah, Indonesia punya segalanya, tetapi masih juga tertinggal,” tegasnya dalam acara puncak Hari Lahir PMII ke-55 di Masjid Al Akbar, Surabaya, tadi malam.
Lebih lanjut Presiden Jokowi menyampaikan, semua pihak untuk terlibat menjaga kedaulatan NKRI dengan segenap sumber daya yang dimilikinya. Pasar bebas akan membawa beragam persoalan baik itu positif maupun negatif. ”Negara sekarang sudah tanpa batas. Pasar bebas hingga ideologi baru datang bertubi-tubi. Kalau tidak berhati-hati, ini membahayakan,” kata dia.
Indonesia, lanjut Jokowi, saat ini tengah dalam posisi mengkhawatirkan. Selain angka kemiskinan yang tinggi, kasus buta huruf juga masih mendominasi. Padahal, sumber daya manusia (SDM) adalah modal besar untuk menjadi benteng semua serangan itu. Karena itu, saat ini pemerintah tengah menyusun rencana pembangunan SMA inpres/ SMK inpres di sejumlah daerah pelosok. Ini untuk mempercepat agar fasilitas pendidikan di tingkat atas bisa dilakukan.
Jokowi menceritakan, tahun 70-an minyak booming di Indonesia, sementara tahun 80-an kayu menyusul. ”Nah, sekarang minerba dan batu bara. Tetapi apa yang terjadi, semuanya diekspor mentahan. Padahal kalau dikunci, dimiliki sendiri, Indonesia bisa maju. Ini adalah kesalahan. Dan harus diperbaiki,” tukasnya. Ketua Umum PB PMII Aminudin Ma’ruf mengaku siap dengan tugas itu.
Dia mengatakan bahwa misi PMII adalah mengawal Pancasila dan NKRI dengan paham Islam ahlussunnah wal jamaah. ”Pancasila sebagai falsafah negara harus dipertahankan dalam situasi apapun,” bebernya. Sejumlah tokoh PMII hadir di antaranya Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, Menpora Imam Nahrowi, Menaker Hanif Dhakiri, dan sejumlah alumni PMII se-Indonesia.
Ihya ulumuddin
Pasalnya, tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia makin berat dan kompetitif. ”Persaingan ke depan bukan lagi soal sumber daya alam, tapi soal sumber daya manusia. Singapura, Jepang, dan Korea tidak punya apa-apa. Tetapi negaranya bisa maju. Nah, Indonesia punya segalanya, tetapi masih juga tertinggal,” tegasnya dalam acara puncak Hari Lahir PMII ke-55 di Masjid Al Akbar, Surabaya, tadi malam.
Lebih lanjut Presiden Jokowi menyampaikan, semua pihak untuk terlibat menjaga kedaulatan NKRI dengan segenap sumber daya yang dimilikinya. Pasar bebas akan membawa beragam persoalan baik itu positif maupun negatif. ”Negara sekarang sudah tanpa batas. Pasar bebas hingga ideologi baru datang bertubi-tubi. Kalau tidak berhati-hati, ini membahayakan,” kata dia.
Indonesia, lanjut Jokowi, saat ini tengah dalam posisi mengkhawatirkan. Selain angka kemiskinan yang tinggi, kasus buta huruf juga masih mendominasi. Padahal, sumber daya manusia (SDM) adalah modal besar untuk menjadi benteng semua serangan itu. Karena itu, saat ini pemerintah tengah menyusun rencana pembangunan SMA inpres/ SMK inpres di sejumlah daerah pelosok. Ini untuk mempercepat agar fasilitas pendidikan di tingkat atas bisa dilakukan.
Jokowi menceritakan, tahun 70-an minyak booming di Indonesia, sementara tahun 80-an kayu menyusul. ”Nah, sekarang minerba dan batu bara. Tetapi apa yang terjadi, semuanya diekspor mentahan. Padahal kalau dikunci, dimiliki sendiri, Indonesia bisa maju. Ini adalah kesalahan. Dan harus diperbaiki,” tukasnya. Ketua Umum PB PMII Aminudin Ma’ruf mengaku siap dengan tugas itu.
Dia mengatakan bahwa misi PMII adalah mengawal Pancasila dan NKRI dengan paham Islam ahlussunnah wal jamaah. ”Pancasila sebagai falsafah negara harus dipertahankan dalam situasi apapun,” bebernya. Sejumlah tokoh PMII hadir di antaranya Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandar, Menpora Imam Nahrowi, Menaker Hanif Dhakiri, dan sejumlah alumni PMII se-Indonesia.
Ihya ulumuddin
(bbg)