Dikenal Tertutup dan Menyukai Pria Tegas
A
A
A
KEMATIAN Deudeuh Alfisahrin alias Tata, 26, di kamar kosnya sangat memukul pihak keluarga. Mereka tidak menyangka Empi–panggilan akrab Deudeuh Alfisahrin di kalangan keluarga–meninggal dengan cara mengenaskan.
Keluarga pun tidak memercayai informasi yang ramai saat ini bahwa Empi kerap menerima tamu pria di kosnya. ”Kami keluarga benar-benar enggak percaya dan menyangka kalau dia seperti itu atau bekerja seperti itu,” kata Laila, kakak angkat Empi ketika ditemui di rumah Iqbal, kakak kandung Empi yang berada di Jalan Margonda, Gang Manggah RT 005/ 012, Pancoran Mas, Kota Depok, kemarin.
Setahu dia, Empi yang sudah menjanda dan memiliki seorang anak itu bekerja sebagai kasir di sebuah restoran di Jakarta. Dia dan Empi kerap menjalin komunikasi melalui Black- Berry Messenger (BBM). Beberapa bulan lalu, Laila mendapat cerita dari Empi yang mendapat pekerjaan baru sebagai kasir restoran di Jalan Jenderal Sudirman. Laila belum pernah mendatangi tempat kerja korban.
”Kalau saya telepon pada jam kerja, dia biasanya bilang lagi sibuk Kak, lagi kerja. Makanya saya percaya dia kerja di restoran,” tuturnya. Anjar Nur Soleh, 65, ayah angkat Empi juga mengaku tak percaya kabar pekerjaan anak angkatnya itu. Dia tahunya Empi bekerja di restoran dan mal. Di mata dia, Empi adalah perempuan tangguh dan dewasa. Bahkan, dia percaya Empi bekerja sesuai dengan norma agama.
”Jadi kami enggak percaya kalau dia bekerja begitu,” ucapnya. Empi juga dikenal sebagai anak yang tertutup. Korban sempat cerita jika dirinya akan menikah dengan seorang pria yang belum dikenalkan kepada keluarga. ”Sekitar satu tahun lalu, dia sempat bilang begitu sama saya, waktu ketemu di kosnya. Waktu itu dia masih kos di kamar yang di bawah,” ujar Iqbal, kakak kandung Empi. Iqbal tidak bertanya lebih detail ketika adiknya bercerita karena dia tahu betul sifat Empi yang tidak suka didesak dan ditanya lebih jauh. Yang dia tahu adiknya menyenangi pria tegas.
Empi juga dikenal pribadi yang teguh dan jika ingin sesuatu maka dia akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya sehingga dia juga tidak percaya kalau pekerjaan adiknya sebagai pekerja seks komersial (PSK). ”Kami keluarga enggak percaya dan enggak menyangka dia seperti itu,” katanya. Pihak keluarga berharap pelaku pembunuhan Empi bisa segera terungkap.
Pelakunya harus dijerat hukuman berat karena sudah menghilangkan nyawa Empi. Terkait kematian adiknya, Iqbal menuturkan, dokter yang mengautopsi korban menyebutkan bahwa Empi tewas akibat bekapan di mulut dan tekanan di dada sehingga paru-paru tidak dapat menarik oksigen lagi. Bukan akibat lilitan kabel rol, karena tak ada bekas gumpalan darah di leher.
R ratna purnama
Keluarga pun tidak memercayai informasi yang ramai saat ini bahwa Empi kerap menerima tamu pria di kosnya. ”Kami keluarga benar-benar enggak percaya dan menyangka kalau dia seperti itu atau bekerja seperti itu,” kata Laila, kakak angkat Empi ketika ditemui di rumah Iqbal, kakak kandung Empi yang berada di Jalan Margonda, Gang Manggah RT 005/ 012, Pancoran Mas, Kota Depok, kemarin.
Setahu dia, Empi yang sudah menjanda dan memiliki seorang anak itu bekerja sebagai kasir di sebuah restoran di Jakarta. Dia dan Empi kerap menjalin komunikasi melalui Black- Berry Messenger (BBM). Beberapa bulan lalu, Laila mendapat cerita dari Empi yang mendapat pekerjaan baru sebagai kasir restoran di Jalan Jenderal Sudirman. Laila belum pernah mendatangi tempat kerja korban.
”Kalau saya telepon pada jam kerja, dia biasanya bilang lagi sibuk Kak, lagi kerja. Makanya saya percaya dia kerja di restoran,” tuturnya. Anjar Nur Soleh, 65, ayah angkat Empi juga mengaku tak percaya kabar pekerjaan anak angkatnya itu. Dia tahunya Empi bekerja di restoran dan mal. Di mata dia, Empi adalah perempuan tangguh dan dewasa. Bahkan, dia percaya Empi bekerja sesuai dengan norma agama.
”Jadi kami enggak percaya kalau dia bekerja begitu,” ucapnya. Empi juga dikenal sebagai anak yang tertutup. Korban sempat cerita jika dirinya akan menikah dengan seorang pria yang belum dikenalkan kepada keluarga. ”Sekitar satu tahun lalu, dia sempat bilang begitu sama saya, waktu ketemu di kosnya. Waktu itu dia masih kos di kamar yang di bawah,” ujar Iqbal, kakak kandung Empi. Iqbal tidak bertanya lebih detail ketika adiknya bercerita karena dia tahu betul sifat Empi yang tidak suka didesak dan ditanya lebih jauh. Yang dia tahu adiknya menyenangi pria tegas.
Empi juga dikenal pribadi yang teguh dan jika ingin sesuatu maka dia akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapainya sehingga dia juga tidak percaya kalau pekerjaan adiknya sebagai pekerja seks komersial (PSK). ”Kami keluarga enggak percaya dan enggak menyangka dia seperti itu,” katanya. Pihak keluarga berharap pelaku pembunuhan Empi bisa segera terungkap.
Pelakunya harus dijerat hukuman berat karena sudah menghilangkan nyawa Empi. Terkait kematian adiknya, Iqbal menuturkan, dokter yang mengautopsi korban menyebutkan bahwa Empi tewas akibat bekapan di mulut dan tekanan di dada sehingga paru-paru tidak dapat menarik oksigen lagi. Bukan akibat lilitan kabel rol, karena tak ada bekas gumpalan darah di leher.
R ratna purnama
(ars)