Sekolah di Sierra Leone Kembali DibukaSetelah Sembilan Bulan Tutup
A
A
A
Berbagai sekolah di Sierra Leone dibuka kembali setelah sembilan bulan tidak beroperasi. Selama sembilan itu pula, 1,8 juta siswa diliburkan menyusul wabah ebola yang menyerbu negara itu. Jan Sankoh, 12, mengaku sangat senang belajar lagi di sekolah.
”Saya rindu sekolah dan guru,” ungkap Jan. Dia mengatakan kangen bermain bersama kawan di sekolah. ”Saya harus bersekolah agar menjadi pilot ketika besar nanti,” imbuhnya. Nancy Banya, guru sekolah menengah, mengungkapkan agenda pertama di sekolah adalah menyambut para siswa. ”Kita mengheningkan cipta untuk mengenang beberapa kawan kita yang meninggal dunia,” kata Banya kepada BBC.
”Banyak siswa yang senang, tetapi banyak siswa yang bosan selama tinggal di rumah,” imbuhnya. Badan Perserikatan Bangsa- Bangsa Urusan Anak-Anak (UNICEF) mengungkapkan, pembukaan kembali sekolah di Sierra Leone menandai langkah maju dalam normalisasi kehidupan rakyat negara itu. UNICEF telah melatih lebih 9.000 guru dalam hal pencegahan ebola. Mereka juga memasok 23.000 fasilitas cuci tangan bagi setiap sekolah. ”Perhatian nomor satu kita adalah tidak boleh ada kasus ebola lagi di Sierra Leone,” kata perwakilan UNICEF Roeland Monasch.
”Dalam konteks ini, kita ingin menjamin anak agar selamat dari wabah ebola,” tambahnya. PBB dan pemerintah Sierra Leone tetap optimistis dengan laporan kasus ebola mengalami penurunan. Untuk menghalau kekhawatiran dan menjamin tidak ada kasus baru ebola, hari pertama sekolah diisi dengan pendidikan tentang ebola dan pengenalan aturan kebersihan dasar bagi para siswa.
Mereka juga dibiasakan dengan mengukur suhu tubuh sebagai bagian untuk pencegahan terhadap penularan ebola. Selain itu, setiap murid juga diwajibkan untuk mencuci bersih tangan mereka memakai air bersih dengan sabun. Namun, tetap ada kekhawatiran tidak semua sekolah siap dengan fasilitas tersebut. Beberapa sekolah di Sierra Leone timur mengaku belum mendapatkan materi pembelajaran tentang ebola serta berbagai fasilitas kesehatan yang dijanjikan.
Akibat tidak adanya proses belajar-mengajar dalam jangka waktu lama, beberapa fasilitas sekolah mengalami kerusakan, seperti meja dan bangku. Banyak bangunan sekolah yang ditumbuhi rumput liar dan tidak terawat. Banyak siswa yang terpaksa harus membersihkan sekolah mereka terlebih dahulu sebelum belajar bersama di dalam kelas. Sebanyak 12.000 kasus ebola terjangkit di Sierra Leone dan 3.831 orang meninggal sejak virus itu mewabah pada Mei 2014.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat hanya enam kasus baru pada pekan lalu. Itu menunjukkan adanya penurunan drastis. Sierra Leone merupakan negara endemik ebola ketiga yang membuka sekolah. Negara lain seperti Guinea membuka sekolahnya pada Januari lalu dan Liberia mengaktifkan sekolah satu bulan kemudian.
WHO melaporkan terdapat lebih dari 12.000 kasus ebola di Sierra Leone, dengan 3.831 orang meninggal sejak wabah virus ini merebak pada Mei 2014. Pada minggu lalu, kasus ebola terbaru yang dilaporkan hanya ada enam kasus.
Arvin
”Saya rindu sekolah dan guru,” ungkap Jan. Dia mengatakan kangen bermain bersama kawan di sekolah. ”Saya harus bersekolah agar menjadi pilot ketika besar nanti,” imbuhnya. Nancy Banya, guru sekolah menengah, mengungkapkan agenda pertama di sekolah adalah menyambut para siswa. ”Kita mengheningkan cipta untuk mengenang beberapa kawan kita yang meninggal dunia,” kata Banya kepada BBC.
”Banyak siswa yang senang, tetapi banyak siswa yang bosan selama tinggal di rumah,” imbuhnya. Badan Perserikatan Bangsa- Bangsa Urusan Anak-Anak (UNICEF) mengungkapkan, pembukaan kembali sekolah di Sierra Leone menandai langkah maju dalam normalisasi kehidupan rakyat negara itu. UNICEF telah melatih lebih 9.000 guru dalam hal pencegahan ebola. Mereka juga memasok 23.000 fasilitas cuci tangan bagi setiap sekolah. ”Perhatian nomor satu kita adalah tidak boleh ada kasus ebola lagi di Sierra Leone,” kata perwakilan UNICEF Roeland Monasch.
”Dalam konteks ini, kita ingin menjamin anak agar selamat dari wabah ebola,” tambahnya. PBB dan pemerintah Sierra Leone tetap optimistis dengan laporan kasus ebola mengalami penurunan. Untuk menghalau kekhawatiran dan menjamin tidak ada kasus baru ebola, hari pertama sekolah diisi dengan pendidikan tentang ebola dan pengenalan aturan kebersihan dasar bagi para siswa.
Mereka juga dibiasakan dengan mengukur suhu tubuh sebagai bagian untuk pencegahan terhadap penularan ebola. Selain itu, setiap murid juga diwajibkan untuk mencuci bersih tangan mereka memakai air bersih dengan sabun. Namun, tetap ada kekhawatiran tidak semua sekolah siap dengan fasilitas tersebut. Beberapa sekolah di Sierra Leone timur mengaku belum mendapatkan materi pembelajaran tentang ebola serta berbagai fasilitas kesehatan yang dijanjikan.
Akibat tidak adanya proses belajar-mengajar dalam jangka waktu lama, beberapa fasilitas sekolah mengalami kerusakan, seperti meja dan bangku. Banyak bangunan sekolah yang ditumbuhi rumput liar dan tidak terawat. Banyak siswa yang terpaksa harus membersihkan sekolah mereka terlebih dahulu sebelum belajar bersama di dalam kelas. Sebanyak 12.000 kasus ebola terjangkit di Sierra Leone dan 3.831 orang meninggal sejak virus itu mewabah pada Mei 2014.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat hanya enam kasus baru pada pekan lalu. Itu menunjukkan adanya penurunan drastis. Sierra Leone merupakan negara endemik ebola ketiga yang membuka sekolah. Negara lain seperti Guinea membuka sekolahnya pada Januari lalu dan Liberia mengaktifkan sekolah satu bulan kemudian.
WHO melaporkan terdapat lebih dari 12.000 kasus ebola di Sierra Leone, dengan 3.831 orang meninggal sejak wabah virus ini merebak pada Mei 2014. Pada minggu lalu, kasus ebola terbaru yang dilaporkan hanya ada enam kasus.
Arvin
(ars)