Cinta Lingkungan dengan Rumah Bertenaga Surya di Bawah Bumi

Selasa, 14 April 2015 - 09:47 WIB
Cinta Lingkungan dengan Rumah Bertenaga Surya di Bawah Bumi
Cinta Lingkungan dengan Rumah Bertenaga Surya di Bawah Bumi
A A A
Earthship(kapal bumi) bukan sekadar gerakan arsitektur berkelanjutan yang mengusung kepedulian terhadap lingkungan alam sekitar semata.

Gerakan itu kini sudah menjadi gaya hidup bagi warga yang menginginkan tempat tinggal yang berbeda. Rumah yang disebut earthship itu terlihat unik karena tidak terlihat rumah pada umumnya. Seperti earthship yang dibangun Kris Platz dan Nicole Bennett di St Andrews, Manitoba, Kanada, yang terlihat hanya lubang kaca yang dikelilingi rumput dan model bangunan seperti bangunan dibuat di atas bukit.

Dari jauh, rumah Platz dan Bennett jutru tidak terlihat bangunan, seperti tempat persembunyian di pegunungan. Konsep earthship sebenarnya dimulai di padang pasir di Negara Bagian New Mexico, sekitar 40 tahun lalu. Tujuan earthshipadalah membangun rumah dengan menggali ke dalam bumi. Bahan bangunan yang digunakan juga menggunakan material alami dan hasil daur ulang.

Earthship kini menjadi gaya hidup ramah lingkungan yang berkembang ke seluruh dunia. Rumah earthship yang dimiliki Platz dan Bennett juga mengandalkan pembangkit listrik tenaga surya. Rumah mereka dikelilingi kaca sebagai jendela sepanjang 30 meter. Tidak ada beton pada dinding rumah mereka. Hanya ada ban yang ditutupi dengan campuran semen dan tanah. Mereka tinggal bersama dengan seorang bayi perempuan.

”Saya sangat suka tinggal di wilayah pedesaan. Ini menjadi pilihan terbaik untuk melanjutkan gaya hidup earthship seperti ini,” kata Platz kepada Outside The Box seperti dilansir CBC News . ”Jika kita ingin mengurangi biaya hidup, kita tidak perlu bekerja keras sepanjang hidup kita. Kita hanya berharap pensiun lebih cepat dan mendapatkan keuntungan dari apa yang kita lakukan,” imbuhnya.

Platz dan Bennett merupakan pelopor pendiri rumah berkonsep earthship di Manitoba, Kanada. Saat ini, 50 earthship telah berdiri di kota tersebut. Baik Platz dan Bennett terinspirasi mendirikan earthship setelah melihat film dokumenter bertajuk Garbage Warrior . ”Hanya butuh waktu dua tahun untuk mengumpulkan seluruh komponen barang bekas, seperti ban, botol dan kaleng,” ujar Platz. Earthship bukan rumah murahan, demikian ditegaskan Platz.

Dia mengungkapkan, banyak kesalahan konsep tentang earthship yang identik dengan sampah sehingga dikenal murah dan proses pembangunannya relatif mudah. Padahal, struktur rumah earthship membutuhkan teknik konstruksi yang hati-hati. Jendela kaca senilai USD40.000 (Rp519 juta) dibutuhkan harus menyerap sinar matahari untuk menghidupi kebun bunga dan tanaman di dalam rumah.

”Kita membutuhkan waktu selama enam bulan untuk merencanakan rumah earthship itu,” ungkap Platz. ”Kita bukan membangun rumah seperti kaum hippies, tetapi kita memiliki perusahaan teknik dan tim manajemen dalam membangun rumah earthship itu,” katanya.

Arvin
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6787 seconds (0.1#10.140)