Surga Kerajinan Tradisional

Minggu, 12 April 2015 - 11:01 WIB
Surga Kerajinan Tradisional
Surga Kerajinan Tradisional
A A A
Pameran kerajinan Nusantara terbesar dan terlengkap (Inacraft) 2015 yang digelar di Jakarta, Rabu-Minggu (8-12/4) ini semarak dengan semakin banyaknya pengusaha dan pengrajin dari kalangan anak muda. Mereka hadir dengan beragam karya dan hasil kreativitas yang kian inovatif.

Tahun ini merupakan penyelenggaraan International Handicraft Trade Fair (Inacraft) yang ketujuhbelaskalinya. Ajang yang digelar di Jakarta Convention Centre (JCC) ini diikuti sekitar 1.450 pengusahapengrajin dari seluruh Nusantara.

Mereka mengisi 1.306 gerai di area pameran seluas lebih dari 25 ribu meter persegi. Berbagai produk kerajinan yang ditampilkan antara lain perhiasan, aksesoris, pernak-pernik, perabotan mulai bahan kayu, perak, emas, mutiara, hingga busana dari batik, tenun, songket, dan lainnya. Inilah ”surga” bagi para pemburu dan pengusaha kerajinan dari seantero Nusantara.

Salah satu gerai yang menampilkan kreasi unik anak muda adalah milik ”Yuck Fou Handwerks” yang difasilitasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bandung. ”Yuck Fou Handwerks” menghadirkan aneka kerajinan yang terbuat dari kayu limbah. Asep Nurjaman, salah satu pendiri ”Yuck Fou Hardwerks”, mengatakan, pihaknya mendaur ulang kayu limbah untuk dijadikan kacamata, jam tangan, cincin, maupun kotak perhiasan.

Bisnis ini berawal dari hobi Asep dan temantemannya bermain skate board. Suatu ketika, tercetus di antara mereka untuk membuat sendiri skate board dari kayu dan berhasil. Setelah itu, mereka memproduksi barang-barang lainnya untuk memperluas pasar dan menjadikan kerajinan ini murni bisnis. Selain kerajinan dari kayu limbah, saat ini Asep dan teman-temannya juga membuat kerajinan dari bahan batu akik.

”Kami memanfaatkan booming akik. Tapi bukan cincin atau liontin melainkan kacamata dari batu akik,” ujar Asep. Dalam sebulan, kata dia, Yuck Fou Hardwerks” meraih omzet Rp100-200 juta. Itu belum termasuk pendapatan dari produk yang diekspor ke Inggris dan Australia. Anak muda lain yang memamerkan kreasinya di Inacraft 2015 adalah Ranty Yustina Dewi.

Mengusung brand ”Pernik Ranty”, perempuan muda ini memamerkan beragam pernak-pernik, aksesoris, dan pajangan unik dari batubatu kerikil aneka ukuran yang dilukis. ”Batu kerikil yang dilukis ini bisa digunakan untuk batu cincin, liontin, atau sekadar dibentuk pola yang nyeni kemudian dibingkai untuk pajangan. Ada pula konsumen yang hanya membeli batu-batu kerikil yang sudah dilukis sekadar buat koleksi,” ungkap Ranty.

Gambar pada batu-batu kerikil ini dibuat menggunakan tinta cina ada juga yang menggunakan cat lukis kemudian diberi pernis. Harga jualnya mulai Rp100.000 hingga Rp5 juta. Konsumen ”Pernik Ranty” ada pula dari mancanegara seperti Jepang dan Prancis. ”Mereka adalah personal buyer. Kami belum melakukan ekspor,” terang Ranty. Dari Lombok, salah satu pulau penghasil mutiara terbaik di dunia, ada Riana Meilia, pemilik brand ”Lombok- NTB Pearls”.

Gerai ini memamerkan aneka aksesoris wanita dari bahan kerang serta mutiara. Riana merintis bisnisnya ini sejak 1999 dan kini sudah memiliki penangkaran mutiara sendiri. Produk-produknya sudah diekspor ke berbagai negara di Eropa dan Asia. ”Kami rata-rata meraih omzet Rp1-2 miliar per pameran,” sebut Riana. Sementara itu, SanggarLoro Blonyo dari Yogyakarta, memamerkan loro blonyo, patung mini sepasang pengantin Jawa yang mengenakan busana adat lengkap dengan atribut beskap untuk pengantin pria dan basahan untuk pengantin putri.

Menurut Jafar, seorang pengrajin, saat ini loro blonyo telah dikembangkan dan dimodifikasi dengan berbagai macam bentuk dan ukuran. ”Supaya semakin populer terutama di kalangan generasi muda,” katanya. Jafar menyebutkan, berbagai karya pengrajin dari Sanggar Loro Blonyo sudah banyak diekspor ke Malaysia, Prancis, Kanada, Jepang, dan negara lainnya.

”Melalui ajang-ajang pameran seperti ini, kami tidak hanya menjual produk tetapi juga mempromosikan kekayaan seni dan budaya Jawa kepada masyarakat yang lebih luas,” ujarnya. Di tempat terpisah, Mulyono, salah satu pengrajin wayang kulit dari Pekalongan, mengunggulkan kerajinan gunungan yang dipamerkan di gerainya.

”Kami mencoba mengkreasikan gunungan ini agar tidak hanya bisa disaksikan pada saat pertunjukan wayang tapi juga bisa digunakan untuk dekorasi rumah. Misalnya dikolaborasikan dengan corak batik,” terangnya. Harga gunungan yang dijualnya berkisar Rp5-70 juta.

Panitia Inacraft 2015 dari Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (Asephi) dan PT Mediatama Binakreasi menargetkan jumlah pengunjung selama lima hari pameran dapat menembus 200 ribu orang dengan target transaksi retail mencapai Rp127,3 miliar dan kontak dagang senilai USD10 juta.

Robi ardianto
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0872 seconds (0.1#10.140)