Indonesia Selamatkan 300 Nelayan Asing di Maluku
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah Indonesia menyelamatkan lebih dari 300 nelayan asing yang telantar di wilayah terpencil, Desa Benjina, Maluku sejak Jumat (3/4).
Mereka dilaporkan berasal dari Burma, Laos, dan Kamboja. Hingga kemarin mereka masih berada di fasilitas penampungan yang disediakan Pemerintah Tual. Mereka terdampar di Maluku setelah dibuang kapten kapal yang kebanyakan berasal dari Thailand karena menolak bekerja. Mereka mengaku sering diperlakukan tidak wajar di atas kapal.
Selain itu, kapal yang mereka tumpangi sebelumnya juga diduga kuat akan melakukan penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia. Peningkatan hukum maritim Indonesia yang mengancam akan menenggelamkan kapal asing pelaku penangkapan ikan ilegal dan menangkap awak kapal membuat mereka berpikir tujuh kali.
Di Benjina, beberapa dari mereka mengaku diperlakukan layaknya budak oleh pemilik kapal. Mereka dikurung dan dikunci di dalam sebuah ”kandang”. ”Kandang” tersebut dilaporkan milik Pusaka Benjina Resources, satusatunya perusahaan penangkapan ikan resmi yang ada di Benjina. Sebagian dari mereka lari ke pedalaman Maluku untuk bersembunyi.
Berdasarkan sumber otoritas Indonesia yang berbicara kepada Organisasi Internasional untuk Urusan Migrasi (IOM), sebanyak 319 nelayan yang dibawa ke Tual merupakan nelayan asing. Sebanyak 58 di antaranya warga Kamboja. ”Warga Kamboja dilaporkan hanya ada 58,” kata juru bicara (jubir) IOM Joe Lowry, dikutip The Cambodia Daily .
Lowry menambahkan, IOM sedang berusaha mengirimkan petugas ke Maluku secepat mungkin. ”Kami mengalami kesulitan transportasi. Penggunaan pesawat juga gagal. Tapi, kami kemungkinan sudah memiliki perwakilan di sana besok (hari ini). Lalu, nanti kami bisa memberikan informasi yang lebih akurat,” katanya.
Hampir 1.000 nelayan asing dilaporkan terdampar di Benjina. Pelabuhan Benjina memang terkenal sebagai salah satu terminal peristirahatan Indonesia-Thailand dan negara-negara Asia lain. Beberapa kapal Thailand bahkan membawa hasil penangkapan mereka setelah beristirahat di Benjina.
Manajer proyek IOM Brett Dickson juga mengatakan akan berkunjung ke Tual untuk membantu proses repatriasi. ”Saya bahkan berpikir di sana masih ada banyak warga Kamboja yang belum masuk perhitungan kami,” ujar Dickson.
Setiap tahun ribuan warga Kamboja sering mencari peluang kerja di Thailand. Sialnya, tidak semua warga Kamboja memiliki dokumen lengkap saat terbang menuju Thailand sehingga mereka rawan dijadikan budak karena terperangkap janji palsu bayaran selangit. ”Ketika mereka pergi ke Thailand tanpa dokumen lengkap, mereka sering dipaksa bekerja sebagai buruh. Salah satunya menjadi buruh di atas kapal,” tutur Dickson.
Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Arrmanatha Nasir mengatakan, kasus terdamparnya nelayan asing di Benjina sudah ditangani Kedutaan Besar (Kedubes) masing- masing negara bersangkutan. ”Saat ini mereka tentunya terus mem-follow up isu itu,” kata Arrmanatha kepada KORAN SINDO.
Muh shamil
Mereka dilaporkan berasal dari Burma, Laos, dan Kamboja. Hingga kemarin mereka masih berada di fasilitas penampungan yang disediakan Pemerintah Tual. Mereka terdampar di Maluku setelah dibuang kapten kapal yang kebanyakan berasal dari Thailand karena menolak bekerja. Mereka mengaku sering diperlakukan tidak wajar di atas kapal.
Selain itu, kapal yang mereka tumpangi sebelumnya juga diduga kuat akan melakukan penangkapan ikan ilegal di perairan Indonesia. Peningkatan hukum maritim Indonesia yang mengancam akan menenggelamkan kapal asing pelaku penangkapan ikan ilegal dan menangkap awak kapal membuat mereka berpikir tujuh kali.
Di Benjina, beberapa dari mereka mengaku diperlakukan layaknya budak oleh pemilik kapal. Mereka dikurung dan dikunci di dalam sebuah ”kandang”. ”Kandang” tersebut dilaporkan milik Pusaka Benjina Resources, satusatunya perusahaan penangkapan ikan resmi yang ada di Benjina. Sebagian dari mereka lari ke pedalaman Maluku untuk bersembunyi.
Berdasarkan sumber otoritas Indonesia yang berbicara kepada Organisasi Internasional untuk Urusan Migrasi (IOM), sebanyak 319 nelayan yang dibawa ke Tual merupakan nelayan asing. Sebanyak 58 di antaranya warga Kamboja. ”Warga Kamboja dilaporkan hanya ada 58,” kata juru bicara (jubir) IOM Joe Lowry, dikutip The Cambodia Daily .
Lowry menambahkan, IOM sedang berusaha mengirimkan petugas ke Maluku secepat mungkin. ”Kami mengalami kesulitan transportasi. Penggunaan pesawat juga gagal. Tapi, kami kemungkinan sudah memiliki perwakilan di sana besok (hari ini). Lalu, nanti kami bisa memberikan informasi yang lebih akurat,” katanya.
Hampir 1.000 nelayan asing dilaporkan terdampar di Benjina. Pelabuhan Benjina memang terkenal sebagai salah satu terminal peristirahatan Indonesia-Thailand dan negara-negara Asia lain. Beberapa kapal Thailand bahkan membawa hasil penangkapan mereka setelah beristirahat di Benjina.
Manajer proyek IOM Brett Dickson juga mengatakan akan berkunjung ke Tual untuk membantu proses repatriasi. ”Saya bahkan berpikir di sana masih ada banyak warga Kamboja yang belum masuk perhitungan kami,” ujar Dickson.
Setiap tahun ribuan warga Kamboja sering mencari peluang kerja di Thailand. Sialnya, tidak semua warga Kamboja memiliki dokumen lengkap saat terbang menuju Thailand sehingga mereka rawan dijadikan budak karena terperangkap janji palsu bayaran selangit. ”Ketika mereka pergi ke Thailand tanpa dokumen lengkap, mereka sering dipaksa bekerja sebagai buruh. Salah satunya menjadi buruh di atas kapal,” tutur Dickson.
Jubir Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Arrmanatha Nasir mengatakan, kasus terdamparnya nelayan asing di Benjina sudah ditangani Kedutaan Besar (Kedubes) masing- masing negara bersangkutan. ”Saat ini mereka tentunya terus mem-follow up isu itu,” kata Arrmanatha kepada KORAN SINDO.
Muh shamil
(bhr)