Tak Sehari pun Terlewat Tanpa Menulis
A
A
A
Ketertarikan untuk menjadi seorang penulis sudah dirasakan Ade, panggilan akrab Rindu Ade, sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP). Kegiatan tulis-menulis itu dilakukannya dengan mengisi tulisan di majalah dinding sekolah.
”Sampai akhirnya SMA, saya pegang tabloid sekolah yang diedarkan ke orangtua. Jadi, menulis dari dulu sudah menjadi hobi,” ujarnya. Ade mengaku, ketika patah hati, rasanya energi untuk menulis sangat besar. Sehingga, Ade punya prinsip ”ubahlah patah hati menjadi royalti”. Sebab, semakin patah hati, maka semakin banyak buku yang dihasilkan.
Memang bentuk tulisan yang ia hasilkan tidak langsung menjadi buku. Kali pertama Ade mencoba menulis di blog. Ade bercerita, banyak pembaca yang rutin melihat tulisan-tulisan di blog-nya, hingga terkumpullah menjadi sebuah komunitas yaitu Perempuan Pencari Tuhan. ”Mereka ada sekitar 25 orang. Mereka pernah mencoba bunuh diri karena patah hati. Kadang ada yang telepon jam 12 malam bilang ingin bunuh diri. Saya suruh tunda terus, misalnya dengan salat,” ceritanya.
Biasanya komunitas yang dibentuk Ade ini melakukan pertemuan seminggu sekali. Tiap kali pertemuan, Ade menyuruh anggota komunitas untuk menulis. Hal itu dilakukan sebagai terapi agar trauma yang dialami dapat hilang, dan kini Ade menggeluti hypnowriting yaitu menulis sekaligus meng-hypno diri untuk keluar dari berbagai masalah. Komunitas yang berdiri sejak 2012 itu sudah menghasilkan beberapa buku.
Ade mengungkapkan, pekerjaan yang ia jalani sejatinya tidak berjalan mulus. Awalnya sang ayah sempat menentang. ”Ayah saya bilang, buat apa jadi penulis. Karena menulis baginya hanya sebuah hobi. Kemudian, saya meyakinkan ayah bahwa inilah pekerjaan yang saya suka,” tuturnya. Bagi Ade, menulis sudah menjadi kebutuhan. Ada rasa yang tertinggal ketika satu hari saja tidak menulis.
Menurutnya, minimal ada satu buku yang kita hasilkan dalam hidup. Sehingga, ada cerita dan kenangan ketika dirinya sudah tidak ada lagi di dunia. ”Saya ingin memanfaatkan bakat dan berbuat baik melalui menulis,” tuturnya. Kini Ade juga sibuk menjadi trainer seminar tentang penulisan. Dari situ Ade mendapat penghasilan lebih selain menulis dengan mengeluarkan karya berupa buku.
Selain itu, setahun terakhir ini, ia menjadi motivator untuk Youth Muslimah. ”Saya berpikir, mereka perempuan-perempuan yang berkerudung itu harus memanfaatkan talent. Dari kegiatan seperti itu, membuat mereka sadar hidup ini bermanfaat. Kita harus punya prestasi di setiap fase hidup kita, baik itu ketika muda, dewasa, ataupun tua,” ungkapnya.
Ade mengatakan, inspirasi hidup ia peroleh ketika bertemu dengan orangorang di lokasi bencana alam dan anakanak kurang mampu yang selama ini dia temui di jalanan. ”Saya belajar dari banyak orang di Bantar Gebang yang saya bantu. Dari banyak orang yang terkena musibah. Selama ini saya sadar kalau hidup saya terlalu biasa dan mainstream,” katanya. Dengan melihat orang yang lebih susah, Ade menjadi banyak bersyukur.
Terutama ketika melihat orang yang mendapat musibah bencana seperti kebakaran atautanahlongsor.”Bayangkansaja, yang awalnya kita punya segalanya, kemudian seketika diambil. Mulai dari rumah sampai anggota keluarga,” ungkapnya. Bagi Ade, kini hidup bukan soal manusia menilai manusia, tetapi Tuhan menilai manusia. Sehingga, kalau mau bahagia, harus menggunakan standar atau aturan yang ditentukan dan diberikan oleh Tuhan.
Ade menuturkan, setiap kali ia drop secara emosional, maka hal yang dilakukannya adalah berkunjung ke tempat seperti RS Dharmais dan Bantar Gebang. ”Dengan cara seperti itu, saya merasa hidup saya harus banyak bersyukur. Jangan sampai hanya karena hal sepele saya menyerah. Padahal, di luar sana masih banyak orang yang mendapat ujian hidup lebih berat dari saya,” pungkasnya.
Dina Angelina
”Sampai akhirnya SMA, saya pegang tabloid sekolah yang diedarkan ke orangtua. Jadi, menulis dari dulu sudah menjadi hobi,” ujarnya. Ade mengaku, ketika patah hati, rasanya energi untuk menulis sangat besar. Sehingga, Ade punya prinsip ”ubahlah patah hati menjadi royalti”. Sebab, semakin patah hati, maka semakin banyak buku yang dihasilkan.
Memang bentuk tulisan yang ia hasilkan tidak langsung menjadi buku. Kali pertama Ade mencoba menulis di blog. Ade bercerita, banyak pembaca yang rutin melihat tulisan-tulisan di blog-nya, hingga terkumpullah menjadi sebuah komunitas yaitu Perempuan Pencari Tuhan. ”Mereka ada sekitar 25 orang. Mereka pernah mencoba bunuh diri karena patah hati. Kadang ada yang telepon jam 12 malam bilang ingin bunuh diri. Saya suruh tunda terus, misalnya dengan salat,” ceritanya.
Biasanya komunitas yang dibentuk Ade ini melakukan pertemuan seminggu sekali. Tiap kali pertemuan, Ade menyuruh anggota komunitas untuk menulis. Hal itu dilakukan sebagai terapi agar trauma yang dialami dapat hilang, dan kini Ade menggeluti hypnowriting yaitu menulis sekaligus meng-hypno diri untuk keluar dari berbagai masalah. Komunitas yang berdiri sejak 2012 itu sudah menghasilkan beberapa buku.
Ade mengungkapkan, pekerjaan yang ia jalani sejatinya tidak berjalan mulus. Awalnya sang ayah sempat menentang. ”Ayah saya bilang, buat apa jadi penulis. Karena menulis baginya hanya sebuah hobi. Kemudian, saya meyakinkan ayah bahwa inilah pekerjaan yang saya suka,” tuturnya. Bagi Ade, menulis sudah menjadi kebutuhan. Ada rasa yang tertinggal ketika satu hari saja tidak menulis.
Menurutnya, minimal ada satu buku yang kita hasilkan dalam hidup. Sehingga, ada cerita dan kenangan ketika dirinya sudah tidak ada lagi di dunia. ”Saya ingin memanfaatkan bakat dan berbuat baik melalui menulis,” tuturnya. Kini Ade juga sibuk menjadi trainer seminar tentang penulisan. Dari situ Ade mendapat penghasilan lebih selain menulis dengan mengeluarkan karya berupa buku.
Selain itu, setahun terakhir ini, ia menjadi motivator untuk Youth Muslimah. ”Saya berpikir, mereka perempuan-perempuan yang berkerudung itu harus memanfaatkan talent. Dari kegiatan seperti itu, membuat mereka sadar hidup ini bermanfaat. Kita harus punya prestasi di setiap fase hidup kita, baik itu ketika muda, dewasa, ataupun tua,” ungkapnya.
Ade mengatakan, inspirasi hidup ia peroleh ketika bertemu dengan orangorang di lokasi bencana alam dan anakanak kurang mampu yang selama ini dia temui di jalanan. ”Saya belajar dari banyak orang di Bantar Gebang yang saya bantu. Dari banyak orang yang terkena musibah. Selama ini saya sadar kalau hidup saya terlalu biasa dan mainstream,” katanya. Dengan melihat orang yang lebih susah, Ade menjadi banyak bersyukur.
Terutama ketika melihat orang yang mendapat musibah bencana seperti kebakaran atautanahlongsor.”Bayangkansaja, yang awalnya kita punya segalanya, kemudian seketika diambil. Mulai dari rumah sampai anggota keluarga,” ungkapnya. Bagi Ade, kini hidup bukan soal manusia menilai manusia, tetapi Tuhan menilai manusia. Sehingga, kalau mau bahagia, harus menggunakan standar atau aturan yang ditentukan dan diberikan oleh Tuhan.
Ade menuturkan, setiap kali ia drop secara emosional, maka hal yang dilakukannya adalah berkunjung ke tempat seperti RS Dharmais dan Bantar Gebang. ”Dengan cara seperti itu, saya merasa hidup saya harus banyak bersyukur. Jangan sampai hanya karena hal sepele saya menyerah. Padahal, di luar sana masih banyak orang yang mendapat ujian hidup lebih berat dari saya,” pungkasnya.
Dina Angelina
(bbg)