Internal PDIP Mulai Inginkan Regenerasi
A
A
A
JAKARTA - Hasil sensus yang digelar Centre for Strategic and International Studies (CSIS) dengan mewawancarai 28 ketua DPD dan 467 ketua DPC mayoritas pengurus masih menginginkan Megawati Soekarnoputri pimpin partai lagi.
Namun suara yang menginginkan adanya figur baru menguat. Peneliti CSIS Arya Fernandes mengungkapkan para pengurus DPD dan DPC yang punya hak suara di Kongres PDIP pada 8-12 April nanti menganggap figur Megawati memiliki leadership mumpuni, andal dalam manajemen organisasi dan berintegritas sehingga sangat layak kembali diberikan amanah sebagai ketua umum.
”Megawati Soekarnoputri masih dianggap figur paling pantas menjadi ketua umum pada kongres tahun ini,” kata peneliti CSIS Arya Fernandes saat publikasi hasil sensus bertema ”PDIP: Masalah Pelembagaan dan Kepemimpinan Partai” di Kantor CSIS, Jakarta, kemarin. Dalam sensus itu 320 DPC memilih Megawati, Jokowi 76 DPC, Puan Maharani 25 DPC, dan Ganjar Pranowo mendapat dukungan 14 DPC.
Dari data tersebut, lanjut Arya, bisa dilihat bahwa meskipun mayoritas DPC masih menghendaki dipimpin Megawati, tetapi ada sekitar 30% yang menyebut figur lain, yakni Jokowi, Puan, Ganjar, dan Tjahjo. ”Itu artinya bahwa mulai ada keinginan dari pengurus PDIP perihal regenerasi di jabatan ketua umum,” imbuh dia.
Selain dari sisi figur, lanjut Arya, sensus CSIS juga menanyakan kepada para pengurus DPD dan DPC PDIP apakah ketua umum ke depan harus berasal dari trah Bung Karno atau bisa dari kader di luar trah. Atas pertanyaan itu, mayoritas memang menjawab harus trah Bung Karno. Tapi, kata dia, yang menjawab calon ketua umum PDIP tidak harus trah Bung Karno jumlahnya cukup signifikan.
”Para pemilik suara di PDIP terbagi hampir sama besar. Sebanyak 51,2% masih menginginkan PDIP dipimpin trah Soekarno dan 48,2% menganggap tidak harus trah Soekarno,” ungkapnya. Peneliti senior CSIS Philips J Vermonte menambahkan, hasil sensus tersebut menunjukkan adanya dua sikap yang berbeda dari para pengurus DPD dan DPC PDIP.
Sebab di satu sisi mereka mengakui bahwa sosok Jokowi dianggap bisa membesarkan partai, tetapi di sisi lain masih menjadikan sosok Megawati sebagai figur yang dianggap mumpuni memimpin partai. ”Ketua daerah malu-malu semua. Mereka terlalu santun dengan elite partai di pusat. Maunya ada perubahan, tapi tidak bisa keluar dari struktur yang ada,” katanya.
Di tempat sama, Ketua DPP PDIP Bidang Pemuda dan Olahraga Maruarar Sirait yang hadir sebagai penanggap hasil sensus CSIS tersebut mengungkapkan, belum bergantinya ketua umum PDIP bukan berarti tidak ada regenerasi. Sebab, kata dia, kalau mau diakui secara jujur justru PDIP dengan kepemimpinan Megawati yang paling berhasil dalam hal regenerasi.
Figur seperti Jokowi, Ganjar Pranowo, dan figur potensial lain di PDIP adalah hasil dari tangan dingin Megawati. Untuk posisi ketua umum, Maruarar juga meyakini pada waktunya nanti akan muncul, tetapi belum di periode 2015-2020 ini. ”Regenerasi kepemimpinan harus ada prosesnya. Pada 2020 mendatang saya percaya waktunya regenerasi.
Saya yakin Kongres 2020 mendatang saatnya terjadi regenerasi Mbak Mega dengan kader PDIP lain,” katanya. Soal siapa figur yang nantinya akan bisa memimpin PDIP, Maruarar mengungkapkan semuanya tergantung pada proses politik dan seleksi ideologi. Sebab, kata dia, sebagai partai ideologis PDIP dalam menentukan pemimpinnya juga melalui mekanisme ideologis yang prosesnya tidak instan. ”Bu Mega menjadi orang paling dipercaya dan berpengaruh di PDIP setelah melalui beberapa proses yang tidak mudah,” ujarnya.
Rahmat sahid/ mula akmal
Namun suara yang menginginkan adanya figur baru menguat. Peneliti CSIS Arya Fernandes mengungkapkan para pengurus DPD dan DPC yang punya hak suara di Kongres PDIP pada 8-12 April nanti menganggap figur Megawati memiliki leadership mumpuni, andal dalam manajemen organisasi dan berintegritas sehingga sangat layak kembali diberikan amanah sebagai ketua umum.
”Megawati Soekarnoputri masih dianggap figur paling pantas menjadi ketua umum pada kongres tahun ini,” kata peneliti CSIS Arya Fernandes saat publikasi hasil sensus bertema ”PDIP: Masalah Pelembagaan dan Kepemimpinan Partai” di Kantor CSIS, Jakarta, kemarin. Dalam sensus itu 320 DPC memilih Megawati, Jokowi 76 DPC, Puan Maharani 25 DPC, dan Ganjar Pranowo mendapat dukungan 14 DPC.
Dari data tersebut, lanjut Arya, bisa dilihat bahwa meskipun mayoritas DPC masih menghendaki dipimpin Megawati, tetapi ada sekitar 30% yang menyebut figur lain, yakni Jokowi, Puan, Ganjar, dan Tjahjo. ”Itu artinya bahwa mulai ada keinginan dari pengurus PDIP perihal regenerasi di jabatan ketua umum,” imbuh dia.
Selain dari sisi figur, lanjut Arya, sensus CSIS juga menanyakan kepada para pengurus DPD dan DPC PDIP apakah ketua umum ke depan harus berasal dari trah Bung Karno atau bisa dari kader di luar trah. Atas pertanyaan itu, mayoritas memang menjawab harus trah Bung Karno. Tapi, kata dia, yang menjawab calon ketua umum PDIP tidak harus trah Bung Karno jumlahnya cukup signifikan.
”Para pemilik suara di PDIP terbagi hampir sama besar. Sebanyak 51,2% masih menginginkan PDIP dipimpin trah Soekarno dan 48,2% menganggap tidak harus trah Soekarno,” ungkapnya. Peneliti senior CSIS Philips J Vermonte menambahkan, hasil sensus tersebut menunjukkan adanya dua sikap yang berbeda dari para pengurus DPD dan DPC PDIP.
Sebab di satu sisi mereka mengakui bahwa sosok Jokowi dianggap bisa membesarkan partai, tetapi di sisi lain masih menjadikan sosok Megawati sebagai figur yang dianggap mumpuni memimpin partai. ”Ketua daerah malu-malu semua. Mereka terlalu santun dengan elite partai di pusat. Maunya ada perubahan, tapi tidak bisa keluar dari struktur yang ada,” katanya.
Di tempat sama, Ketua DPP PDIP Bidang Pemuda dan Olahraga Maruarar Sirait yang hadir sebagai penanggap hasil sensus CSIS tersebut mengungkapkan, belum bergantinya ketua umum PDIP bukan berarti tidak ada regenerasi. Sebab, kata dia, kalau mau diakui secara jujur justru PDIP dengan kepemimpinan Megawati yang paling berhasil dalam hal regenerasi.
Figur seperti Jokowi, Ganjar Pranowo, dan figur potensial lain di PDIP adalah hasil dari tangan dingin Megawati. Untuk posisi ketua umum, Maruarar juga meyakini pada waktunya nanti akan muncul, tetapi belum di periode 2015-2020 ini. ”Regenerasi kepemimpinan harus ada prosesnya. Pada 2020 mendatang saya percaya waktunya regenerasi.
Saya yakin Kongres 2020 mendatang saatnya terjadi regenerasi Mbak Mega dengan kader PDIP lain,” katanya. Soal siapa figur yang nantinya akan bisa memimpin PDIP, Maruarar mengungkapkan semuanya tergantung pada proses politik dan seleksi ideologi. Sebab, kata dia, sebagai partai ideologis PDIP dalam menentukan pemimpinnya juga melalui mekanisme ideologis yang prosesnya tidak instan. ”Bu Mega menjadi orang paling dipercaya dan berpengaruh di PDIP setelah melalui beberapa proses yang tidak mudah,” ujarnya.
Rahmat sahid/ mula akmal
(bbg)