Menang Tipis, Timnas Mengecewakan
A
A
A
SIDOARJO - Alih-alih ingin memberikan hiburan setelah kalah dari Kamerun, Timnas Indonesia justru tampil mengecewakan saat kontra Myanmar, petang kemarin. Kemenangan tipis 2-1 Indonesia dibantu dua gol berbau keberuntungan.
Gol Raphael Maitimo pada menit ke-59 sesungguhnya di luar kesengajaan. Bola silang dari Hasim Kipuw membentur Zulham Zamrun dan Raphael Maitimo sebelum membentur kaki kiper Myanmar Vanlal Hrual yang membuat bola berbelok ke dalam gawang. Begitu pun gol yang dilesakkan Cristian Gonzales pada menit ke-74. Gonzales kebetulan ”menemukan” bola liar yang lepas dari penguasaan pemain belakang Myanmar.
Melihat statistik, Indonesia sangat buruk dalam pemanfaatan peluang. Setidaknya ada 16 kesempatan mencetak gol sepanjang laga dan hanya dua bisa dikonversi menjadi gol. Buruknya penyelesaian akhir lini depan masih ditambah longgarnya pertahanan membuat gawang Indonesia justru kebobolan oleh gol David Htan pada menit ke-86. Apa yang terlihat di lapangan kemarin jauh dari harapan.
Indonesia sebenarnya menurunkan para penyerang terbaik. Ada Ferdinand Sinaga sebagai pemain terbaik Indonesia Super League (ISL) 2014, Cristian Gonzales yang tak henti menciptakan gol sepanjang pramusim 2015, serta penyerang langganan top scorer Boaz Solossa. Entah apa yang terjadi, naluri mereka seolah menguap dalam laga melawan Myanmar itu.
Ferdinand Sinaga selalu salah dalam mengambil keputusan. Jangankan mengarahkan bola ke gawang, bahkan menyodorkan umpan pun sering salah. Gonzales melewatkan dua bola yang mampir ke kepalanya dan itu sangat tidak biasa. Bayu Gatra yang menjadi penampil terbaik pada paruh pertama tak bisa diteruskan Tantan pada fase kedua. Aliran bola yang sebelumnya didominasi kaki Bayu Gatra beralih ke Zulham Zamrun di sirip kiri.
Sayang, perubahan itu tak banyak membawa perubahan. Penurunan kualitas terlihat jelas di lini pertahanan. Duet Victor Igbonefo dan Bio Paulin hanya sekadar sangar dan kekar, tapi tidak cekatan dalam antisipasi. Bio masih terlihat canggung, sedangkan Victor dua kali kecolongan dan salah satunya menjadi gol Myanmar. ”Satu hal yang pasti, kami sangat lemah dalam penyelesaian akhir.
Tim sudah bermain ofensif, membuka banyak peluang, tapi hanya dua gol yang tercipta. Sangat jelas pemain kurang tenang dalam melakukan finishing,” ujar Asisten Pelatih Timnas Indonesia Widodo C Putro. Sementara pelatih Myanmar Radojko Avramovic mengakui timnya kesulitan menghadapi gempuran para pemain Indonesia. Ketika Indonesia dalam situasi buntu, menurutnya, Myanmar idealnya bisa mengejutkan. Namun yang terjadi justrukecolonganduagolmelaluikesalahan lini belakang. ”Gol Indonesia adalah kesalahan pemain kami sendiri,” kata Radojko.
Kukuh setyawan
Gol Raphael Maitimo pada menit ke-59 sesungguhnya di luar kesengajaan. Bola silang dari Hasim Kipuw membentur Zulham Zamrun dan Raphael Maitimo sebelum membentur kaki kiper Myanmar Vanlal Hrual yang membuat bola berbelok ke dalam gawang. Begitu pun gol yang dilesakkan Cristian Gonzales pada menit ke-74. Gonzales kebetulan ”menemukan” bola liar yang lepas dari penguasaan pemain belakang Myanmar.
Melihat statistik, Indonesia sangat buruk dalam pemanfaatan peluang. Setidaknya ada 16 kesempatan mencetak gol sepanjang laga dan hanya dua bisa dikonversi menjadi gol. Buruknya penyelesaian akhir lini depan masih ditambah longgarnya pertahanan membuat gawang Indonesia justru kebobolan oleh gol David Htan pada menit ke-86. Apa yang terlihat di lapangan kemarin jauh dari harapan.
Indonesia sebenarnya menurunkan para penyerang terbaik. Ada Ferdinand Sinaga sebagai pemain terbaik Indonesia Super League (ISL) 2014, Cristian Gonzales yang tak henti menciptakan gol sepanjang pramusim 2015, serta penyerang langganan top scorer Boaz Solossa. Entah apa yang terjadi, naluri mereka seolah menguap dalam laga melawan Myanmar itu.
Ferdinand Sinaga selalu salah dalam mengambil keputusan. Jangankan mengarahkan bola ke gawang, bahkan menyodorkan umpan pun sering salah. Gonzales melewatkan dua bola yang mampir ke kepalanya dan itu sangat tidak biasa. Bayu Gatra yang menjadi penampil terbaik pada paruh pertama tak bisa diteruskan Tantan pada fase kedua. Aliran bola yang sebelumnya didominasi kaki Bayu Gatra beralih ke Zulham Zamrun di sirip kiri.
Sayang, perubahan itu tak banyak membawa perubahan. Penurunan kualitas terlihat jelas di lini pertahanan. Duet Victor Igbonefo dan Bio Paulin hanya sekadar sangar dan kekar, tapi tidak cekatan dalam antisipasi. Bio masih terlihat canggung, sedangkan Victor dua kali kecolongan dan salah satunya menjadi gol Myanmar. ”Satu hal yang pasti, kami sangat lemah dalam penyelesaian akhir.
Tim sudah bermain ofensif, membuka banyak peluang, tapi hanya dua gol yang tercipta. Sangat jelas pemain kurang tenang dalam melakukan finishing,” ujar Asisten Pelatih Timnas Indonesia Widodo C Putro. Sementara pelatih Myanmar Radojko Avramovic mengakui timnya kesulitan menghadapi gempuran para pemain Indonesia. Ketika Indonesia dalam situasi buntu, menurutnya, Myanmar idealnya bisa mengejutkan. Namun yang terjadi justrukecolonganduagolmelaluikesalahan lini belakang. ”Gol Indonesia adalah kesalahan pemain kami sendiri,” kata Radojko.
Kukuh setyawan
(bbg)