Lee Kuan Yew Inspirasi Singapura
A
A
A
SINGAPURA - Kepergian Perdana Menteri Singapura pertama Lee Kuan Yew membuat masyarakat Singapura kehilangan. Tangis membanjiri seluruh negeri mengenang sosok visioner yang menginspirasi seluruh rakyat Singapura ini.
Salah satu yang merasa sangat kehilangan adalah Palang Merah Singapura (SRC). Dalam suratnya kepada Perdana Menteri Lee Hsien Loong, Ketua SRC Tee Tua Ba dan Sekretaris Jenderal Benjamin William menyatakan belasungkawanya atas kematian Lee. Kepergian Lee membuat SRC kehilangan pemimpin besar yang selama ini mereka jadikan panutan. Lee mengajarkan SRC bagaimana membantu orang dengan tulus.
Kegigihan Lee membangun Singapura menjadi negara berkembang diakui SRC sangat menginspirasi mereka untuk melakukan hal yang sama. SRC juga belajar tentang gairah dan kegigihan dari sosok Lee yang mereka nilai tidak pernah lelah menghadapi tantangan dan kesulitan dalam mengembangkan Singapura dari negara yang tidak diperhitungkan menjadi salah satu negara adidaya di dunia.
”Lee adalah seorang visioner yang penuh gairah, gigih, dan semangat dalam menghadapi kesulitan dan tantangan serius. Itu telah menginspirasi semua warga Singapura, khususnya bagi kami SRC yang terus mencoba untuk melayani dengan baik kendati dalam keadaan sulit sekalipun,” bunyi surat SRC, dilansir Channel News Asia.
Tee dan William juga mengatakan bahwa prestasi Lee akan diingat banyak generasi. Usaha keras Lee membangun Singapura akan terus dirasakan dalam kehidupan warga Singapura selama bertahun-tahun mendatang. Lee mewariskan pengetahuan tentang pentingnya integritas, kepemimpinan yang visioner dan unggul.
Dia juga menunjukkan betapa pentingnya memiliki mimpi dan tujuan kemudian bekerja dengan tekun untuk mencapai itu. Dia berhasil membangun bangsa sukses yang dihormati dan dikagumi masyarakat internasional meski luas negara ini sangat kecil dengan sumber daya alam begitu sedikit.
SRC mengatakan, pihaknya selalu mencoba meniru perilaku Lee dan mewujudkan Palang Merah Singapura yang kuat dan diakui di dunia internasional. ”Dia telah menjadi figur ayah dalam kehidupan bangsa ini. Kematiannya merupakan kehilangan besar bagi negara, keluarga, dan teman-teman,” lanjut isi surat SRC.
Suara kehilangan juga diungkapkan mantan CEO Dewan Perumahan dan Pembangunan (HDB) Liu Thai Ker. Dia merasakan kehilangan Lee yang begitu bersahabat dengan para bawahannya. Liu bercerita dirinya dan Lee kerap melakukan inspeksi situs bersama-sama sekitar tiga hingga empat kali dalam setahun. Kebersamaan ini membuat hubungan keduanya sudah seperti kakek dan cucu.
Liu juga bercerita tentang hangatnya sosok Lee yang kerap mengundangnya makan bersama di istana, mengobrol dan mempertimbangkan usulannya. ”Kami saling berbagi pendapat dan saling menerima penjelasan. Saya pikir dia orang yang sangat rasional,” kata Liu. Sebagai teman kerja, Liu tahu banyak sepak terjang Lee baik di dalam maupun luar negeri.
Menurut Liu, sosok Lee sangat dihormati para pemimpin dunia, salah satunya mantan Perdana Menteri Inggris Harold Wilson. Liu pernah mendengar Wilson memuji Lee dengan menyebutnya sebagai pemimpin penuh bakat. Kemampuan Lee membaca situasi dunia membawa Singapura mendapatkan kemajuan cepat.
Liu sangat mengagumi pemikiran Lee yang fokus pada masa depan, bukan hanya masa kini. Itu, menurut Liu, tercermin dari kekhawatiran Lee terhadap konsumsi energi Singapura pada era 70-an. Pada saat para pemimpin dunia berkonsentrasi pada eksploitasi sumber daya alam, Lee berpikir sebaliknya, ia sudah memperkenalkan konsep pemanasan global.
Lee adalah tipikal pemimpin jeli yang tidak melewatkan pemeriksaan sekecil apa pun, selalu menekan bawahannya untuk terus maju, namun juga mendorong untuk memperbaiki diri. ”Dia sudah memiliki jalan keluar sendiri sebelum masyarakat tahu masalahnya. Dia memecahkan masalah dan menanganinya sebelum orangorang tahu. Dia sangat berhatihati dan selalu mengambil keputusan bijaksana,” ungkap Liu.
Suasana sedih tidak hanya dirasakan Singapura, namun juga negara-negara lain yang memiliki kenangan dengan Lee. Salah satu dari negara yang merasa kehilangan Lee adalah Amerika Serikat (AS). Kemarin mantan Menteri Luar Negeri AS George Shultz menyatakan belasungkawanya atas kematian Lee dan mengatakan bahwa Lee salah satu pemimpin paling bijaksana dan cerdas yang pernah ia kenal.
Shultz mengingat beberapa kunjungannya ke Singapura dan melakukan dialog bersama Lee. Kualitas hidup yang baik di Singapura, menurut Shlutz, adalah buah kecerdasan Lee.
Rini agustina
Salah satu yang merasa sangat kehilangan adalah Palang Merah Singapura (SRC). Dalam suratnya kepada Perdana Menteri Lee Hsien Loong, Ketua SRC Tee Tua Ba dan Sekretaris Jenderal Benjamin William menyatakan belasungkawanya atas kematian Lee. Kepergian Lee membuat SRC kehilangan pemimpin besar yang selama ini mereka jadikan panutan. Lee mengajarkan SRC bagaimana membantu orang dengan tulus.
Kegigihan Lee membangun Singapura menjadi negara berkembang diakui SRC sangat menginspirasi mereka untuk melakukan hal yang sama. SRC juga belajar tentang gairah dan kegigihan dari sosok Lee yang mereka nilai tidak pernah lelah menghadapi tantangan dan kesulitan dalam mengembangkan Singapura dari negara yang tidak diperhitungkan menjadi salah satu negara adidaya di dunia.
”Lee adalah seorang visioner yang penuh gairah, gigih, dan semangat dalam menghadapi kesulitan dan tantangan serius. Itu telah menginspirasi semua warga Singapura, khususnya bagi kami SRC yang terus mencoba untuk melayani dengan baik kendati dalam keadaan sulit sekalipun,” bunyi surat SRC, dilansir Channel News Asia.
Tee dan William juga mengatakan bahwa prestasi Lee akan diingat banyak generasi. Usaha keras Lee membangun Singapura akan terus dirasakan dalam kehidupan warga Singapura selama bertahun-tahun mendatang. Lee mewariskan pengetahuan tentang pentingnya integritas, kepemimpinan yang visioner dan unggul.
Dia juga menunjukkan betapa pentingnya memiliki mimpi dan tujuan kemudian bekerja dengan tekun untuk mencapai itu. Dia berhasil membangun bangsa sukses yang dihormati dan dikagumi masyarakat internasional meski luas negara ini sangat kecil dengan sumber daya alam begitu sedikit.
SRC mengatakan, pihaknya selalu mencoba meniru perilaku Lee dan mewujudkan Palang Merah Singapura yang kuat dan diakui di dunia internasional. ”Dia telah menjadi figur ayah dalam kehidupan bangsa ini. Kematiannya merupakan kehilangan besar bagi negara, keluarga, dan teman-teman,” lanjut isi surat SRC.
Suara kehilangan juga diungkapkan mantan CEO Dewan Perumahan dan Pembangunan (HDB) Liu Thai Ker. Dia merasakan kehilangan Lee yang begitu bersahabat dengan para bawahannya. Liu bercerita dirinya dan Lee kerap melakukan inspeksi situs bersama-sama sekitar tiga hingga empat kali dalam setahun. Kebersamaan ini membuat hubungan keduanya sudah seperti kakek dan cucu.
Liu juga bercerita tentang hangatnya sosok Lee yang kerap mengundangnya makan bersama di istana, mengobrol dan mempertimbangkan usulannya. ”Kami saling berbagi pendapat dan saling menerima penjelasan. Saya pikir dia orang yang sangat rasional,” kata Liu. Sebagai teman kerja, Liu tahu banyak sepak terjang Lee baik di dalam maupun luar negeri.
Menurut Liu, sosok Lee sangat dihormati para pemimpin dunia, salah satunya mantan Perdana Menteri Inggris Harold Wilson. Liu pernah mendengar Wilson memuji Lee dengan menyebutnya sebagai pemimpin penuh bakat. Kemampuan Lee membaca situasi dunia membawa Singapura mendapatkan kemajuan cepat.
Liu sangat mengagumi pemikiran Lee yang fokus pada masa depan, bukan hanya masa kini. Itu, menurut Liu, tercermin dari kekhawatiran Lee terhadap konsumsi energi Singapura pada era 70-an. Pada saat para pemimpin dunia berkonsentrasi pada eksploitasi sumber daya alam, Lee berpikir sebaliknya, ia sudah memperkenalkan konsep pemanasan global.
Lee adalah tipikal pemimpin jeli yang tidak melewatkan pemeriksaan sekecil apa pun, selalu menekan bawahannya untuk terus maju, namun juga mendorong untuk memperbaiki diri. ”Dia sudah memiliki jalan keluar sendiri sebelum masyarakat tahu masalahnya. Dia memecahkan masalah dan menanganinya sebelum orangorang tahu. Dia sangat berhatihati dan selalu mengambil keputusan bijaksana,” ungkap Liu.
Suasana sedih tidak hanya dirasakan Singapura, namun juga negara-negara lain yang memiliki kenangan dengan Lee. Salah satu dari negara yang merasa kehilangan Lee adalah Amerika Serikat (AS). Kemarin mantan Menteri Luar Negeri AS George Shultz menyatakan belasungkawanya atas kematian Lee dan mengatakan bahwa Lee salah satu pemimpin paling bijaksana dan cerdas yang pernah ia kenal.
Shultz mengingat beberapa kunjungannya ke Singapura dan melakukan dialog bersama Lee. Kualitas hidup yang baik di Singapura, menurut Shlutz, adalah buah kecerdasan Lee.
Rini agustina
(ftr)