Lima Skenario Peluang SBY di Kongres Demokrat
A
A
A
JAKARTA - Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diprediksi masih akan memimpin Partai Demokrat untuk Priode 2015-2020. Pasalnya, keinginan kader di daerah agar Demokrat kembali dipimpin oleh SBY masih cukup kuat.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Muradi, ada lima skenario terkait dengan posisi dan peluang SBY dalam Kongres Demokrat bulan depan.
"Pertama, SBY akan tetap memimpin dengan formasi kepengurusan pada kepemimpinannya diisi oleh generasi awal Partai Demokrat," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Rabu (25/3/2015).
Dia menilai, langkah ini adalah bagian dari upaya mengembalikan marwah partai agar dapat menjadi alternatif pertemuan antara ideologi nasionalisme dengan semangat religi yang menjadi jargon Partai Demokrat sebagai partai nasionalis-religius.
"Pada situasi ini, akan ada pembersihan anasir-anasir politik yang dianggap keluar dari semangat Partai Demokrat tersebut. Diantaranya adalah jejaring Anas Urbaningrum dan alumni HMI yang menjadi basis politik Anas," jelasnya.
Kedua, lanjut Muradi, SBY terpilih kembali dengan semangat pembaruan partai. Dimana kader-kader muda Demokrat dari berbagai unsur, termasuk jejaring Anas dan mantan HMI masuk dalam kepengurusan dan mendapatkan posisi strategis.
"Langkah ini sebagai bagian dari rekonsiliasi internal Partai Demokrat, untuk menjaga agar tetap eksis dan berpengaruh dalam perpolitikan nasional," ucapnya.
Skenario ketiga, SBY gagal memenangi pemilihan ketua umum dalam Kongres Partai Demokrat dan tersingkir sama sekali dari partai yang didirikannya. Manuver kader-kader muda Partai Demokrat, khususnya jejaring Anas mampu membalikkan keadaan dan mendorong sejumlah nama dan kader Partai Demokrat yang beririsan dengan kepentingan masing-masing faksi.
"Sejumlah nama yang kemudian muncul adalah Isran Noor, Dede Yusuf, serta mantan Ketua DPR Marzuki Alie memiliki potensi untuk dimajukan untuk menghentikan politik dinasti SBY," tandasnya.
Selanjutnya yang keempat, skenario keempat ini memosisikan SBY menolak untuk kembali dicalonkan dan cenderung memilih kader lain untuk dimajukan sebagai ketua umum. Sejumlah nama yang akan dimajukan diantaranya adalah iparnya Pramono Edhie Wibowo, putranya Edhie Baskoro Yudhoyono, dan kemungkinan isterinya, Ani Yudhoyono.
"Langkah ini diambil SBY agar basis politiknya tetap ada dan tidak tercerabut sama sekali," kata pria yang juga dosen Universitas Pertahanan ini.
Terakhir atau kelima, SBY secara politik tidak lagi ingin berpolitik secara aktif. Sehingga menyerahkan sepenuhnya pada mekanisme partai siapa yang akan dipilih dalam kongres.
"Pada skenario ini bahkan SBY melarang anak dan isterinya serta keluarga besarnya untuk mencalonkan diri atas nama dan klaim keluarga SBY," ujar dia.
Dari lima skenario ini, Muradi berpandangan, secara politik SBY masih menimbang-nimbang berbagai kemungkinan sebelum penyelenggaraan Kongres Demokrat. Termasuk pilihan membangun dinasti politik atau benar-benar mandeg pandito dan memilih menjadi bapak bangsa.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung Muradi, ada lima skenario terkait dengan posisi dan peluang SBY dalam Kongres Demokrat bulan depan.
"Pertama, SBY akan tetap memimpin dengan formasi kepengurusan pada kepemimpinannya diisi oleh generasi awal Partai Demokrat," ujarnya ketika dihubungi Sindonews, Rabu (25/3/2015).
Dia menilai, langkah ini adalah bagian dari upaya mengembalikan marwah partai agar dapat menjadi alternatif pertemuan antara ideologi nasionalisme dengan semangat religi yang menjadi jargon Partai Demokrat sebagai partai nasionalis-religius.
"Pada situasi ini, akan ada pembersihan anasir-anasir politik yang dianggap keluar dari semangat Partai Demokrat tersebut. Diantaranya adalah jejaring Anas Urbaningrum dan alumni HMI yang menjadi basis politik Anas," jelasnya.
Kedua, lanjut Muradi, SBY terpilih kembali dengan semangat pembaruan partai. Dimana kader-kader muda Demokrat dari berbagai unsur, termasuk jejaring Anas dan mantan HMI masuk dalam kepengurusan dan mendapatkan posisi strategis.
"Langkah ini sebagai bagian dari rekonsiliasi internal Partai Demokrat, untuk menjaga agar tetap eksis dan berpengaruh dalam perpolitikan nasional," ucapnya.
Skenario ketiga, SBY gagal memenangi pemilihan ketua umum dalam Kongres Partai Demokrat dan tersingkir sama sekali dari partai yang didirikannya. Manuver kader-kader muda Partai Demokrat, khususnya jejaring Anas mampu membalikkan keadaan dan mendorong sejumlah nama dan kader Partai Demokrat yang beririsan dengan kepentingan masing-masing faksi.
"Sejumlah nama yang kemudian muncul adalah Isran Noor, Dede Yusuf, serta mantan Ketua DPR Marzuki Alie memiliki potensi untuk dimajukan untuk menghentikan politik dinasti SBY," tandasnya.
Selanjutnya yang keempat, skenario keempat ini memosisikan SBY menolak untuk kembali dicalonkan dan cenderung memilih kader lain untuk dimajukan sebagai ketua umum. Sejumlah nama yang akan dimajukan diantaranya adalah iparnya Pramono Edhie Wibowo, putranya Edhie Baskoro Yudhoyono, dan kemungkinan isterinya, Ani Yudhoyono.
"Langkah ini diambil SBY agar basis politiknya tetap ada dan tidak tercerabut sama sekali," kata pria yang juga dosen Universitas Pertahanan ini.
Terakhir atau kelima, SBY secara politik tidak lagi ingin berpolitik secara aktif. Sehingga menyerahkan sepenuhnya pada mekanisme partai siapa yang akan dipilih dalam kongres.
"Pada skenario ini bahkan SBY melarang anak dan isterinya serta keluarga besarnya untuk mencalonkan diri atas nama dan klaim keluarga SBY," ujar dia.
Dari lima skenario ini, Muradi berpandangan, secara politik SBY masih menimbang-nimbang berbagai kemungkinan sebelum penyelenggaraan Kongres Demokrat. Termasuk pilihan membangun dinasti politik atau benar-benar mandeg pandito dan memilih menjadi bapak bangsa.
(kri)