Lee Kuan Yew adalah Singapura

Selasa, 24 Maret 2015 - 10:09 WIB
Lee Kuan Yew adalah Singapura
Lee Kuan Yew adalah Singapura
A A A
Meninggalnya perdana menteri (PM) pertama Singapura Lee Kuan Yew kemarin pagi membuat warga Singapura berselimut duka. Mereka merasakan kesedihan mendalam atas berpulangnya sang pendiri Negeri Singa tersebut.

Pemerintahan Singapura mengumumkan hari berkabung nasional selama tujuh hari dan pengibaran bendera setengah tiang di semua kantor pemerintahan.

Negara berduka. Semua media menayangkan penghormatan terakhir untuk sang legendaris. Iklan baliho digital dikosongkan dan seluruh stasiun televisi menyiarkan berbagai berita tentang kematian Lee Kuan Yew. PM Singapura Lee Hsien Loong yang merupakan putra Lee Kuan Yew terlihat berlinang air mata dan menunjukkan emosi yang luar biasa saat berpidato di televisi, mengumumkan kematian sang ayah.

Lee Hsien Loong yang berbicara dalam bahasa Melayu, Mandarin, dan Inggris menuturkan, ayahnya telah membangun bangsa ini dan memberikan kebanggaan akan identitas nasional bagi seluruh warga Singapura. ”Dia berjuang untuk kemerdekaan kami, membangun bangsa, membuat kita bangga sebagai warga negara Singapura. Kami tidak akan menemukan lagi orang seperti dia,” ungkap Lee Hsien Loong seperti dikutip BBC. ”Bagi warga Singapura dan warga asing, Lee Kuan Yew adalah Singapura,” tambahnya.

Pantauan langsung KORAN SINDO sejumlah perkantoran di Singapura langsung tutup dan hampir semua warga Singapura merasa kehilangan setelah tersiar kabar kematian Lee. ”Semua orang, baik warga Singapura maupun warga asing, bersedih karena Mr Lee adalah pemimpin yang membuat Singapura berjaya. Untuk itu saya berada di sini untuk memberikan ucapan goodbye kepada beliau,” ungkap Jandhi, seorang warga Singapura.

Pria berdarah India itu menambahkan, dia bersama dengan teman sejawatnya yang bergerak di bidang real estat dan berkantor di sekitar Cavenagh Road, Dhoby Ghot, memilih menutup kantornya sebagai bentuk penghormatan. ”Satu nyawa dari warga Singapura (Lee Kuan Yew) boleh pergi tapi sudah dikenal dunia,” katanya bangga. Jandhi juga tidak khawatir masa depan Singapura setelah kepergian Lee.

Alasannya, aturan dan sistem yang selama ini dibuat Lee sudah berjalan sangat baik. ”Sebelum beliau meninggal, Lee sudah membuat sistem yang baik untuk masa depan warga Singapura dan kita semua akan mengikuti sistem tersebut,” ujarnya. William Tan, seorang atlet paralimpik, duduk dengan penuh keheningan di atas kursi roda sambil menundukkan kepalanya di depan Rumah Sakit Umum Singapura, tempat Lee Kuan Yew mengembuskan napas terakhirnya.

Bapak pendiri Singapura ini merupakan tokoh favoritnya sejak kecil. Tan mengaku masih teringat waktu kecil melihat Lee menangis di televisi sesaat setelah mengumumkan pemisahan negara Singapura dari Malaysia pada 1965. ”Ini adalah hari yang menyedihkan bagi seluruh warga Singapura. Saya hidup di zaman ketika Lee membangun Singapura dan saya menyaksikan langsung perkembangannya,” ungkap pria berusia 58 tahun ini seperti dikutip BBC.

Warisan yang ditinggalkan Lee Kuan Yew salah satunya adalah harmoni sosial. Itulah yang menjadi alasan Sayeed Hussain, warga Singapura lain, mengajak kedua anaknya untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Lee sebelum mereka pergi ke sekolah. ”Dia telah melakukan banyak untuk kami, membantu membangun sebuah keharmonisan antarras dan beragam kebudayaan di Singapura,” ungkap Hussain.

Lee merupakan tokoh panutan dalam kehidupan kebanyakan warga Singapura, seorang pemimpin yang berhasil mengubah Singapura menjadi negara kaya dan stabil. Akun Facebook milik warga Singapura banyak yang memasang foto Lee Kuan Yew. Kalaiselvan, 57, warga lain, mengaku masih teringat ketika Lee berpidato saat kampanye pemilu.

”Ketika gilirannya (Lee) untuk berbicara, itu seperti banteng atau singa yang sedang beraksi di atas panggung pemilu. Suaranya begitu memerintah. Anda merasa seperti berada di dalam genggaman yang aman,” ucap Kalaiselvan.

Sementara itu, sejumlah kendaraan yang membawa para pelayat, baik warga luar maupun warga Singapura sendiri, harus melewati pintu pemeriksaan di Kompleks Istana Sri Temesek, tempat Lee disemayamkan. Bagasi, nama tamu, roda hingga bagian bawah kendaraan tidak luput dari pemeriksaan polisi untuk mengetahui bawaan penumpang yang akan melayat. Beberapa kendaraan tampak memutar arah setelah polisi yang memeriksa tidak memperkenankan penumpang tersebut masuk wilayah istana.

Bukan hanya warga, puluhan wartawan asing tampak berjejer di sepanjang area masuk istana untuk mengambil gambar momentum meninggalnya Lee. Arvin

Laporan Wartawan Koran Sindo
Tommy Purniawan
Singapura
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7159 seconds (0.1#10.140)