Kriminalitas Remaja Kian Memprihatinkan
A
A
A
JAKARTA - Aksi kejahatan yang melibatkan remaja semakin memprihatinkan. Dalam beberapa kejadian, pelaku berusia belia itu dengan sadis melukai atau bahkan menghabisi korbannya.
Maraknya kriminalitas semacam ini tak lepas dari faktor lingkungan dan keluarga. Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Dewi Haroen mengungkapkan, usia remaja merupakan fase anak mencari jati diri. Ketika tidak mendapatkannya di rumah, mereka mencari di luar. Ini berpotensi membawa anak-anak di bawah umur itu ke pergaulan yang salah.
”Aksi begal motor yang dilakukan remaja ini memperlihatkan mereka mencari jati diri. Para pelaku itu ingin membuktikan bahwa mereka bisa melakukan hal-hal seperti itu (aksi begal),” katanya di Jakarta kemarin.
Menurut Dewi, pada tahap parah para remaja itu bisa ketagihan. ”Sekali berhasil mereka mau lagi. Ini harus jadi perhatian, terutama bagi orang tua untuk meningkatkan pengawasan,” tuturnya. Aksi kejahatan yang melibatkan remaja marak di sejumlah wilayah akhir-akhir ini.
Kemarin aparat Polres Bekasi menangkap Aji Sukmo, 17, warga Rawa Bambu, Kalibaru, Medan Satria, dan Tomi Kurniawan, 16, warga Kampung Kebalen, Babelan. Keduanya diringkus karena merampok sopir taksi.
Kasubbag Humas Polresta Bekasi Kota AKP Siswo menuturkan, peristiwa berlangsung sekitar pukul 03.15 WIB. Kedua pelaku berpura-pura menjadi penumpang taksi. ”Pelaku naik dari flyover Kranji, Bekasi Barat, dengan tujuan Medan Satria,” ujarnya.
Adapun sopir taksi, Lukmanul Hakim, 38, tidak menaruh curiga dengan sedikitpun. Namun baru beberapa menit, Aji langsung menodong korban dengan menggunakan potongan besi runcing, sementara Tomi menodongkan obeng ke bagian leher sambil mengancam akan membunuh korban jika melawan.
Saat itu, pelaku memaksa korban untuk mengeluarkan uang dalam dompet. ”Tapi sopir melawan dan berhasil meloloskan diri. Teriakan korban didengar warga yang kemudian menangkap pelaku,” katanya.
Kanit Reskrim Polsek Medan Satria AKP Sugiyanto menambahkan, dalam penyidikan, dua remaja putus sekolah itu mengaku sudah berulang kali melakukan aksinya. ”Namun yang terakhir kemarin gagal,” katanya.
Aniaya Polisi
Tindakan sadis juga dilakukan sekelompok pelajar yang menganiaya anggota Dalmas Polres Cirebon Brigadir M Andi al Mujid, Minggu (15/3). Peristiwa bermula ketika Andi melerai pertikaian dua kelompok pemuda di CSB Mal, Jalan Cipto Mangunkusumo. Niat baik itu ternyata dibalas dengan pengeroyokan.
Andi dihajar hingga babak belur. Tidak cukup di situ, para pelaku membawa korban yang dalam keadaan tak berdaya naik motor keliling kota. Namun mereka akhirnya berhenti di kawasan Cangkol dan kabur saat berpapasan dengan anggota polisi yang tengah berpatroli.
Aparat Polres Cirebon memastikan tujuh orang telah ditangkap, sebagian merupakan pelajar. ”Masing-masing berinisial MI berusia 15 tahun, kemudian AS, 19, YBB, 17, PP, 16, RR, 25, CA, 17, dan S, 28. Mereka merupakan anggota geng motor,” kata Kasat Reskrim Polres Cirebon Kota AKP Hidayatullah.
Dia mengatakan, ketujuh pelaku telah ditahan di Rutan Mapolres Cirebon. Mereka dijerat dengan Pasal 170 KUHPidana mengenai pengeroyokan dengan ancaman di atas lima tahun penjara. Untuk mengembangkan kasus ini, kemarin polisi telah menggeledah dan menyegel kantor rumah yang dijadikan sekretariat organisasi kepemudaan XTC di kawasan Cangkol.
Setelah sekitar tiga jam, polisi mengamankan sejumlah benda sebagai barang bukti, di antaranya 3 sepeda motor, ponsel, sejumlah pelat nomor kendaraan, senjata tajam jenis pedang panjang (samurai), golok, serta puluhan botol minuman keras. Polisi menengarai mereka ini termasuk komplotan begal sepeda motor.
Keterlibatan remaja dalam aksi-aksi kejahatan itu makin memperpanjang daftar kasus serupa. Sebelumnya lima pelajar di Depok terjerat aksi begal motor. Mereka beraksi dengan cara bergabung dengan kelompok begal profesional ataupun beraksi sendiri.
Dari catatan KORAN SINDO, pada awal Februari Polresta Depok berhasil menangkap IS, 17, seorang pelajar yang bersama komplotannya turut merampas motor di beberapa tempat. Tak berapa lama aparat Polsek Sukmajaya menangkap IDS, 16, dan REP, 15, dua pelajar yang juga menjadi anggota kelompok begal sepeda motor.
Sementara itu, aparat Polres Semarang bahkan menggulung kawanan begal yang 10 pelakunya merupakan remaja. Mereka telah beraksi sedikitnya 16 kali. Mereka juga tak segan-segan membacok dan menghabisi korbannya.
Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi mengatakan, maraknya remaja yang menjadi pelaku begal bisa disebabkan perubahan nilai yang sangat cepat dan mendadak sehingga memunculkan perilaku permisif bagi mereka. Masyarakat memaklumi remaja melakukan apa pun, padahal hal itu belum tentu baik baginya. ”Tidak ada batasan moral dan nilai inilah yang memicu remaja berbuat kriminal,” katanya.
Sigit menambahkan, faktor peredaran narkoba juga pesatnya perkembangan teknologi komunikasi turut memicu terjadinya kriminalitas remaja itu. Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Depok Dody Riyanto mengatakan, pemerintah daerah juga tak bisa lepas tangan dalam menangani persoalan kriminalitas remaja ini.
Dalam kasus maraknya begal motor di Depok, dia melihat minimnya peran pemerintah terhadap pemuda turut memicu peristiwa itu. ”Kalau ada youth center, misalnya, kan bisa menjadi tempat bagi para remaja itu untuk berkegiatan. Karena tidak ada jadinya mereka berkeliaran sesukanya,” kata dia.
Dody mengingatkan, sebuah kota seharusnya menjadi rumah bagi semua orang, termasuk para remaja. Tanpa ada perhatian dan penanganan yang intensif, sangat mungkin kriminalitas terus berkembang.
R ratna purnama/ Erika lia/ Abdullah m surjaya/ Neneng zubaedah
Maraknya kriminalitas semacam ini tak lepas dari faktor lingkungan dan keluarga. Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Dewi Haroen mengungkapkan, usia remaja merupakan fase anak mencari jati diri. Ketika tidak mendapatkannya di rumah, mereka mencari di luar. Ini berpotensi membawa anak-anak di bawah umur itu ke pergaulan yang salah.
”Aksi begal motor yang dilakukan remaja ini memperlihatkan mereka mencari jati diri. Para pelaku itu ingin membuktikan bahwa mereka bisa melakukan hal-hal seperti itu (aksi begal),” katanya di Jakarta kemarin.
Menurut Dewi, pada tahap parah para remaja itu bisa ketagihan. ”Sekali berhasil mereka mau lagi. Ini harus jadi perhatian, terutama bagi orang tua untuk meningkatkan pengawasan,” tuturnya. Aksi kejahatan yang melibatkan remaja marak di sejumlah wilayah akhir-akhir ini.
Kemarin aparat Polres Bekasi menangkap Aji Sukmo, 17, warga Rawa Bambu, Kalibaru, Medan Satria, dan Tomi Kurniawan, 16, warga Kampung Kebalen, Babelan. Keduanya diringkus karena merampok sopir taksi.
Kasubbag Humas Polresta Bekasi Kota AKP Siswo menuturkan, peristiwa berlangsung sekitar pukul 03.15 WIB. Kedua pelaku berpura-pura menjadi penumpang taksi. ”Pelaku naik dari flyover Kranji, Bekasi Barat, dengan tujuan Medan Satria,” ujarnya.
Adapun sopir taksi, Lukmanul Hakim, 38, tidak menaruh curiga dengan sedikitpun. Namun baru beberapa menit, Aji langsung menodong korban dengan menggunakan potongan besi runcing, sementara Tomi menodongkan obeng ke bagian leher sambil mengancam akan membunuh korban jika melawan.
Saat itu, pelaku memaksa korban untuk mengeluarkan uang dalam dompet. ”Tapi sopir melawan dan berhasil meloloskan diri. Teriakan korban didengar warga yang kemudian menangkap pelaku,” katanya.
Kanit Reskrim Polsek Medan Satria AKP Sugiyanto menambahkan, dalam penyidikan, dua remaja putus sekolah itu mengaku sudah berulang kali melakukan aksinya. ”Namun yang terakhir kemarin gagal,” katanya.
Aniaya Polisi
Tindakan sadis juga dilakukan sekelompok pelajar yang menganiaya anggota Dalmas Polres Cirebon Brigadir M Andi al Mujid, Minggu (15/3). Peristiwa bermula ketika Andi melerai pertikaian dua kelompok pemuda di CSB Mal, Jalan Cipto Mangunkusumo. Niat baik itu ternyata dibalas dengan pengeroyokan.
Andi dihajar hingga babak belur. Tidak cukup di situ, para pelaku membawa korban yang dalam keadaan tak berdaya naik motor keliling kota. Namun mereka akhirnya berhenti di kawasan Cangkol dan kabur saat berpapasan dengan anggota polisi yang tengah berpatroli.
Aparat Polres Cirebon memastikan tujuh orang telah ditangkap, sebagian merupakan pelajar. ”Masing-masing berinisial MI berusia 15 tahun, kemudian AS, 19, YBB, 17, PP, 16, RR, 25, CA, 17, dan S, 28. Mereka merupakan anggota geng motor,” kata Kasat Reskrim Polres Cirebon Kota AKP Hidayatullah.
Dia mengatakan, ketujuh pelaku telah ditahan di Rutan Mapolres Cirebon. Mereka dijerat dengan Pasal 170 KUHPidana mengenai pengeroyokan dengan ancaman di atas lima tahun penjara. Untuk mengembangkan kasus ini, kemarin polisi telah menggeledah dan menyegel kantor rumah yang dijadikan sekretariat organisasi kepemudaan XTC di kawasan Cangkol.
Setelah sekitar tiga jam, polisi mengamankan sejumlah benda sebagai barang bukti, di antaranya 3 sepeda motor, ponsel, sejumlah pelat nomor kendaraan, senjata tajam jenis pedang panjang (samurai), golok, serta puluhan botol minuman keras. Polisi menengarai mereka ini termasuk komplotan begal sepeda motor.
Keterlibatan remaja dalam aksi-aksi kejahatan itu makin memperpanjang daftar kasus serupa. Sebelumnya lima pelajar di Depok terjerat aksi begal motor. Mereka beraksi dengan cara bergabung dengan kelompok begal profesional ataupun beraksi sendiri.
Dari catatan KORAN SINDO, pada awal Februari Polresta Depok berhasil menangkap IS, 17, seorang pelajar yang bersama komplotannya turut merampas motor di beberapa tempat. Tak berapa lama aparat Polsek Sukmajaya menangkap IDS, 16, dan REP, 15, dua pelajar yang juga menjadi anggota kelompok begal sepeda motor.
Sementara itu, aparat Polres Semarang bahkan menggulung kawanan begal yang 10 pelakunya merupakan remaja. Mereka telah beraksi sedikitnya 16 kali. Mereka juga tak segan-segan membacok dan menghabisi korbannya.
Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi mengatakan, maraknya remaja yang menjadi pelaku begal bisa disebabkan perubahan nilai yang sangat cepat dan mendadak sehingga memunculkan perilaku permisif bagi mereka. Masyarakat memaklumi remaja melakukan apa pun, padahal hal itu belum tentu baik baginya. ”Tidak ada batasan moral dan nilai inilah yang memicu remaja berbuat kriminal,” katanya.
Sigit menambahkan, faktor peredaran narkoba juga pesatnya perkembangan teknologi komunikasi turut memicu terjadinya kriminalitas remaja itu. Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Depok Dody Riyanto mengatakan, pemerintah daerah juga tak bisa lepas tangan dalam menangani persoalan kriminalitas remaja ini.
Dalam kasus maraknya begal motor di Depok, dia melihat minimnya peran pemerintah terhadap pemuda turut memicu peristiwa itu. ”Kalau ada youth center, misalnya, kan bisa menjadi tempat bagi para remaja itu untuk berkegiatan. Karena tidak ada jadinya mereka berkeliaran sesukanya,” kata dia.
Dody mengingatkan, sebuah kota seharusnya menjadi rumah bagi semua orang, termasuk para remaja. Tanpa ada perhatian dan penanganan yang intensif, sangat mungkin kriminalitas terus berkembang.
R ratna purnama/ Erika lia/ Abdullah m surjaya/ Neneng zubaedah
(bhr)