Irak Butuh Bantuan AS
A
A
A
TIKRIT - Militer Irak membutuhkan bantuan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) dalam merebut Kota Tikrit.
Selama beberapa hari terakhir, militer Irak dibantu dengan milisi Syiah dan Sunni terhambat dalam merebut Tikrit yang masih dikuasai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Komandan militer Irak, Letnan Jenderal Abdulwahab al-Saadi, meminta Kementerian Pertahanan agar membujuk koalisi anti-ISIS mengirimkan bantuan. “Tentunya, Amerika memiliki pesawat siluman,” kata Saadi kepada AFP .
“Pesawat itu mampu mengidentifikasi target dengan tepat dan melancarkan serangan dengan akurat,” imbuhnya. Saadi mengeluhkan terbatasnya dukungan serangan dari Angkatan Udara Irak. “Apalagi, serangan mereka kerap tidak akurat,” sebutnya.
Dia mengatakan, tidak ada bantuan serangan dari koalisi AS selama operasi militer di Tikrit merupakan isu politik, bukan militer. Sementara itu, militer Irak dan milisi Syiah berjanji akan merebut Tikrit yang masih dikuasai gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam kurun waktu tiga hari atau 72 jam.
Pemimpin militer Irak menyusun strategi untuk merebut Kota Tikrit yang dijaga penembak jitu dan bom yang ditanam di seluruh penjuru kota itu. Lambatnya pertempuran itu untuk meminimalisasi korban dan pertahanan ISIS yang memanfaatkan perang kota.
Karim al-Nuri, pemimpin tertinggi milisi Badr, mengatakan mereka membutuhkan tak lebih dari 72 jam untuk membebaskan Kota Tikrit dari cengkeraman gerilyawan ISIS. “Barisan terakhir dari pasukan pertahanan ISIS bersembunyi di pusat kota. Tikrit telah dikepung dari segala penjuru,” kata Nuri, pada Sabtu (14/3) waktu setempat.
Jumlah gerilyawan ISIS yang bertahan di Tikrit sekitar 60-70 orang. Seorang letnan kolonel dari pasukan kontra terorisme Angkatan Darat Irak menganggap, situasi saat secara konservatif. “Pertempuran kota sangat sulit bagi semua pasukan tentara,” ujar anggota kontra terorisme ini.
Posisi tentara Irak dan milisi Syiah akan semakin sulit karena jalanan di Tikrit telah menjadi ladang ranjau yang sangat mematikan. Pasukan Pemerintah Irak menempatkan para penembak jitu sebagai langkah untuk melumpuhkan pergerakan penembak jitu ISIS. Aksi baku tembak antarpenembak jitu kerap terjadi. Sabtu lalu dua penembak jitu ISIS tewas tertembus peluru militer Irak.
Di atap Gedung Universitas Tikrit anggota Brigade Imam Ali, milisi Syiah, menembaki mortir pada sebagian besar wilayah Qadisiya untuk memperlemah ISIS. “Dalam waktu lima hari terakhir, lebih dari 200 roket telah diluncurkan ke wilayah Qadisiya,” ungkap Ahmed al- Fraiji, anggota milisi Brigade Imam Ali.
Pasukan, polisi, unit Mobilisasi Populer, milisi Syiah, dan pejuang Sunni bersemangat untuk merebut kembali Tikrit dengan meluncurkan serangan besar sejak beberapa hari lalu. Rabu (11/3) mereka menyapu bersih wilayah di pinggiran Kota Tikrit. Tikrit merupakan kampung halaman mantan pemimpin Irak, Saddam Hussein.
Militer Irak memandang Tikrit sebagai batu loncatan dalam usaha penaklukan ISIS di Mosul. Hasil pertempuran selama ini menunjukkan ada sedikit keraguan, tetapi itu menjadi risiko yang dihadapi Pemerintah Irak. Baghdad gagal beberapa kali dalam usahanya merebut kembali Tikrit.
Misi pertempuran kali ini berbeda dengan sebelumnya. Sebanyak 30.000 prajurit dan milisi bergabung bersama untuk merebut kota itu. Koordinasi antarsatuan militer dan milisi dilaksanakan dengan baik sebagai kunci untuk memenangkan pertempuran. Militer Irak juga mengajak kerja sama beberapa suku Sunni di sekitar Tikrit untuk membantu operasi militer ini.
Milisi Syiah dan dukungan Pemerintah Irak menjadi langkah penting dalam menyukseskan perang ini. Sementara itu, Pemerintah Negara Bagian Kurdi mengatakan telah mengumpulkan bukti bahwa pasukan ISIS menggunakan klorin dalam serangan bom mobil pada Januari silam terhadap pasukan Kurdi.
“Terbukti bahwa ISIS sangat tergantung sekali dengan taktik yang ditunjukkan, ISIS telah kehilangan langkah inisiatifnya dan beralih ke langkah-langkah putus asa,” demikian keterangan Pemerintah Negara Bagian Kurdi. ISIS berusaha mencitrakan kelompok mereka masih berkembang dan terus melakukan perekrutan.
Namun, Pemerintah Irak mengklaim kekuatan ISIS terus mengalami penyusutan selama beberapa bulan terakhir. Kamis (12/3) lalu juru bicara ISIS Abu Mohammed al- Adnani mengumumkan bahwa janji kesetiaan dari milisi Boko Haram, Nigeria, telah diterima. Milisi Nigeria ini juga mengalami kemunduran militer dalam beberapa pekan terakhir sehingga pengumuman dukungan mereka kepada ISIS tidak mengejutkan.
“Untuk kedua kelompok, hubungan baru memberikan kemenangan propaganda yang sangat dibutuhkan pada saat yang tepat,” demikian analisis Konsultan Intelijen Soufan. “Saat ini ISIS akan mengambil semua kemenangan yang bisa diraih,” sambung Soufan.
Arvin
Selama beberapa hari terakhir, militer Irak dibantu dengan milisi Syiah dan Sunni terhambat dalam merebut Tikrit yang masih dikuasai Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Komandan militer Irak, Letnan Jenderal Abdulwahab al-Saadi, meminta Kementerian Pertahanan agar membujuk koalisi anti-ISIS mengirimkan bantuan. “Tentunya, Amerika memiliki pesawat siluman,” kata Saadi kepada AFP .
“Pesawat itu mampu mengidentifikasi target dengan tepat dan melancarkan serangan dengan akurat,” imbuhnya. Saadi mengeluhkan terbatasnya dukungan serangan dari Angkatan Udara Irak. “Apalagi, serangan mereka kerap tidak akurat,” sebutnya.
Dia mengatakan, tidak ada bantuan serangan dari koalisi AS selama operasi militer di Tikrit merupakan isu politik, bukan militer. Sementara itu, militer Irak dan milisi Syiah berjanji akan merebut Tikrit yang masih dikuasai gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam kurun waktu tiga hari atau 72 jam.
Pemimpin militer Irak menyusun strategi untuk merebut Kota Tikrit yang dijaga penembak jitu dan bom yang ditanam di seluruh penjuru kota itu. Lambatnya pertempuran itu untuk meminimalisasi korban dan pertahanan ISIS yang memanfaatkan perang kota.
Karim al-Nuri, pemimpin tertinggi milisi Badr, mengatakan mereka membutuhkan tak lebih dari 72 jam untuk membebaskan Kota Tikrit dari cengkeraman gerilyawan ISIS. “Barisan terakhir dari pasukan pertahanan ISIS bersembunyi di pusat kota. Tikrit telah dikepung dari segala penjuru,” kata Nuri, pada Sabtu (14/3) waktu setempat.
Jumlah gerilyawan ISIS yang bertahan di Tikrit sekitar 60-70 orang. Seorang letnan kolonel dari pasukan kontra terorisme Angkatan Darat Irak menganggap, situasi saat secara konservatif. “Pertempuran kota sangat sulit bagi semua pasukan tentara,” ujar anggota kontra terorisme ini.
Posisi tentara Irak dan milisi Syiah akan semakin sulit karena jalanan di Tikrit telah menjadi ladang ranjau yang sangat mematikan. Pasukan Pemerintah Irak menempatkan para penembak jitu sebagai langkah untuk melumpuhkan pergerakan penembak jitu ISIS. Aksi baku tembak antarpenembak jitu kerap terjadi. Sabtu lalu dua penembak jitu ISIS tewas tertembus peluru militer Irak.
Di atap Gedung Universitas Tikrit anggota Brigade Imam Ali, milisi Syiah, menembaki mortir pada sebagian besar wilayah Qadisiya untuk memperlemah ISIS. “Dalam waktu lima hari terakhir, lebih dari 200 roket telah diluncurkan ke wilayah Qadisiya,” ungkap Ahmed al- Fraiji, anggota milisi Brigade Imam Ali.
Pasukan, polisi, unit Mobilisasi Populer, milisi Syiah, dan pejuang Sunni bersemangat untuk merebut kembali Tikrit dengan meluncurkan serangan besar sejak beberapa hari lalu. Rabu (11/3) mereka menyapu bersih wilayah di pinggiran Kota Tikrit. Tikrit merupakan kampung halaman mantan pemimpin Irak, Saddam Hussein.
Militer Irak memandang Tikrit sebagai batu loncatan dalam usaha penaklukan ISIS di Mosul. Hasil pertempuran selama ini menunjukkan ada sedikit keraguan, tetapi itu menjadi risiko yang dihadapi Pemerintah Irak. Baghdad gagal beberapa kali dalam usahanya merebut kembali Tikrit.
Misi pertempuran kali ini berbeda dengan sebelumnya. Sebanyak 30.000 prajurit dan milisi bergabung bersama untuk merebut kota itu. Koordinasi antarsatuan militer dan milisi dilaksanakan dengan baik sebagai kunci untuk memenangkan pertempuran. Militer Irak juga mengajak kerja sama beberapa suku Sunni di sekitar Tikrit untuk membantu operasi militer ini.
Milisi Syiah dan dukungan Pemerintah Irak menjadi langkah penting dalam menyukseskan perang ini. Sementara itu, Pemerintah Negara Bagian Kurdi mengatakan telah mengumpulkan bukti bahwa pasukan ISIS menggunakan klorin dalam serangan bom mobil pada Januari silam terhadap pasukan Kurdi.
“Terbukti bahwa ISIS sangat tergantung sekali dengan taktik yang ditunjukkan, ISIS telah kehilangan langkah inisiatifnya dan beralih ke langkah-langkah putus asa,” demikian keterangan Pemerintah Negara Bagian Kurdi. ISIS berusaha mencitrakan kelompok mereka masih berkembang dan terus melakukan perekrutan.
Namun, Pemerintah Irak mengklaim kekuatan ISIS terus mengalami penyusutan selama beberapa bulan terakhir. Kamis (12/3) lalu juru bicara ISIS Abu Mohammed al- Adnani mengumumkan bahwa janji kesetiaan dari milisi Boko Haram, Nigeria, telah diterima. Milisi Nigeria ini juga mengalami kemunduran militer dalam beberapa pekan terakhir sehingga pengumuman dukungan mereka kepada ISIS tidak mengejutkan.
“Untuk kedua kelompok, hubungan baru memberikan kemenangan propaganda yang sangat dibutuhkan pada saat yang tepat,” demikian analisis Konsultan Intelijen Soufan. “Saat ini ISIS akan mengambil semua kemenangan yang bisa diraih,” sambung Soufan.
Arvin
(ftr)