Dua Polisi AS Ditembak

Jum'at, 13 Maret 2015 - 10:47 WIB
Dua Polisi AS Ditembak
Dua Polisi AS Ditembak
A A A
FERGUSON - Dua polisi di Ferguson, Missouri, Amerika Serikat (AS) ditembak saat ketegangan antara aparat keamanan dan demonstran, dini hari kemarin. Penembakan terjadi saat demonstrasi antirasis yang menentang perlakuan kasar polisi terhadap warga kulit hitam di luar kantor kepolisian Ferguson.

Satu polisi ditembak di wajahnya dan satu polisi lainnya ditembak di bahu. “Polisi yang ditembak berusia 32 dan 41 tahun. Mereka dalam kondisi sadar, tapi luka mereka sangat serius,” ujar Kepala Polisi St County Jon Belmar, dilansir AFP. Penembakan itu terjadi setelah pengunduran diri Kepala Polisi Ferguson Thomas Jackson menyusul sebuah laporan federal yang menuduh kepolisian kota itu dijalankan berdasarkan bias rasial.

Sekitar 70 demonstran berkumpul di luar markas polisi Ferguson pada Rabu (11/3) waktu setempat. Mereka menuntut tindak lanjut laporan federal tentang bias rasial di Kepolisian Kota Ferguson. Protes itu berjalan relatif tenang. “Namun, setelah tengah malam, setidaknya tiga kali terdengar letusan senjata saat kerumunan pemrotes mulai membubarkan diri,” kata Belmar. Dia tak mengetahui dari mana arah tembakan itu berasal.

“Berdasarkan suara tembakan, sepertinya berasal dari belakang kerumunan massa,” ujarnya. Namun, dia tidak menuduh para demonstran yang melakukan penembakan karena itu tidak adil. Belmar menduga tembakan itu memang sengaja diarahkan kepada para anggota polisi. “Polisi itu tidak terkena peluru nyasar,” sebutnya. Polisi menangkap beberapa demonstran menyusul insiden itu untuk diminta keterangan.

Polisi menyelidiki kemungkinan balas dendam atas maraknya penembakan warga kulit hitam. Para demonstran mengungkapkan, tembakan itu berasal dari arah para pengunjuk rasa. “Para penembak tidak bersama demonstran. Penembak berada di atas bukit,” kata aktivis antirasis, DeRay McKesson. Dia menambahkan, dia melihat sendiri penembakan itu. “Tembakan itu berasal dari jarak 500 kaki (152 meter) dari aparat keamanan,” imbuhnya.

Saksi mata lain, Keith Rose, menyatakan bahwa dia melihat seorang anggota polisi “berlumuran darah”. Polisi yang lain membawa dan menyeret rekannya yang terluka serta meninggalkan jejak darah di tanah. Dilansir CNN, saksi mata lain, Markus Roehrer, mengatakan bahwa atmosfer demonstrasi sangat tegang. Saat dia mendengar tembakan pertama, Roehrer berpikir itu suara petasan.

“Ketika saya melihat polisi berjatuhan, saya mengatakan ini akan memburuk,” ujarnya. Kepala Polisi Thomas Jackson merupakan polisi keenam yang dipecat atau mengundurkan diri. Kepolisian Kota Ferguson dikritik dengan keras sesudah penembakan terhadap remaja Michael Brown pada Agustus tahun lalu. Brown ditembak oleh polisi kulit putih Darren Wilson.

Sejak itu publik AS marah dan turun ke jalanan menuntut keadilan dan meminta polisi tidak bertindak rasis. Departemen Kehakiman AS mengungkapkan kurangnya bukti untuk menjerat Wilson atas dakwaan hak-hak sipil. Namun, mereka mengkritik pemerintahan Kota Ferguson, Departemen Polisi dan Pengadilan Kota yang melakukan bias rasial terhadap warga Afrika-Amerika.

Jaksa Agung Eric Holder mengancam Pemerintah Kota Ferguson dengan gugatan hukum jika gagal memenuhi serangkaian rekomendasi penegakan hukum dan sistem pengadilan kota. Keluarga Brown akan mengajukan gugatan hukum sipil terhadap Pemerintah Kota Ferguson dan Wilson.

“Ayah dan ibu Michael Brown sadar kalau tindakan itu diambil karena laporan Departemen Kehakiman,” ujar pengacara keluarga Brown, Benjamin Crump. Sejak kasus Brown menarik perhatian publik AS dan dunia, para pejabat di Ferguson ramairamai mengundurkan diri, termasuk hakim pengadilan, dua kepala polisi, dan manajer kota.

Andika hendra m
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7762 seconds (0.1#10.140)