Stimulus Entrepreneur Muda Dinilai Masih Minim
A
A
A
JAKARTA - Jumlah entrepreneur di Indonesia saat ini masih kurang dari 2%. Lambatnya pertumbuhan tersebut lantaran belum adanya stimulus bagi entrepreneur muda.
Ketua Program S-1 Prasetiya Mulya School of Business and Economics Rudy Handoko mengatakan, jika jumlah entrepreneur sudah mencapai 5%, perkembangan ekonomi Indonesia akan maju pesat. Selain stimulasi, masalah birokrasi perizinan juga masih menjadi kendala pengembangan usaha bagi wirausaha pemula.
Menurut dia, adanya pameran seperti Pop Up Market yang diadakan Prasetiya Mulya bisa menjadi stimulus bagi wirausaha muda agar produknya lebih dikenal masyarakat. “Harus ada lokomotifnya. Semua harus disinergikan untuk membangun entrepreneurship di Indonesia menjadi lebih baik,” katanya pada konferensi pers Pop Up Market 2015 Champ Elysees Paris di Jakarta kemarin.
Menurut Rudy, usaha kelas mikro dan menengah ini yang seharusnya dibidik pemerintah untuk meningkatkan jumlah wirausaha. Sebab kedua sektor inilah yang mampu bertahan ketika krisis ekonomi menerpa Indonesia. Sementara itu peran dunia pendidikan adalah mengenalkan kepada calon entrepreneur muda bukan hanya bagaimana menjadi calon pengusaha, tetapi juga bagaimana wirausaha ini berdampak kepada masyarakat sekitar.
“Kampusnya sendiri menjadikan entrepreneur sebagai kurikulum agar mahasiswanya mampu berkreasi dan menjadikan usaha yang dirintis sebagai mata pencahariannya,” ujarnya. Rudy menerangkan, sekitar 20% mahasiswanya menjadi entrepreneur muda setelah lulus kuliah. Adapun yang 80% memilih bekerja dulu dan atau kembali kuliah. Namun yang menarik adalah dalam beberapa tahun terakhir ini lulusannya yang memilih bekerja di dalam dan luar negeri ini memilih pensiun dini dan mengembangkan usaha sendiri.
“Entrepreneur muda bisa ditingkatkan jumlahnya asalkan ada stimulasi dan situasi yang mendukung di dalam negeri. Jika keduanya dilakukan, saya yakin larinya akan lebih cepat,” ungkapnya. Chairman of Pop Up Market 2015 Gary Evano Daniel menjelaskan, Pop Up Market adalah bazar tematik tahunan yang diselenggarakan mahasiswa Prasetiya Mulya School of Business and Economics dalam rangka ikut mengusahakan perkembangan merek lokal dan entrepreneur muda di Indonesia.
Sejak pertama diadakan 2012 lalu, menurutnya, bazar ini telah berhasil menjadi wadah berkembangnya 210 brand lokal dan mengembangkan rasa kecintaan masyarakat terhadap hasil karya dalam negeri. Selain ingin membuktikan produk lokal tidak kalah kualitasnya dengan produk luar negeri, bazar ini diadakan untuk menginspirasi generasi muda lainnya untuk menjadi entrepreneur sejati.
Tahun ini, menurutnya, ada 90 merek lokal terbaik setelah pihaknya menyaring 400 merek yang ingin berpartisipasi. Tenant yang bergabung merupakan start up bisnis dan brand lokal terpilih dari kategori fashion, creative, dan food and beverages. Pop Up Market yang akan berlangsung 12-15 Maret di Lotte Shoping Avenue ini mengusung tema Champ Elysees Paris yang dikenal sebagai jalan terindah di dunia sekaligus kawasan fashion terbesar di Paris.
Dekorasi dan gimik yang menyerupai jalan terindah itu sengaja diwujudkan untuk memberi pengalaman dan pelajaran baru bagi para pengunjung. Dari segi pengunjung, menurut dia, pada 2012 lalu jumlah pengunjungnya ada 15.000 dan pada 2015 ini mereka berekspektasi bazar tematik tahunan ini akan dikunjungi hingga 50.000 orang. “Kami yakin dengan jumlah pengunjung dan tenant yang hadir transaksi penjualan bisa mencapai miliaran rupiah,” katanya.
Neneng zubaidah
Ketua Program S-1 Prasetiya Mulya School of Business and Economics Rudy Handoko mengatakan, jika jumlah entrepreneur sudah mencapai 5%, perkembangan ekonomi Indonesia akan maju pesat. Selain stimulasi, masalah birokrasi perizinan juga masih menjadi kendala pengembangan usaha bagi wirausaha pemula.
Menurut dia, adanya pameran seperti Pop Up Market yang diadakan Prasetiya Mulya bisa menjadi stimulus bagi wirausaha muda agar produknya lebih dikenal masyarakat. “Harus ada lokomotifnya. Semua harus disinergikan untuk membangun entrepreneurship di Indonesia menjadi lebih baik,” katanya pada konferensi pers Pop Up Market 2015 Champ Elysees Paris di Jakarta kemarin.
Menurut Rudy, usaha kelas mikro dan menengah ini yang seharusnya dibidik pemerintah untuk meningkatkan jumlah wirausaha. Sebab kedua sektor inilah yang mampu bertahan ketika krisis ekonomi menerpa Indonesia. Sementara itu peran dunia pendidikan adalah mengenalkan kepada calon entrepreneur muda bukan hanya bagaimana menjadi calon pengusaha, tetapi juga bagaimana wirausaha ini berdampak kepada masyarakat sekitar.
“Kampusnya sendiri menjadikan entrepreneur sebagai kurikulum agar mahasiswanya mampu berkreasi dan menjadikan usaha yang dirintis sebagai mata pencahariannya,” ujarnya. Rudy menerangkan, sekitar 20% mahasiswanya menjadi entrepreneur muda setelah lulus kuliah. Adapun yang 80% memilih bekerja dulu dan atau kembali kuliah. Namun yang menarik adalah dalam beberapa tahun terakhir ini lulusannya yang memilih bekerja di dalam dan luar negeri ini memilih pensiun dini dan mengembangkan usaha sendiri.
“Entrepreneur muda bisa ditingkatkan jumlahnya asalkan ada stimulasi dan situasi yang mendukung di dalam negeri. Jika keduanya dilakukan, saya yakin larinya akan lebih cepat,” ungkapnya. Chairman of Pop Up Market 2015 Gary Evano Daniel menjelaskan, Pop Up Market adalah bazar tematik tahunan yang diselenggarakan mahasiswa Prasetiya Mulya School of Business and Economics dalam rangka ikut mengusahakan perkembangan merek lokal dan entrepreneur muda di Indonesia.
Sejak pertama diadakan 2012 lalu, menurutnya, bazar ini telah berhasil menjadi wadah berkembangnya 210 brand lokal dan mengembangkan rasa kecintaan masyarakat terhadap hasil karya dalam negeri. Selain ingin membuktikan produk lokal tidak kalah kualitasnya dengan produk luar negeri, bazar ini diadakan untuk menginspirasi generasi muda lainnya untuk menjadi entrepreneur sejati.
Tahun ini, menurutnya, ada 90 merek lokal terbaik setelah pihaknya menyaring 400 merek yang ingin berpartisipasi. Tenant yang bergabung merupakan start up bisnis dan brand lokal terpilih dari kategori fashion, creative, dan food and beverages. Pop Up Market yang akan berlangsung 12-15 Maret di Lotte Shoping Avenue ini mengusung tema Champ Elysees Paris yang dikenal sebagai jalan terindah di dunia sekaligus kawasan fashion terbesar di Paris.
Dekorasi dan gimik yang menyerupai jalan terindah itu sengaja diwujudkan untuk memberi pengalaman dan pelajaran baru bagi para pengunjung. Dari segi pengunjung, menurut dia, pada 2012 lalu jumlah pengunjungnya ada 15.000 dan pada 2015 ini mereka berekspektasi bazar tematik tahunan ini akan dikunjungi hingga 50.000 orang. “Kami yakin dengan jumlah pengunjung dan tenant yang hadir transaksi penjualan bisa mencapai miliaran rupiah,” katanya.
Neneng zubaidah
(bbg)