Rasio Ilmuwan Indonesia Rendah

Jum'at, 13 Maret 2015 - 10:17 WIB
Rasio Ilmuwan Indonesia Rendah
Rasio Ilmuwan Indonesia Rendah
A A A
JAKARTA - Rasio ilmuwan yang ada di Indonesia sangat kecil, yakni 205 orang per 1 juta penduduk. Pemerintah akan memperbanyak bibit sainstis dengan mengubah metode pengajaran guru.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies R Baswedan mengatakan, jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Filipina, Taiwan, Malaysia, dan Thailand, kinerja di bidang sains kita sangat lemah sekali. Berdasarkan data Bappenas, rasio ilmuwan atau peneliti Indonesia hanya 205 orang per satu 1 penduduk. ”Tiap negara memang rasionya berbeda-beda.

Namun jika dibandingkan dengan jumlah populasi kita, jumlah ilmuwan kita sangat sedikit sekali dengan negara tetangga,” katanya saat penandatanganan perjanjian kerja sama antara Sekolah Global Sevilla dengan Barnsley College di Jakarta kemarin. Anies menyatakan hal itu disebabkan banyak hal. Dia pernah berdialog dengan beberapa mahasiswa di luar negeri yang khawatir jika mereka kembali ke Indonesia tidak ada fasilitas laboratorium bagus yang tersedia.

Padahal semestinya pola pikir mereka dibalik, yakni mereka harus kembali untuk mengembangkan bahkan bekerja sama mengembangkan laboratorium dari hasil pengalaman mereka kuliah di luar negeri. Namun pemerintah menyadari minat anak sekolah untuk belajar sains masih rendah karena stigma yang menakutkan. Kemendikbud menginginkan pada pola pengajaran di kurikulum baru pelajaran, khususnya matematika dan sains harus dibuat menyenangkan.

Anies mengungkapkan, dia sudah menyampaikan agar kualitas guru sains dan matematika ini ditingkatkan pada rapat terbatas kabinet. Akhirnya disepakati untuk membuat pelatihan bagi 300.000 guru secara nasional. Dia menyebut 300.000 guru itu tidak semuanya guru matematika dan sains, tetapi campuran seluruh guru mata pelajaran.

Akan tetapi, dia menekankan, pelatihan yang akan diintensifkan ialah kepada guru matematika dan sains. Para guru ini, menurutnya, akan dilatih bagaimana cara mengajar sains yang tidak menakutkan dan menyenangkan. Direktur Sekolah Global Sevilla Robertinus Budi Setiono menambahkan, mayoritas anak Indonesia memang memandang sains sebagai sesuatu yang menakutkan.

Pihaknya sendiri mencoba mengikis stigma itu dengan menyiapkan laboratorium praktik yang sainstis, juga praktik dan study tour agar siswa bisa melihat praktik sains di lapangan. Setiap semester pihaknya juga memanggil ahli sains dan teknologi untuk memotivasi siswa. Selain itu Sekolah Global Sevilla kemarin menandatangani perjanjian kerja sama dengan Barnsley College menyelenggarakan Cambridge A Level Programme.

Dia menjelaskan, kerja sama ini akan memberi kontribusi dalam pengembangan dan mencetak ilmuwan andal bagi bangsa. Pendidikan, menurutnya, adalah alat untuk memajukan perekonomian dan pengembangan iptek. ”Melalui program Cambridge A Level , para siswa akan dididik mengenai iptek seperti matematika, fisika, biologi, dan kimia dengan menggunakan standar kurikulum Cambridge A Level yang sudah diakui dunia dan dapat diterima di berbagai universitas di dunia,” ujarnya.

Dia menjelaskan, guru-gurunya nanti akan didatangkan langsung dari Inggris. Namun sambil berjalan guru-guru di sekolah ini akan diterbangkan ke Inggris agar bisa langsung dilatih. Dia menjelaskan, Cambridge A Level sangat menantang untuk diadopsi karena memerlukan guru khusus di bidang sains dan teknologi, tetapi dengan metode pengajaran yang atraktif dan menyenangkan.

Neneng zubaidah
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1849 seconds (0.1#10.140)