Irak Tepis Kekhawatiran Arab Saudi

Kamis, 12 Maret 2015 - 11:05 WIB
Irak Tepis Kekhawatiran...
Irak Tepis Kekhawatiran Arab Saudi
A A A
KAIRO - Menteri Luar Negeri Irak Ibrahim al-Jaafari menepis kekhawatiran Arab Saudi bahwa Iran telah mengambil kendali Irak. Jaafari menegaskan, pihaknya hanya mencari hubungan baik dengan kedua kekuatan regional mereka.

Kekhawatiran Saudi muncul setelah para militan yang didukung Iran berhasil mengambil alih pertempuran melawan gerilyawan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak sejak musim panas lalu. Baru-baru ini, Iran bahkan mengirimkan Komandan Garda Revolusi Elite untuk mengawasi pertempuran di Tikrit Utara, Baghdad.

Arab Saudi khawatir kehadiran pasukan ini akan mengambil kendali pemerintah Irak dan membuat Irak melupakan persahabatannya dengan Saudi. Menurut Jaafari, Arab Saudi seharusnya tidak perlu khawatir, kendati Iran mengirimkan pasukan ke Irak. Jaafari menjamin kehadiran mereka tidak mengganggu tatanan pemerintahan Irak.

Jaafari juga menegaskan pihaknya berusaha untuk terus memperbaiki hubungan Irak-Arab dan menyambut delegasi dari Kementerian Luar Negeri Arab Saudi untuk samasama membangun Irak. ”Iran memang mengirim tentaranya ke sini, namun tidak ikut campur dalam kedaulatan Irak. Kami ingin hubungan dengan Arab Saudi dan Iran berjalan seimbang.

Keterbukaan kami kepada Saudi tidak berarti kami menutup diri bagi hubungan dekat dengan negara lain,” terang Jaafari dikutip Reuters . Jaafari dikenal sangat anti terhadap campur tangan asing. Dibandingkan menerima semua bantuan yang datang, dia lebih memilih untuk menunjuk sendiri pihak mana yang boleh membantu Irak.

Ibrahim al-Jaafari Eshaiker adalah politikus Irak yang menjadi perdana menteri Irak pada pemerintah transisi Irak 2005-2006. Dia kemudian menjabat sebagai menteri luar negeri sejak 2014. Dia adalah salah satu dari dua wakil presiden Irak di bawah pemerintah interim Irak 2004- 2005, dan juru bicara utama untuk Islamic Dawa Party.

Jaafari lahir dari keluarga terpandang yang mengklaim sebagai keturunan langsung Nabi Muhammad SAW. Kakek buyutnya, Mahdi bin Ali bin Baqir al-Eshaiker, merupakan pemimpin pemberontakan Al- Eshaiker di Karbala pada 1876 melawan Kekaisaran Ottoman.

Alumnus Fakultas Kedokteran Universitas Mosul ini memulai karier politiknya dengan bergabung bersama Islamic Dawa Party pada 1968. Setelah lulus pada 1974, dia bekerja secara aktif untuk partai di Irak yang berusaha menggulingkan pemerintahan sekuler Baathist.

Pada Mei 2008, dia mendirikan partai politik baru National Reform Trend. Sebagai konsekuensinya, dia didepak dari Islamic Dawa Party. Jaafari diangkat sebagai menteri luar negeri oleh Perdana Menteri Haider al-Abadi pada 8 September 2014.

Rini Agustina
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0770 seconds (0.1#10.140)